Hari ini adalah hari pemakaman Wonwoo. Banyak orang saling berdatangan ke rumah sebagai bentuk bela sungkawa. Setelah mendapat telpon bahwa Wonwoo bunuh diri semua orang tidak menyangka, terutama Tzuyu.
Wonwoo dinyatakan tewas setelah tim sar menemukan jasadnya tenggelam di sungai han. Wonwoo melompat dari atas jempatan beberapa menit setelah pergi dari rumah Y/N.
Tzuyu benar-benar terpukul semenjak kepergian Wonwoo. Dia merasa semua ini terjadi karenanya, karena kebodohan dan keegoisannya yang menimbulkan masalah sebesar ini.
Terlebih lagi saat Y/N menyerahkan secarik surat untuknya, Tzuyu membuka surat dari Wonwoo yang dititipkan kepada Y/N beberapa jam sebelum kematiannya.
Y/N sendiri tidak menyangka semua akan berakhir seperti ini, baru saja Wonwoo mendapat pesan darinya untuk selalu bahagia kedepannya, tetapi malah begini akhirnya.
"Tzuyu kamu harus kuat, Wonwoo udah tenang disana." Y/N mengelus punggung Tzuyu yang sedari tadi menangis di depan makam Wonwoo.
Y/N dan Mingyu menemani Tzuyu mengunjungi makan Wonwoo. Mingyu juga tidak habis pikir dengan pilihan Wonwoo untuk mengakhiri hidupnya, meskipun kesalahan Wonwoo memang tidak bisa dianggap kecil tetapi ini bukan pilihan yang tepat.
Kematian bukanlah tempat pelarian masalah. Kematian tidak akan mengakhiri segalanya, karena masih banyak hal yang akan dipertanggung jawabkan nantinya.
"Ini semua salah aku, aku yang buat kalian hancur dan juga buat Wonwoo meninggal. Aku pembunuh hiksss maafin akau." Tzuyu menangis tersedu-sedu.
"Gak Tzuyu ini semua takdir, kita disini juga kecewa sama keputusan Wonwoo tapi bagaimanapun juga Wonwoo udaha menentukan jalan hidupnya sendiri, kita gak bisa apa-apa lagi, semuanya udah terjadi."
Apa yang dikatakan Y/N memang benar, mau bagaimanapun Tuhan sudah mengambilnya dan itu juga pilihan Wonwoo sendiri. Tzuyu harus bisa menerima semua ini.
"Gue sama Y/N udah maafin lo dan juga Wonwoo. Setiap orang pasti punya salah Tzu, masih ada kesempatan buat berubah jadi lebih baik." Mingyu menghela nafas memberi jarak. "Manfaatin kesempatan itu, Wonwoo pasti bahagia kalo lihat lo juga bahagia."
"Kita anter pulang ya!" Seru Y/N yang digelengi oleh Tzuyu, dia masih ingin melihat Wonwoo lebih lama meski harus berjarak dengan alam yang berbeda.
"Masalah yang datang terus menerus itu untuk menguji seberapa kuat kita bisa bertahan, gue yakin lo bisa." Tambah Mingyu.
"Kalau gitu kita pulang duluan." Tzuyu mengangguki kemudian mereka berdua membenarkan kaca hitam masing-masing lalu pergi meninggalkan makam. Tzuyu sempat menoleh melihat Mingyu menggandeng Y/N beranjak dari makam.
"Kalian memang pantas bahagia."
***
Setelah berpamitan dengan Tzuyu, kini Mingyu dan Y/N berada di sebuah pantai di tepi jalan tidak jauh dari kota. Mereka menikmati hembusan angin sore dengan duduk di bawah pohon yang rindang, sambil mengamati matahari tenggelam.Y/N menghela nafas pelan. Masalah yang mereka hadapi sangatlah rumit, meski akhirnya dia bisa berbahagia dengan Mingyu namun juga ada goresan luka atas kepergian Wonwoo.
"Aku gak nyangka akhirnya bakalan kayak gini." Guman Y/N sambil menerawang kembali kejadian demi kejadian yang telah dia alami.
"Namanya juga hidup, pasti ada manis pahitnya" Balas Mingyu. Y/N mengangguk, "kalau gak ada pahitnya sama sekali jadi kamu dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT BOY [END]
Fanfiction[PROSES REVISI] "Mencintai seorang the most wanted itu mudah kok, karena yang sulit itu mendapatkan hatinya." Kim Mingyu, siapa yang gak kenal sama the most wanted sopa yang satu ini? Ganteng? Oh udah pasti, terkenal? Gak mungkin gak, pinter? Dah la...