12. I'm Leaving

6.7K 940 69
                                    

"Makasih pak! Kembaliannya ambil aja!" Sambil menyodorkan satu lembar $100 kepada pengemudi taksinya. Padahal argo gue hanya $45, tapi gak apa-apa deh anggap aja berbagi.

"Makasih mba!" Ucapnya sambil tersenyum setelah mendengar kalimat dari gue.

Kaki gue sedikit bergetar waktu turun dari mobil dan berjalan masuk ke rumah. Bahkan, Liam aja sampai bertanya apa gue bisa jalan atau nggak—karena kaki gue emang gemeteran banget. Gimana kalau seandainya Jeffrey bener-bener mendatangi papi dan memperlihatkan video yang dia ambil?

Tunggu, gue sebenernya bisa aja nuntut dia karena mengambil video gue tanpa seizin gue dan lalu dia memperlihatkannya ke orang lain. Itu termasuk pelanggaran privasi.

Heels 7 inci gue menyentuh lantai marble yang menjadi alas lantai rumah gue. Suara ketukannya sangat terdengar karena saking sepinya kondisi rumah gue sekarang.

Mami kayaknya udah ada di kamar. Papi? Mungkin lagi di ruang kerjanya. Oke, gue akan langsung ke ruang kerjanya untuk melihat apa Jeffrey juga ada disana atau gak.

Langkah demi langkah gue lalui dengan degup jantung gue yang tiap detik semakin kencang jantung gue berdegupnya.

Gue tiba di depan pintu ruang kerja papi dengan perasaan gugup. Tapi untuk memastikan apa yang Jeffrey lakukan, mau gak mau gue harus masuk ke dalam sana.

Pintu ruang kerja papi gue buka perlahan. Suara pintu yang terbuat dari kayu membuat papi... dan Jeffrey memandang ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Oh, Savarna." Kata papi gue, tapi gak seramah biasanya. Jangan-jangan Jeffrey udah ngasih liat ke papi perihal video yang dia ambil di klub malam?

Mata papi kembali memandang laptop yang ada di depannya. Kemudian tatapan gue beralih ke Jeffrey yang saat ini balik menatap gue sambil tersenyum jahat dan sinis. Tentunya aksi dia ini gak keliatan sama papi karena papi masih sibuk dengan laptop yang ada di depannya.

"Pi."
"Sav."

Gue dan papi mengatakannya secara bersamaan.

"Papi mau ngomong apa? Duluan aja." Kata gue.

Papi melipat kedua tangannya di atas meja. Menatap lurus ke gue, sampai akhirnya papi memecah keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya.

"Papi kecewa sama kamu, Savarna."

Otomatis tubuh gue langsung lemas mendengarnya.

"K-ke-ken-kenapa pi?" Gue mendadak jadi gagap. Papi biasanya kalau kecewa sama gue gak akan kayak gini. Pasti papi bakal marahin gue. Suaranya akan meninggi. Tapi kali ini, berbeda. Sekecewa itukah?

"Jeffrey." Kata papi.

Jadi, Jeffrey beneran menunjukan video yang dia ambil di klub malam tadi?

Jeffrey disana hanya terlihat tenang, wajahnya menunjukan kalau dia menang dalam hal ini.

"Jeffrey kenapa pi?" Tanya gue penuh penasaran namun takut juga disaat yang bersamaan.

Papi menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. Melihat ke arah Jeffrey sebentar sebelum akhirnya melihat kembali ke gue.

"Jeffrey ini fans kamu, Savarna. Kamu gak kasian sama fans kamu yang selalu ngedukung kamu ini?"

Gue yang tadinya gugup, khawatir, dan takut—seketika menjadi bingung dengan ucapan papi barusan.

Jeffrey? Fans gue? Gak salah denger apa ya gue?

"M-maksudnya?" Gue menatap papi dengan penuh kebingungan, lalu menatap Jeffrey sebentar sebelum akhirnya menatap papi lagi.

Miss Americana | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang