40. Epilog

280 16 6
                                    

Di sinilah sekarang, sepasang kaki berpijak tepat di tempat dimana sesorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Helaan nafas panjang berhembus diiringi oleh air mata yang kian meluruh. 

Tzuyu memandangi Sungai Han yang begitu luas dan panjang berada tepat didepan matanya. Sambil memegangi secarik surat milik Wonwoo yang menjadi curahan terakhir sebelum kematiannya.

Punggung tangan Tzuyu berulang kali mengusap air matanya yang tak kunjung surut. Dia membaca setiap kata yang tertulis dalam surat itu membuat hatinya semakin tersayat.

Y/N, sebelumnya gue mau minta maaf atas segala perlakuan gak pantas yang udah gue lakuin ke elo. Gue minta maaf Y/N, gue tau sebrengsek apa gue ini. Gue salah, hidup gue hampa, hati gue sakit, perasaan gue hancur.

Gue berubah semenjak seseorang yang gue cintai pergi ninggalin gue gitu aja. Gue yang awalnya bahagia jadi menderita semenjak kehilangan dia. Gue gak mau liat siapapun yang buat dia pergi ninggalin gue bisa bahagia. Gue udah cari dia kemana-mana tapi tetep gak ketemu, gue sayang banget sama dia Y/N. Bahkan sampe saat ini gue belum bisa nemuin dia.

Tzuyu tidak tahu jika Wonwoo pun menderita karena dirinya. "Maafin aku Won hiksss, aku gak tahu keputusan aku untuk pergi malah membuat kamu semakin hancur." Tzuyu melanjutkan setiap kata yang tertulis di surat tersebut.

Kalo suatu saat Tzuyu bisa baca surat ini, tolong sampein ke dia gue sayang banget sama dia. Bahagia gue cuma dia, gue lakuin apapun demi bisa ngembaliin dia, sampein maaf gue ke dia kalo selama ini gue kasar, gue cuma gak mau kehilangan dia. Mungkin cara gue emang salah, karena gue terlalu takut buat kehilangan dia.

Gue terlalu buruk untuk jadi manusia, gue nyesel udah nyakitin kalian semua. Semoga dengan perginya gue, kalian semua bisa bahagia. Makasih untuk semuanya. Selamat tinggal.

~Jeon Wonwoo~

Sudah cukup. Tzuyu menutup kembali surat tersebut kemudian memandangi air sungai yang begitu tenang tetapi menghanyutkan. Pikiran kosong membawanya menjelajah kembali masa lalunya bersama Mingyu.

Saat SMP dulu Tzuyu melihat seorang cowok yang selalu menyendiri, tidak pernah ada yang mengajaknya berteman, bahkan berbicara saja sangat hemat. Tzuyu selalu memperhatikan cowok itu hingga dia tahu bahwa namanya Mingyu.

Tzuyu selalu mengajaknya untuk berteman tetapi Mingyu selalu pergi begitu saja. Tzuyu tidak menyerah, dia terus menemani Mingyu mengobrol sendiri sampai akhirnya Mingyu mulai menerima Tzuyu dan berteman dekat.

Mingyu sangat senang ada juga yang mau berteman dengannya hingga perasaan muncul. Mereka saling menyukai dan memutuskan untuk berpacaran. Kehidupan Mingyu yang sepi berubah semenjak kehadiran Tzuyu, tetapi semuanya lenyap saat mereka memasuki SMA.

Tzuyu harus pindah bersama orang tuanya. Dia berjanji untuk selalu menghubungi Mingyu tetapi saat di SMA dia menemukan sosok yang kepribadiannya sangat mirip dengan Mingyu, namanya Wonwoo. Tzuyu yang seperti menemukan Mingyu versi lain di sini.

Dia menjadi lupa dengan Mingyu yang asli, dia membuat Wonwoo menyukainya dan Tzuyu harus meninggalkan Mingyu, dia tidak ingin Mingyu sakit hati karena ini. Lebih baik Mingyu melupakannya karena dia merasa sangat tidak pantas jika kembali menemui Mingyu.

Bertanggung jawab atas perasaan seseorang mungkin pilihan terbaik bagi dirinya saat itu. Tetapi semakin lama, sifat Wonwoo berubah, dia menjadi sangat posesif bahkan kasar. Dua kepribadian itu tidak pernah dia temukan sebelumnya. Ini sama sekali tidak seperti Mingyu. Tzuyu tidak bisa menerima tuduhan aneh-aneh bahkan kekerasan yang Wonwoo berikan.

THE PERFECT BOY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang