Gue habis anterin mami untuk berobat ke rumah sakit, lalu nganter mami ke rumah, kemudian gue pergi lagi sama Jeffrey karena ada keperluan yang harus dibeli. Kasian mami kalau harus nunggu di mobil. Jadi gue sama Jeffrey anter mami dulu pulang, terus kita berangkat lagi.
Dokter bilang, kalau kondisi mami semakin baik setiap kali dateng ke rumah sakit untuk check up and berobat. Gue yang mendengar kabar tersebut gak bisa berhenti bersyukur dan berterima kasih ke Yang Maha Kuasa.
Jeffrey juga gak jarang untuk nemenin gue dan mami berobat. Padahal tuh ya, gue tau kalau kerjaan dia banyak, tapi dia masih sempet-sempetnya untuk nganterin gue sama mami ke rumah sakit.
Kalau Kak Dean dan Kak Diya jangan ditanya. Kalau gue ada jadwal kerjaan di luar negeri, pasti salah satu dari mereka yang akan nemenin mami di rumah dan nganter mami ke rumah sakit. Walaupun mami bersikeras untuk nggak usah ditemenin karena mami tau kesibukan anak-anaknya, tetep aja Kak Dean dan Kak Diya gak bisa ninggalin mami gitu aja. Yaaa banyak sih asisten rumah tangga yang kerja di rumah, belum lagi asisten pribadinya yang selalu 24/7 siap untuk dihubungi. Walaupun banyak pekerja di rumah dan asisten yang selalu siap untuk dihubungi, tetep aja Kak Dean dan Kak Diya selalu nemenin mami kalau gue lagi gak ada di New York. Gak jarang malah mereka berdua yang nginep untuk jagain mami, tentu keluarga kecilnya juga ikut ngeramein rumah.
Hubungan gue sama Jeffrey sejauh ini berjalan mulus. Pernah berantem, tapi berantem kecil aja. Gak kayak waktu gue nyium mantan gue tepat di depan Jeffrey. Gue bodoh banget emang.
Sejak saat itu, gue wanti-wanti Rie untuk ingetin gue untuk gak minum banyak-banyak kalau lagi di acara ulang tahun atau apapun itu yang menyediakan minuman alkohol. Gue juga tentunya ngingetin diri sendiri untuk lebih mengkontrol asupan alkohol. Gue gak mau kejadian kayak waktu di ulang tahunnya Jeanine terulang kembali. Ngeliat Jeffrey sakit hati, bikin gue sedih.
"Eh Jef aku mau nanya deh." Tanya gue ke Jeffrey yang lagi nyetir. Sementara mata gue fokus menatap layar kecil yang berada di genggaman gue.
"Kenapa?"
"Aku kan baca-baca ya, kayak gabut aja sih tadi malem, emang bisa ya negara nerapin pajak impor sebesar 25%? Bukannya itu terlalu besar? Kalau setau aku, Amerika Serikat kan menganut berbagai paham yang salah satunya liberalisme—yang dimana harusnya kerja sama ekonomi antar dua negara harus mendekati angka 0%, bukannya menjauh. Ya kan?"
Pernah mendengar paham liberalisme atau liberal? Kalau belum tau atau pernah denger tapi lupa, akan gue jelaskan apa yang dimaksud dengan liberalisme. Liberalisme itu paham yang berkembang di Inggris yang dikemukakan oleh John Locke—atau pencetus dari paham liberalisme. Liberalisme itu berasumsi kalau pada hakikatnya semua manusia itu terlahir baik, rasional, dan mampu untuk bekerja sama. Sementara kalau hubungan internasional itu dipandang sesuatu yang bersifat kooperatif. Pokoknya liberalisme itu memandang individu dan hubungan antar negara sebagai sesuatu yang positif.
Nah, karena Amerika menganut paham liberalisme, kenapa dia bisa-bisanya menerapkan tarif impor ke China sebesar 25%?
"Kamu ngomongin tentang perang dagang antara Amerika Serikat sama China ya?"
Gue cuma mengangguk.
"Hmm, sebelum aku jawab pertanyaan kamu. Aku mau tanya kamu sesuatu."
"Apa?"
"Kamu tau hukum ekonomi internasional?"
"Hmmm." Gue mencoba berpikir dan menggunakan otak gue, "hukum-hukum yang mengatur tentang seluruh kegiatan yang menyangkut aktivitas perekonomian dalam lingkup internasional?"
"Bener. Tapi, hukum ekonomi internasional itu dibagi jadi dua. Ada definisi sempit dan defisini luas. Kalau definisi sempitnya, hukum ekonomi internasional itu hanya menggunakan hukum-hukum antar negara aja. Tapi kalau defisini luasnya, hukum ekonomi internasional itu juga harus mencakup hukum-hukum domestik suatu negara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Americana | Jung Jaehyun
Fanfiction[COMPLETED] "She's a bad bad girl and you should know that." Start 15/09/2019 Finish 13/03/2020 #533 fanfiction 19/12/19 Copyright © 2019 by peachandpeony