"Sa gue bener-bener minta maaf gue gak tau kalau bakalnya sampe kaya gini." Kata Agatha menunduk didepan Allesia.
Allesia hanya diam, ia tidak mau lagi berbicara pada ketiga perempuan berhati iblis itu. Sebenarnya Allesia banyak menyimpan perasaan marahnya terhadap mereka, ia juga ingin sekali membuat mereka hancur seperti Allesia sekarang namun Allesia berfikir itu sama saja hal yang sia-sia jika ia lakukan, sebab Allesia membunuh mereka pun itu tidak akan mengembalikan calon bayinya yang sudah berada di surga sana, jusrtu itu hanya akan mengotori tangan Allesia. Biarkan saja pihak berwajib yang menghukum mereka, itu pikir Allesia.
"Saya minta maaf Allesia, tolong maafin saya, saya benar-benar menyesal." Ucap Vita lirih memandangi tangannya yang sudah di borgol oleh polisi.
Allesia tetap diam bahkan ia tidak menatap siapapun didepan dan sekitarnya, padahal didepan dan sekitarnya ada keluarganya, Harry, Lita, Blake, Jesen, dan pihak kepolisian yang datang kerumah Allesia. Jesen yang meminta agar tiga perempuan itu yaitu Agatha, Cassie, dan Vita meminta maaf pada Allesia.
Bicara soal kondisi Allesia sekarang, sebenarnya kondisi Allesia belum bisa dibilang baik, tapi karena Allesia yang meminta paksa agar dirinya pulang dan dirawat dirumah ketimabang dirawat di rumah sakit itu semakin mengingatkannya pada insiden keguguran janinnya.
"Allesia, gue minta maaf sekali lagi." Kata Cassie, ya karena mereka sudah berucap berkali-kali namun Allesia tidak menjawab mereka, dia hanya diam dan semua orang tidak mengerti maksud diamnya Allesia antara memaafkan atau mengabaikan.
"Pak saya rasa cukup, mereka bawa kembali ke tahanan." Kata Jesen sopan pada pihak kepolisian.
"Baik bu."
Pihak kepolisian membawa ketiga perempuan itu keluar dari rumah keluarga Allesia.
"Harry." Ucap Allesia pelan tanpa menoleh kearah orang yang ia ucapkan itu.
"Iya?" Harry awalnya berdiri dibelakang kursi roda Allesia berjalan maju dan sekarang ia berada di depan Allesia, seperti biasa ia berjongkok untuk menyamai posisi Allesia dan tersenyum mengingat ini pertama kalinya Allesia mau mulai bicara kepada Harry.
"Kita cerai." Kata Allesia bergetar.
Bagaikan petir disiang bolong!
Harry terkejut bukan main dan senyumnya pudar begitu saja. Bukan hanya Harry yang terkejut tapi semua orang yang sekitar Allesia ikut terkejut."Karena ini salah satu cara biar gue aman." Ucap Allesia lagi, ia berusaha keras untuk tidak menangis lagi.
"Gak Allesia saya gak mau."
"Gue gak butuh pendapat dari lu, mau gak mau, harus gak harus." Ucap Allesia. Dia membelokan kursi rodanya sendiri lalu menjalankannya ke arah belakang rumah dengan cepat. Zayn melirik kearah Lita memberi perintah untuk mengejar adiknya itu, sementara Zayn juga menahan Harry untuk tidak mengejarnya.
"Zaynnn!" Protes Harry.
"Lu gak bisa ngomong sama Allesia dalam keadaan kaya gini Harry, biarin dia nenangin kondisi psikisnya dulu, percaya sama gue kalian gak bakal bercerai." Ucap Zayn.
Sementara dibelakang sana Allesia memberhentikan kursi rodanya lalu menangis lagi.
"Saa.." Lita menatap sendu sahabatnya.
"Gue gak bisa Lit, gue gak mau kaya gini lagi, gue gak mau lemah, hikss." Isak Allesia.
"Nooo, nooo. Lu gak lemah."
"Gue lemah karena gak bisa jaga calon anak gue dari mereka, gue lemah karena gak bisa lawan mereka." Tangis Allesia semakin pecah ketika mengingat bagaimana sadisnya penyiksaan yang ia dapat malam itu. Perut, pinggul, punggung bahkan kepalanya ditendang bersamaan secara brutal.

KAMU SEDANG MEMBACA
om Harry // H.S
Fiksi Penggemar"Yakali mah aku mau dinikahin sama om-om" *** Notes : -Terdapat banyak kata dan bahasa kasar didalamnya. -Bahasa sehari-hari/ tidak baku. -Hanya hayalan. -06 Juli 2019- ...