Pagi yang begitu cerah, Matahari menampakkan sinarnya yang berkilau seperti mengabarkan kepada seluruh dunia bahwa sang empu sedang bahagia. Kilau sinar yang berasal dari ufuk timur menembus setiap ranting-ranting.
Membangunkan semua makhluk yang masih terbuai menari-nari bersama mimpi mereka. Sepasang mata terusik dengan cahaya yang menembus sela-sela jendela kamarnya.
Hari ini matahari seakan tidak mengerti keadaan hatinya, hari yang begitu indah akan bergelut dengan keadaan yang sedang kacau.
Pori-pori kulit terasa tersengat sinar yang semakin hangat, membuat kedua kelopak matanya mengerjap, Mingyu terduduk dengan mengusap-usap wajah seakan mengumpulkan kesadaran yang belum pulih.
Setelah dirasa kesadarannya telah pulih kembali, Mingyu beranjak dari tempat tidurnya dalan berjalan gontai menuju kamar mandi. Saat sedang bercermin, terlihat beberapa bekas luka yang sudah mengering di bagian wajahnya.
Mingyu tersenyum hambar mengamati setiap inci wajahnya. Bayangan Tzuyu kembali melayang-layang di pikirannya. Nama yang sudah ia kubur seakan menggema kembali dalam benaknya.
"Kenapa lo ninggalin gue bersama semua masalah ini? lo suka gue hancur, lo itu iblis kecil yang berhasil buat perasaan gue hancur." Senyuman hambar seketika berubah menjadi raut kebingungan.
"Udah ada orang selain lo yang berhasil lunakin hati gue, mirip banget sama lo tapi gue gak tahu apa di juga licik kayak lo." lanjutnya sembari uring-uringan sendiri di kamar mandi.
***
Seseorang yang menggunakan helm full face membawa mogenya melaju dengan kencang membelah keramaian, menyapu setiap sudut jalanan kota Seoul.
Sampai di parkiran seperti biasa, saat sang pengendara turun dan melepas helmnya, kepala semua cewek seperti tertarik untuk menoleh mengamati pangeran sekolah tersebut. Auranya tidak pernah terkikis oleh waktu, membuat semua cewek tidak pernah rela melepas pandangannya terhadap Mingyu.
Kebahagiaan hidup baginya bukanlah disegani semua orang karena fisik yang sempurna ataupun kecerdasan otak yang dimilikinya. Kebahagiaan menurutnya adalah ketenangan hidup bersama orang-orang yang menyayanginya apa adanya dan mampu menerima segala kekurangan yang dimiliki.
Wajah dingin selalu ia tampilkan saat semua cewek memandanginya. Sesekali dia menertawakan tingkah aneh cewek-cewek di sekolah ini. Suka karena tampan, suka karena kaya, suka karena pintar, dasar cewek. begitu pikir Mingyu.
Namun saat ini banyak yang berbisik bahkan bicaranya sangat keras terdengar sampai ke daun telinga Mingyu. Mereka semua membicarakan wajah tampan Mingyu yang penuh bekas luka.
Tidak sedikit, mungkin semua memandang Mingyu dengan tatapan iba, sedih melihat keadaan pangerannya tidak baik. Namun ada juga yang memuji Mingyu karena meskipun penuh bekas luka, wajah tampannya seakan tidak pernah tersisihkan.
Meskipun telinganya mendengar, Mingyu tetap berusaha untuk tidak peduli dan melanjutkan langkahnya menuju kelas. Pikirannya sedang kacau mengingat nama mantannya terucap dari mulut Wonwoo.
Akhir-akhir ini nama itu sangat mengusik hidupnya. Ditambah lagi nama Y/N yang selalu bergeming di telinganya. Hidupnya selalu saja berurusan dengan Y/N. Seperti sudah terikat dan tidak pernah bisa lepas meskipun Y/N sudah milik orang lain.
"Gue harus pisahin mereka, cowok itu terlalu brengsek buat Y/N tapi gue takut Y/N sakit hati. Gue bukan mau hancurin hubungan mereka, gue cuma mau lindungi Y/N." Ujarnya sambil mengadahkan kepalanya keatas menatap langit-langit ruangan belajar ini.Mingyu memegangi kepalanya, mencengkram setiap helai rambutnya. Keadaan begitu rumit baginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT BOY [END]
Hayran Kurgu[PROSES REVISI] "Mencintai seorang the most wanted itu mudah kok, karena yang sulit itu mendapatkan hatinya." Kim Mingyu, siapa yang gak kenal sama the most wanted sopa yang satu ini? Ganteng? Oh udah pasti, terkenal? Gak mungkin gak, pinter? Dah la...