24: Coming Back

2.6K 127 24
                                    

Couple Ring 2

"Ini semua salahku, aku yang tidak memenuhi perintahmu. Maafkan aku!"

Begitu Raflan membuka matanya, ia tahu betul dimana dirinya berada. Raflan juga tahu siapa gadis yang kini berada di sisi kiri ranjangnya. Dengan segera ia meminta gadis itu untuk pergi dan tidak pernah menemuinya lagi.

"Raf, kamu jangan maksain diri kamu begitu dong!" Rara, gadis itu sangat tahu bahwa Raflan masih sangat lemah dan tidak seharusnya ia berteriak dan memaksakan diri untuk bangun dari rebahnya.

"Itu bukan urusanmu, Ra!" ucapan ketus Raflan sukses membuat hati Rara sakit.

Raflan segera memalingkan wajahnya, tentu ia tidak tega melihat kesedihan yang tergambar jelas di wajah Rara saat ini. Namun, ia harus tetap melakukannya demi kebaikan Rara.

"Pergi, Ra!" teriakan itu kembali terdengar.

Sang Mama yang memasuki ruang rawat Raflan segera mendekat ke arah anaknya begitu mendengar ucapan Raflan.

"Hey, kamu gak boleh gitu dong Lan. Rara udah banyak nolongin kamu, bahkan mama gak tau lagi akan gimana kalo tadi Rara gak memaksa untuk nemenin kamu di tangga darurat." Mama Raflan menatap lekat kedua mata anaknya. Ia tentu tahu bukan hal ini yang Raflan inginkan.

"Alan gak peduli Ma! Alan cuma mau Rara pergi dari sini. Dia gak penuhin perintah Alan untuk tetap diam ditempatnya dan itu konsekuensi yang harus dia terima!" Raflan segera mengutarakan bahwa dirinya tidak main-main dengan ucapannya.

Rara tersadar, apa yang Raflan ucapkan memang benar. Ia terpaksa berbalik dan pergi meninggalkan Raflan dan Mamanya tanpa suara.

Melihat Rara berjalan pelan menjauhinya, hati Raflan tentu terasa pilu. Ia segera menutupi kesedihannya dengan memeluk Sang Mama. Mama Raflan sangat sadar apa yang tengah anaknya rasakan.

"Apapun keputusanmu, mama akan tetap selalu ada untuk Alan, oke?" Raflan mengangguk dalam pelukan mamanya. Ia segera melepas pelukannya dan menanyakan keberadaan adiknya Mutia.

"Muti lagi sama Fadli, tadi Fadli nawarin untuk jaga Mutia selama mama urus administrasi. Kebetulan shift magangnya sudah selesai. Kamu harus tetap di rumah sakit sampai besok pagi ya?" Raflan mengangguk patuh, ia paham, tidak mungkin di kondisinya yang masih lemah ia memaksakan diri untuk pulang.

"Mama pulang aja ya sama Muti. Alan biar disini dan minta Fadli untuk nemenin Alan. Besok pagi Alan akan minta Om Johan untuk antar aku pulang. Please!" Raflan memohon, ia tentu tidak akan tega membiarkan Muti dan Mamanya menginap di rumah sakit.

"Baiklah, Mama temui Fadli dan ajak Mutia untuk pulang. Kamu harus janji gak boleh turun dari ranjangmu ya. Kamu juga harus nurut apa kata Om Johan dan juga Fadli, paham?" Raflan mengangguk setuju.

Mama Raflan segera keluar sambil membawa tas yang ia bawa. Tak lama Mamanya berganti dengan Fadli yang masuk ke ruang rawatnya.

"How's work?" Raflan bertanya begitu melihat Fadli membuka seragam magangnya.

"Hm, not really good! Tadi ada pasien yang keras kepala gak mau ditemenin, jadi begini deh akhirnya." mendengar ucapan Fadli yang tentu saja menyindirnya, Raflan tertawa.

"Gimana masih sesak?" pertanyaan Fadli dibalas dengan gelengan kepala. Tapi ia tentu tahu bahwa Raflan berbohong, ia masih bisa mendengar jelas suara nafas Raflan yang terdengar begitu berat. Fadli kini terlihat memeriksa tabung oksigen di samping ranjang dan mengecek keluaran oksigen pada nasal cannula yang terpasang di hidung Raflan.

"Sekarang lo makin kaya cenayang deh, Fad." Raflan tertawa setelahnya. Sekarang ia tidak bisa lagi menyembunyikan kondisinya dari saudara angkatnya, karena kini Fadli sudah sangat paham perubahan kondisinya sekecil apapun. Ia juga semakin tahu tindakan-tindakan medis yang harus dilakukan pada Raflan jika terjadi sesuatu padanya.

Couple Ring 2 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang