12: Sadness

3.5K 160 2
                                    

Couple Ring 2

"Melihat mereka berdua, akankah kita berjodoh hingga ke jenjang yang lebih serius?"

Daren terlihat gelisah saat melihat hasil MRI dan CT-scan milik adiknya. Ia berkali-kali menghela nafas kasar.
Alexa yang berdiri disamping suaminya mencoba mengusap pundak Daren menguatkan.

"Secepatnya kita harus lakukan liver biopsy untuk mengetahui lebih mendalam seberapa parah kerusakannya." Alexa berkomentar begitu memahami hasil tes yang kini ada di tangan suaminya.

"Tapi kamu lihat sendiri kan, Lexa? Ada peningkatan tekanan pada pleura yang membuat tekanan kuat pada paru-parunya. Jelas ini akan menimbulkan pneumothorax susulan jika kita memaksakan diri untuk segera melakukan prosedur biopsy."

"Aku paham, Daren. Kita tidak mungkin melakukan tindakan ini dengan Laparoskopi. Jika kita melakukan anestesi umum, tentu kita perlu memasangkan ventilator pada Aksa dan itu akan meningkatkan resiko pneumothorax." Alexa mengungkapkan semua yang ia tahu.

"Tapi kamu tentu tidak lupa bahwa kita juga bisa melakukan percutaneous dengan anestesi lokal di area biopsy. Kita hanya perlu memasangkannya oxygen mask untuk membuat pernafasannya tetap stabil selama prosedur." Mendengar penjelasan istrinya, Daren mengangguk paham.

"Tapi aku tidak yakin Aksa akan menyetujui prosedur anestesi lokal tersebut. Ini pertama kali untuknya, berada di meja tindakan, aku khawatir itu akan berpengaruh saat proses biopsy." Daren menumpahkan keresahan yang ada di kepalanya kini.

"Apa kau sudah bicara dengan, Aksa?" Pertanyaan Alexa dijawab dengan gelengan kepala oleh Daren.

"Kamu saja belum mencoba, tapi sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. Daren, berpikirlah sedikit optimis! Setidaknya meski pasien yang kau tangani adalah adikmu, kamu juga perlu bersikap profesional." Alexa kembali mengusap pundak suaminya. Ia segera mendekat dan memeluk tubuh Daren dari belakang.

"Kamu perlu sedikit istirahat, Honey. Biar setelah ini aku yang akan memeriksa kondisi Aksa di ICU." Alexa mengecup sekilas pipi suaminya. Ia tersenyum dan segera beranjak berniat untuk memberikan waktu suaminya beristirahat di ruangannya.

"Honey.." Daren memanggil istrinya lembut, ia bangkit dari kursinya dan mendekat ke arah Alexa yang tengah memegang kenop pintu ruangannya.

Daren meraih tangan Alexa mencoba membatalkan niat istrinya untuk keluar. Ia kembali menutup pintu ruangan dan menguncinya.

Alexa terlihat heran begitu merasakan pelukan hangat dari sang suami.

"Terima kasih sudah selalu ada untukku dan keluargaku." Daren mengecup lembut kening Alexa yang kini ada di pelukannya.

Tak lama Alexa dapat merasakan tubuh Daren yang gemetar.

"Daren, are you okay?" Alexa merasa ada hal yang tengah Daren tahan.

"I-don't---know.." Daren tak melanjutkan kalimatnya. Kini hanya ada isak tangis yang terdengar dari bibir Daren.

"Kenapa bukan aku saja yang mengalami ini semua, Lexa?" Disela tangisnya, Daren berpikir akan lebih baik dirinya saja yang mengalami semua yang sedang Aksa rasakan.

"Ini sudah skenario Tuhan, Daren. Apa kau tidak berpikir jika kau ada di posisi Aksa sekarang ini, Aksa tentu akan jauh lebih sakit dari ini?" Daren tidak menjawab, kini ia sibuk menumpahkan semua tangis yang ia tahan. Tangis yang selama ini ia coba sembunyikan dari Aksa dan Mamanya. Ia harus terlihat kuat, kini ia menjadi pengganti sang Papa. Ia tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya.

Couple Ring 2 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang