8. Unfortunately Not a Nice Person

8.6K 1.1K 30
                                    

Kepala gue sakit, sakit banget. Bahkan, untuk membuka mata pun rasanya sulit. Tapi gue memaksa diri gue untuk membuka mata.

Pemandangan yang pertama kali gue lihat, adalah pemandangan New York di pagi hari. Pemandangannya indah, tapi, ini bukan kamar atau pun rumah gue. Karena rumah gue memiliki desain interior yang cerah. Sementara disini, desain interiornya gelap dan sangat modern.

Gue dimana?

Tentu gue panik, gue berada di dalam kamar seseorang.

Kalau gue lihat-lihat sekeliling kamar ini, ini bukan apartemennya Rie, Mina, bahkan, Johnny. Jadi siapa yang membawa gue kesini dan kenapa mereka rela membawa gue?

"Oh udah bangun." Suara seorang pria berhasil membuat gue mencari dimana sumber suaranya.

Gue panik.

Gue gak diapa-apain kan?

Ternyata yang manggil gue, adalah laki-laki yang semalam menarik gue paksa dari kerumunan orang-orang yang lagi asik menari. Berarti gue lagi ada di apartemennya sekarang?

"Kamu gak saya apa-apain kok, tenang." Ucapnya lagi seakan-akan mampu membaca apa yang ada di dalam benak gue sekarang.

"Kenapa saya ada disini?" Tanya gue langsung ke poin intinya.

"Soalnya semalem kamu udah mabuk banget. Tadi malem mau saya pesenin taksi, terus saya tanya dimana alamat rumah kamu, kamu malah jawab "alamat apa? GAK TAU!" Hahahaha." Sambil memimikan bagaimana cara gue menjawab pertanyaannya tadi malem.

Gue melihat ke pakaian yang gue kenakan, memastikan kalau pakaian gue gak dia coba untuk lepas. Tapi, dua kancing dress gue lepas dari lubangnya.

"Dress saya! Kenapa dua kancing atasnya lepas?!"

Laki-laki itu menaikan kedua bahunya, "semalem kamu nyoba buka baju kamu tapi saya tahan. Oh... apa seharusnya saya biarin aja ya?" Lalu menaikan kedua alisnya dan memberikan senyuman genit. "Bangun, kita sarapan." Tambahnya lalu meninggalkan gue sendirian di kamar siapa ini gue gak tau. Yang penting, bukan kamar laki-laki itu kan?

Gue merapikan kasur, lalu merapikan pakaian gue, mengancing kembali yang sempet gue lepas tadi malem. Lalu menyisir rambut gue hanya dengan jari-jemari. Karena gue gak melihat ada sisi di kamar ini.

Harusnya gue memberontak karena gue udah dibawa ke apartemen laki-laki yang bahkan namanya pun gue gak tau. Tapi, insting gue mengatakan kalau dia bukan laki-laki yang suka macam-macam.

Heran gue. Dia tau gue, tapi gue gak tau dia. Bahkan, dia membantu gue sampai membiarkan gue menginap disini. Ini pasti apartemennya kan?

"Kamu kalau mau sikat gigi, udah saya siapin di kamar mandi di kamar yang tadi malem kamu tidurin." Katanya begitu gue menarik kursi makan dan duduk di hadapannya.

Laki-laki yang duduk di hadapan gue sekarang, kayaknya suka makan. Karena gak hanya satu menu yang gue liat di atas meja makan. Melainkan ada beberapa menu, kayak roti lapis, telur orak-orik, telur mata sapi, telur dadar—buset mau ngeracunin gue pake telur apa gimana deh. Selain itu ada roti gandum, dengan berbagai macam selai yang dia siapkan.

"Makasih." Kata gue sambil mengambil roti gandum dan selai stroberi yang ada.

"Buat?" Tanyanya.

"Gak usah pura-pura bodoh dan gak tau."

"Feisty. I like it." Sambil tersenyum menggoda, lalu pria yang ada di hadapan itu memakan rotinya. "Nama saya Jeffrey, kalau kamu penasaran." Setelah dia habis mengunyah makanannya dan meminum teh hangat yang dia buat.

Miss Americana | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang