35. Kehilangan

202 17 12
                                    

Seperti biasa, selama empat bulan terakhir setiap hari Y/N menjenguk seseorang yang masih terbaring lemah di sana. Kondisi Mingyu sama sekali tidak ada peningkatan. Bahkan semakin hari dokter bilang kondisinya sedikit menurun.

Dokter sempat memberi kabar jika keadaan terus begini, pihak rumah sakit akan melepas seluruh alat bantu. Seketika jantung Y/N berhenti berdetak, dia tidak sanggup jika Mingyu pergi.

Setiap hari dengan sepenuh hati Y/N menemani Mingyu. Dia selalu bercerita tentang keluh kesahnya di sekolah. Dia menceritakan seolah-olah Mingyu bisa mendengarkannya.

Tidak jarang Y/N bercerita sambil menangis, karena dia sudah seperti orang paling menyedihkan yang terus berceloteh tidak jelas di hadapan orang yang sedang koma.

Dia hanya ingin Mingyu mengetahui betapa seru hidupnya saat ini, dia ingin Mingyu bangun dan ikut merasakan kebahagiaan hidup bersamanya.

Hari ini Y/N bercerita jika Jisoo yang sedang dekat dengan Vernon. Maklum saja sejak ditugasi Mingyu untuk menjaga Y/N, Vernon lebih sering menanyakan kabar Y/N melalui Jisoo ataupun Jennie. Itu membuat keduanya menjadi sangat akrab.

"Jisoo tiap hari nangis tau, dia nyesel dulu sempet suka sama cowok brengsek kayak won-... "

Y/N menahan kata terakhirnya, dia ingin menceritakan hal yang bahagia. Dia tidak ingin Mingyu mengingat orang brengsek yang menghancurkan hidup keduanya.

"Ya itulah ada pokoknya Gyu, Jennie terus-terusan ngapokin dan bikin Jisoo kesel setengah mati, Vernon terus nasehatin Jisoo supaya gak salah pilih cowok. Emang dasarnya Jisoo aja yang playgirl. Katanya dia nemuin pengganti Jun tapi eh salah pilih hehe."

Y/N tertawa miris, tawanya bahkan sangatlah hambar. Perlahan Y/N mulai meneteskan air mata. Dia hanya ingin satu, Mingyu sembuh.

Tangan Y/N menggenggam lembut tangan lemah milik Mingyu.

"Kapan kamu bangun?" Tanyanya miris.

"Gak capek apa tidur terus? Jangan lama-lama tidurnya..."

"Aku di sini Gyu... Aku selalu ada di hadapan kamu, nunggu kamu membuka mata. Ayo bangun, kita hadapi semua masalah di luar sana bersama-sama."

Tangisnya pecah namun tetap disertai senyuman. Senyuman menerawang bagaimana bahagianya mereka berdua suatu hari nanti. Dia yakin hari itu akan tiba.

***

Malam ini Y/N akan menjaga Mingyu. Orang tua Mingyu bahkan menitipkan dia pada Y/N karena ada urusan pekerjaan. Mereka sudah tahu mengenahi hubungan Mingyu dengan Y/N dan tidak ada masalah.

Malam ini Y/N membawa buku novel yang baru dia beli tadi sebelum ke rumah sakit.

Y/N terus tersenyum sambil menenteng buku tersebut melewati koridor rumah sakit. Dia ingat semua buku novel di ruangan sudah habis dia baca untuk Mingyu.

Selain bercerita tentang sekolah, Y/N juga sering membacakan Mingyu novel karena tahu Mingyu suka sekali membaca.

Sreeettt...
Pintu ruangan terbuka, Y/N tidak sabar ingin menceritakan isi novel barunya ini.

Saat Y/N mulai memasuki ruangan, senyumnya kembali memudar. Alat pendeteksi detak jantung di samping Mingyu tidak menunjukan peningkatan, bahkan presentase nya sedikit menurun.

Y/N memejamkan matanya. Dengan cepat dia langsung menghampiri Mingyu, menyapa Mingyu seperti biasa lalu mengelus puncak kepala Mingyu.

"Mingyu... kamu harus berjuang." Ujarnya sambil terus menangis. Y/N tahu presentase alat pendeteksi detak jantung Mingyu terus menurun.

THE PERFECT BOY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang