Acara yang gue selenggarakan tentu mendapatkan banyak perhatian publik, gimana nggak? Pasalnya, hari itu seharusnya menjadi pernikahan gue dengan Johnny, tapi batal. Dan gue, malah mengubahnya menjadi acara makan siang dengan yayasan-yayasan dan beberapa temen-temen gue dan temen dari mami dan papi.
Hari berganti minggu dan minggu berganti menjadi bulan. Yup, udah 3 bulan berlalu semenjak acara itu. Selama 3 bulan ini juga gue merasa gue membohongi diri gue sendiri. Bilangnya, kalau gue ini kuat, gak sedih dengan fakta Johnny udah punya perempuan baru di hidupnya—mereka bahkan udah goes public sekarang. Gila kan? Tapi disini gue masih meratapi nasib gue.
"Rie gue malem ini mau clubbing."
Clubbing. Hal yang selalu gue lakukan hampir setiap malam, minum sampai gak sadar diri dan akhirnya berujung sakit kepala keesokan harinya. Gue udah dimarahin Kak Dean, Kak Diya bahkan mami dengan kebiasaan gue yang baru ini. Tapi, mau gimana lagi? Dengan minum, gue bisa lupa dengan rasa sakit yang gue pikul sampai sekarang.
"Sav?! Lo tuh udah dimarahin Kak Dean, Kak Diya, sama mami lo. Gak kapok lo dimarahin terus?"
"Tenang, belum dimarahin papi gue. Papi gue orangnya nyantai banget. Jadi kalau papi gue belum marah, ya gue belum kapok hahaha." Agak gila gue semenjak gue baca berita kalau Johnny udah punya perempuan baru di kehidupannya.
"Dasar gila." Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kehidupan gue sebagai model? Gue bahkan gak banyak mengambil job. Karena, Savarna yang sekarang gak kayak dulu. Dulu gue selalu ambil job setiap schedule gue kosong. Sekarang? Gue hanya ambil job kalau gue ingin. Bisa dibilang kalau gue udah jarang banget ngambil job.
"Lo gak mau ambil kerjaan lagi, Sav? Banyak desainer yang mau lo jadi modelnya. Say it Alexander McQueen, Yves Saint Laurent, Converse, bahkan kemarin gue dapet email kalau pihak Vogue mau lo on cover untuk Vogue bulan November nanti. Lo gak mau balik kerja? Balmain juga minta lo untuk jadi model di Paris Fashion Week nanti. Gak hanya Balmain, tapi Givenchy, Louis Vuitton, Chanel, Hermès, Balenciaga, Dior, masih banyak lagi. Lo gak mau ambil job dan berhenti minum?"
"No." Jawaban gue sangat simpel dan pendek. Karena gue emang belum mau balik kerja.
Rie melipat kedua tangannya di depan dadanya, raut wajahnya mengatakan kalau dia marah dan kecewa sama gue. "Terserah lo ya, Savarna. Tapi gue gak akan jemput lo kalau lo butuh dijemput karena mabuk." Lalu pergi meninggalkan gue sendiri di kamar gue.
"Adios!" Teriak gue ke Rie agar dia mendengar gue.
🍑🍑🍑
Marquee New York, night club yang sering gue datangi akhir-akhir ini. Karena gue biasanya dateng sendirian, gue gak open table. Tapi gue hanya duduk di meja bar sendirian dan pesen minuman terus menerus.
Alkohol yang mengalir di tenggorokan gue terasa sangat menyengat. Walaupun gue udah sering minum alkohol, tapi tetep aja perasaan menyengat waktu alkohol mengalir dengan lancarnya di tenggorokan gue, masih sama. Tapi perasaan itu lah yang membuat ketagihan untuk meneguk alkohol sampai berkali-kali.
Setelah bergelas-gelas gue meminum Gin & Tonic, akhirnya tubuh gue berjalan ke dance floor dimana orang-orang sedang asik dan sibuk berdansa pada musik yang DJ malam ini mainkan. Saking asiknya, gue gak sadar kalau ada orang yang berdiri di belakang gue dan mulai ikut berdansa dengan gue.
Gue gak nyaman.
Bahkan kedua tangannya melingkar di pinggang gue lalu menarik gue lebih dekat ke tubuhnya.
Awalnya gue berusaha untuk melepaskannya, tapi dia gak mau melepasnya sampai akhirnya ya, ya udah. Gue juga udah terlalu mabuk untuk memaksa laki-laki ini melepaskan tangannya.
Padahal lagi asik, tiba-tiba gue gak merasakan kedua tangan laki-laki itu lagi. Gue melihat ke belakang juga gak ada orang yang berdiri di belakang gue, sampai akhirnya ada orang yang menarik tangan gue dengan paksa dan membawa gue keluar dari kerumuman di tengah-tengah night club.
"I'm sorry but who are you?" Tanya gue ke laki-laki yang menarik gue paksa dari luar kerumunan. Gue menunjukan tampang annoyed dan kesal ke laki-laki ini karena udah menarik paksa gue keluar dan menganggu gue saat gue lagi asik-asiknya dansa.
"Kamu gak tau saya, tapi saya liat laki-laki yang dari tadi dansa sama kamu, berusaha untuk... touch your body?"
"So?"
Dia tertawa sinis, gak percaya dengan apa yang barusan gue katakan. "I know you, Savarna. Dan saya gak mau kamu dipegang-pegang sama laki-laki brengsek macem gitu."
"Oooh kamu tau nama saya. Oke, kamu tau dari mana laki-laki itu brengsek?"
"Saya gak sekali-dua kali ya dateng ke club ini. Saya suka liat dia main perempuan."
"Oh that's very thoughtful of you. But my body is mine and you have no right to tell me what to do."
"Saya cuma ngasih tau kamu, ya. Saya gak mau kamu punya reputasi yang buruk nantinya."
"The reputation is mine, kamu gak perlu khawatir bahkan sampe repot-repot gimana reputasi saya nantinya."
"Ok, fine. Do whatever you want." Kedua tangannya mengangkat di udara, memberitahu gue kalau dia menyerah untuk membela gue.
Karena mood untuk menari gue udah hilang karena laki-laki yang bahkan gue gak tau siapa namanya, akhirnya gue duduk kembali ke meja bar. Kali ini bukan Gin & Tonic yang gue pesan. Gue ingin mencoba sesuatu yang lebih strong dan lebih memabukan.
"Mas, Devil Spring Vodka satu botol." Pinta gue ke bartender yang lagi meracik minuman untuk orang lain.
"Devil Spring Vodka? Mba, itu kadar alkoholnya 80%, are you gonna be okay?"
"Oh come on, what's the worst thing could happen? Satu botol, tolong."
Tanpa menolak, bartender tersebut membuka lemari kaca berisikan berbagai minuman keras dari berbagai penjuru dunia yang ada di belakangnya untuk mengambil minuman yang gue minta. Gak lupa dengan gelas one shot yang dia berikan ke gue bersamaan dengan Devil Spring Vodka.
Hati gue menjerit senang. Gak tau kenapa, setiap gue mencoba alkohol baru, pasti ada rasa kesenangan tersendiri di dalam tubuh gue.
Padahal baru one shot, tapi rasanya tenggorokan gue udah terbakar. Biar gak terlalu merasa terbakar, akhirnya gue terus-terusan menuangkan Devils Spring Vodka ke dalam gelasnya begitu habis. Lalu gue teguk sampai tetes terakhir.
Sedaaap.
Gue sadar banget kalau sekarang gue udah mabuk berat, bahkan gue sampai tertidur di meja bar saking mabuknya dan gak punya tenaga untuk nelfon Rie, atau Kak Dean, atau Kak Diya.
Mungkin malam ini gue akan bermalam di Marquee, ditemani dengan musik yang masih mendengung kencang di telinga gue.
🌸🌸🌸🌸🌸
Author's Note
Second update hari ini! Hehe gimana, gimana? Sampe sini gak ngebosenin kan? :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Americana | Jung Jaehyun
Fanfiction[COMPLETED] "She's a bad bad girl and you should know that." Start 15/09/2019 Finish 13/03/2020 #533 fanfiction 19/12/19 Copyright © 2019 by peachandpeony