Perkenalkan, mereka adalah sosok baru yang akan menemani dunia per-wattpad-an kalian. Edgar dan Gama sama sepertiku yang juga diciptakan untuk menghiasi hari kalian. Menghibur kalian dikala penat dengan kehidupan nyata yang terasa semu.
Edgar dan Gama dicipitakan untuk menceritakan kisah hidup mereka yang sama peliknya dengan kehidupanku.
Maka, izinkan aku memberikan rekomendasi untuk kalian membaca cerita baru dari penciptaku yakni BAD GARMA.
Kujamin Edgar dan Gama akan sukses membuat kalian jatuh hati nantinya.
Berikut sepenggal awal ceritanya:
"Anjir! Sakit ego, Bang!" Bisma kini sibuk mengelus bekas jitakan kembarannya.
"Gue cabut ya, lo jaga rumah yang bener! Ehiya, jangan panggil gue abang, gue bukan tukang bakso!"
"Tapi bang gue kan adik lo! Oh iya, sebentar lagi ada--" belum selesai Bisma menjelaskan, orang yang di maksud sudah berada di belakang mereka dan menyapa.
"Bi Wati!" mengetahui keberadaan wanita paruh baya itu, Edgar segera mendekat dan memeluk erat wanita paruh baya tersebut.
"Ya Allah, Bi Wati apa kabar?" Edgar terlihat begitu dekat dengan orang tersebut.
"Alhamdulillah baik, Den. Ini muka Den Edgar kenapa?" Bi Wati terlihat memunculkan wajah khawatirnya begitu melihat wajah Edgar yang banyak luka lebam.
"Tenang Bi, namanya juga jagoan. Ini namanya tanda kekuasaan!" Edgar berucap bangga.
"Heleh! Paling juga itu hasil di keroyok Zian and the gang kan?" suara itu terdengar, sumber suara tersebut segera memunculkan wujudnya yang berada di balik tubuh Bi Wati.
"Dyna! Seriusan ini lo?" Bisma begitu senang melihat keberadaan Dyna di hadapannya.
"Oh my God! Petaka muncul! Kenapa harus bawa kantong kresek ini sih, Bi?" Edgar terlihat kecewa melihat Bi Wati mengajak keponakannya.
"Maaf Den, abis Bibi gak tega ninggalin Dyna sendiri, soalnya adik Bi Wati, bapaknya Dyna lagi ada pekerjaan di luar kota." Bi Wati mencoba menjelaskan.
"Ya gak apa-apa Bude, kalo misalnya Si anak sok jagoan ini gak ngizinin Dyna tinggal di rumahnya. Dyna pulang aja ya?" Dyna merasa tersinggung dengan ucapan Edgar padanya.
"Gar, lo jangan gitu dong! Kasian Dyna, lagipula kan kalo ada Dyna gue jadi ada temennya kalo lo lagi pergi." Bisma mencoba merayu kembarannya sambil mengguncang lengan Edgar.
"Ish! Apaan sih lo! Gak usah pegang-pegang bisa gak? Asal lo tau, kalo lo kebanyakan maen sama kantong kresek ini, yang ada lo makin lembek! Apaan coba, nonton drama korea aja pake segala mewek, cupu bener!"
"Kok lo songong sih?! Gue daritadi diem aja ya lo ngatain gue! Lo pikir gue takut sama lo, hah? Ngomongnya doang jagoan, tapi beraninya cuma dikandang! Beraninya cuma dorong Bisma sampe koma enam bulan!" Dyna mulai geram hingga tak bisa mengontrol ucapannya.
Deg!
Kalimat itu sukses membuat Edgar bungkam. Edgar memunculkan wajah kesalnya namun ia mencoba mengontrol emosinya.
Sedangkan Bisma kini terlihat merasa bersalah mendengar ucapan Dyna.
"Dyna, jaga ucapan kamu!" Bi Wati segera menegur keponakannya.
"Kenapa Bude? Apa karena sekarang Dyna miskin jadi gak punya hak untuk ngomong? Begitu?" Dyna melontarkan amarahnya pada Bi Wati. Perlahan emosinya membuat matanya terasa begitu panas hingga bulir-bulir air mata bergumul di matanya.
"Apa karena bude cuma pembantu disini jadi Dyna gak punya hak buat bela diri? Kenapa sih bude? Kenapa bude lebih sayang sama si tukang onar ini dibanding Dyna ponakan bude sendiri?" Dyna akhirnya menumpahkan tangisnya. Melihat ponakannya menangis Bi Wati merasa tidak tega. Ia segera meraih ponakannya masuk kedalam pelukannya.
"Maafin Bude, Dyn. Bude gak bermaksud begitu." Bi Wati ikut bersedih mendengar tangis ponakannya yang pecah akibat tegurannya.
"Dasar Drama Queen!" Edgar berkomentar singkat lalu pergi meninggalkan keonaran yang sudah ia buat.
"EDGAR!" teriakan itu sukses menghentikan langkahnya, ia tahu siapa yang memanggilnya. Ia segera berbalik dan..
Bugh!
Pukulan itu sukses mendarat di pipi kiri Edgar. Ia segera menghapus darah dari sudut bibirnya dan memunculkan evil smirknya. Oh mau jadi jagoan rupanya, pikir Edgar dalam hati.
"Lo mau jadi jagoan?" Edgar bertanya datar pada Bisma yang kini tengah memasang kuda-kuda dan siap melayangkan pukulan kembali.
"Jangan sekali-kali bikin Dyna nangis!" Bisma berteriak lantang di depan kembarannya.
"Cih! Jaga diri lo sendiri aja gak bisa, pake sok sokan mau belain si mala petaka itu!" ujar Edgar merendahkan.
"Cowok yang beraninya sama cewek itu namanya BAJ*NGAN!" Bisma kembali berteriak di depan kembarannya.
Edgar yang mendengar hardikan dari adik kembarnya segera tertawa konyol.
"Well, meskipun gue gak tau salah gue dimana. Tapi sebagai seorang cowok gue siap buat terima konsekuensinya." Edgar kembali berucap santai.
"Ayo! Sini maju, pukul gue! Gak usah takut, gue gak akan ngelawan." Edgar justru balik menantang, melihat itu Bisma terlihat bingung. Ia sungguh heran dengan kembarannya yang sama sekali tidak takut apapun.
"Kenapa diem? Sini pukul gue!" Edgar kembali menantang dan kini ia juga memukul-mukul pipinya sendiri.
Melihat aksi Edgar yang menyakiti dirinya sendiri, Dyna segera mendekati Edgar dan menghentikan aksinya.
"Lo ngapain?! Harusnya lo seneng Bisma lebih belain lo dibanding gue kembarannya. Udah impas kan sekarang?" Edgar membentak Dyna, Dyna segera membatu mendengar apa yang di ucapkan Edgar.
"Cukup Den, cukup! Bibi minta maaf atas kelakuan ponakan bibi." Bi Wati mendekati Edgar dan berlutut di depan Edgar. Melihat hal itu, Edgar segera meminta Bi Wati untuk bangun dan memeluk wanita paruh baya yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
"Edgar minta maaf, Bi. Edgar yang salah. Dyna bener, Edgar emang sok jagoan dan cuma bisa bikin onar." Dalam pelukan Bi Wati tangis Edgar tiba-tiba pecah.
Mendengar itu Bisma dan Dyna begitu kaget. Bagaimana bisa? Pikir mereka.
"Cukup Den! Sudah cukup Den Edgar pura-pura kuat di depan semuanya. Den Bisma itu kembaran Den Edgar, dan kalian harus saling menjaga satu sama lain. Bukannya saling berkelahi seperti ini--" Bi Wati menjeda ucapannya, ia mengarahkan pandangannya pada keponakannya yang begitu terkejut melihat tangis Edgar untuk pertama kalinya.
"Dyna, mulai sekarang kamu gak boleh lagi ngomong sembarangan soal Den Edgar, Den Edgar itu--" Edgar segera mencegah Bi Wati untuk meneruskan ucapannya.
"Edgar mohon, jangan--" belum selesai, tiba-tiba kepala Edgar terasa berputar.
"Edgar!" panggilan itu terdengar gamang di telinganya. Ia segera memegangi kepalanya yang sungguh membuatnya merasa mual.
"Bi--" panggilan Edgar tertahan oleh rasa sakit yang amat sangat di kepalanya.
Tiba-tiba tubuh Edgar limbung, detik berikutnya ada darah yang mengalir dari hidungnya. Segera ia sentuh hidungnya dan melihat apa yang ia dapat di tangannya. Darah!
Seketika pandangannya kabur dan semua menjadi gelap.
###
Kalian bisa langsung melanjutkan baca BAD GARMA di karya penciptaku dan jangan lupa jadikan daftar baca favorite kalian.
Terima kasih, sampai bertemu weekend ini dengan kelanjutan kisahku.
Raflan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Ring 2 [Complete]
Teen FictionWajib follow sebelum baca 💕 Rara hanya bisa duduk terdiam sambil melihat apa yang ada di depannya. Obat tidur, ketidak terbukaan Bima, alasan dibalik Bima pergi, semuanya kini berputar di pikiran Rara. "Dimana tas Aksa, Mam?" "Ada di lemarinya." Da...