Angin berhembus kencang membuat rambut panjang gue tertiup dan berantakan.
Pemandangan dari balkon apartemennya Jeffrey cukup memukau. Langit berwarna oranye, mobil yang berlalu lalang di tengah kota yang begitu menarik apabila dilihat dari atas, serta bangunan pencakar langit yang mengelilingi apartemennya sekarang.
"Ini tehnya. Teh mint kan?" Ucapnya sambil memberikan gelas berisi teh mint yang Jeffrey tawarkan kemudian buatkan untuk gue begitu kita sampai di apartemen miliknya.
"Yay! Makasih." Balas gue sambil menerimanya.
Jeffrey ikut bergabung duduk disebelah gue sambil menikmati pemandangan New York di sore hari, tepatnya pada jam 5:25 sore.
"Jef, makasih ya." Kata gue tiba-tiba. Entah kenapa gue rasa ini saat yang tepat untuk mengatakan apa yang ingin gue sampaikan ke Jeffrey. Untuk berterima kasih atas apa yang udah dia perbuat setelah lumayan lama kita berdua berjuang bersama.
Gak ada salahnya kan berterima kasih ke orang yang udah mau berjuang sama kita?
"Kok tiba-tiba banget?" Jeffrey heran dengan gue yang tiba-tiba mengucapkan kata terima masih. Apalagi suasanya lagi kayak gini, pasti lah muncul asumsi yang nggak-nggak di dalam kepalanya itu. "Ini... kamu gak minta kita... putus, kan?" Suaranya memelan, tatapan matanya sedikit khawatir.
"Ih nggak kok! Aku cuma mau bilang makasih aja sama kamu Jef."
"Buat?" Tanyanya setelah menyeruput teh miliknya, kemudian fokusnya yang tadinya pada pemandangan di depannya kini beralih ke gue.
"Udah mau berusaha."
"Berusaha?"
"Iya, udah mau berusaha selama ini. Udah nyelamatin aku dari dunia jahat di luar sana."
"Nggak. Aku yang makasih." Balasnya. "Makasih udah ngebiarin aku nyelamatin kamu, Sav. Yang terpenting, udah ngebiarin aku menyayangi kamu. Makasih." Senyumnya tulus banget. Membuat gue yang melihatnya jadi salah tingkah.
Dari awal kenal Jeffrey, gue gak akan tau kalau pada akhirnya kita ada dipersatukan melalui sebuah hubungan. Waktu belum kenal dia, Jeffrey cukup eh sorry maksudnya sering bahkan, membuat gue jengkel. Tapi ternyata, itu dia lakukan karena ada motif dibelakangnya, dia ingin membuat gue agar gak serius banget dalam menjalani hidup. Saking seriusnya gue menjalani hidup, gue jadi lupa untuk bercanda.
Sosok Jeffrey Jung menurut gue juga gak akan mudah untuk ditemukan. Banyak sih orang yang baik kayak dia, yang perhatian, yang tulus, yang jail banget, yang pengertian, yang kalau bercanda kadang suka garing, tapi, sosok kayak Jeffrey? Cuma ada satu di dunia. Dan gue sangat beruntung untuk menjadi salah satu orang yang bisa mengenalnya secara pribadi, yang bisa menjadi teman untuk mengisi hari-harinya, dan yang bisa menyayanginya lalu mendapat balasan kasih sayang pula. Beruntung banget.
"Makasih Jef." Gue tersenyum, senyum sakit yang bahkan gak tau kenapa gue tersenyum kayak gini. Gak seharusnya gue kayak gini.
"Makasih juga, Sav."
Dan itu kalimat terakhir dari Jeffrey.
"Cut!"
Gue langsung meletakan gelas berisi teh di atas meja, kemudian bangkit dari duduk. Begitu pun dengan Jeffrey, sorry, maksud gue Yuno, dia juga melakukan hal yang sama dengan gue.
"Audrey, you did well for our last shoot." Ujar Yuno sambil menjulurkan tangannya ke gue, yang gue jabat balik saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Americana | Jung Jaehyun
Fanfic[COMPLETED] "She's a bad bad girl and you should know that." Start 15/09/2019 Finish 13/03/2020 #533 fanfiction 19/12/19 Copyright © 2019 by peachandpeony