25. The Revenge!

4.2K 649 331
                                    

Jennie terbangun ketika merasakan pergerakan kecil di sisinya.
Ia mengira itu Jisoo.

Matanya terbuka sedikit demi sedikit, namun harapannya sirna ketika Jinrie lah yang menggeliat di sampingnya.

Jennie beringsut duduk, menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.

Ia meraih ponselnya di meja nakas dan mengerang kesal ketika belum mendapat satupun pesan balasan dari istrinya sejak 3 hari yang lalu.

Ia kesal, marah, semua emosinya bercampur menjadi satu.
Istrinya menghilang begitu saja, tanpa kabar. Rasanya Jennie ingin mencakar-cakar wajah Jisoo sampai hancur.

Bibirnya sudah gatal ingin mengadu pada Daddy Kim atau setidaknya pada Umma Kim, namun Jennie masih bisa berusaha menahan godaan itu, ia tidak ingin membesarkan masalah dan tidak ingin membuat Jisoo nantinya semakin marah.

Yang bisa ia lakukan saat ini hanya menunggu, menunggu sampai kapan Jisoo lelah menghindarinya.

"Okay, kau lihat saja nanti pembalasanku Kim Jisoo!" Matanya menatap tajam pada lukisan dinding yang terpajang di tengah ruangan, seolah tatapan itu ia arahkan pada istrinya yang menyebalkan.

Apapun alasannya, menurut Jennie, Jisoo sudah keterlaluan dan Jennie tidak akan membiarkan istrinya merasa merdeka dengan apa yang telah di lakukannya.

Alasan Jisoo sungguh tidak masuk akal.
Jelas-jelas sekolahan yang Jennie pilih tak kalah elit dengan sekolahan yang Jisoo sarankan.

Lagipula alasan Jennie memilih sekolahan itu semata-mata agar David dan Rio bisa menjaga Jinrie.
Itu akan lebih membuatnya merasa tenang.
Ia selalu bisa mengandalkan kedua anak laki-laki itu untuk menjaga putrinya.
Kenapa Jisoo tidak berpikir sampai ke sana?
Toh alasan Chaelisa dan Wenjoy mengadopsi Rio dan David pun semata-mata untuk bisa melindungi Jinrie, lantas di mana kesalahan Jennie sekarang?

Bunyi dering panggilan masuk mencuri perhatiannya.
Jennie menatap layar ponsel, di mana nama Kai tertera di sana.

Ia menggeser ikon hijau ke samping untuk menjawab panggilan masuk dari pria yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu.

"Ne Oppa? Huh? Kapan?" Jennie meraih gelas minumnya di atas nakas dan menyesapnya sedikit sebelum menyimpannya lagi. "Nope, aku free." Tangannya bergerak merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantik putri kecilnya. "Oppa mau menjemputku? Tidak masalah, kemarilah, lagipula Jisoo tidak ada. Okay, aku akan bersiap-siap sekarang juga."

Jennie menyimpan ponselnya di samping gelas minumnya, ia menyingkap selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

"Momm~" Kepalanya menoleh mendengar igauan Jinrie yang nyatanya sudah mulai sadar dari tidur lelapnya. Cupp~ ia mengecup lembut bibir mungil yang hampir membentuk hati itu. "Mommy mau ke mana?"

Senyumnya merekah memandang wajah bangun tidur malaikat kecilnya yang selalu terlihat cantik.

"Kajja kita mandi.. Uncle Kai mau mengajak kita jalan-jalan."

"Shireooo~" Tangan mungil Jinrie menahan lengan kanannya dengan kuat. Bibir tipis itu mengerucut lucu membuat Jennie tak tahan ingin kembali mengecupnya. Cupp~ "Mommy kajima! Nanti Daddy semakin marah."

Ia tersenyum mendengar ucapan Jinrie.
Tangannya membelai rambut panjang putri kecilnya dengan lembut.

"Biarkan saja sayang, siapa suruh Daddy mu itu tega memblokir semua credit card kita. Sekarang kajja mandi, jangan pikirkan Daddy, lebih baik kita senang-senang, eotte?"

Ia menghela napas ketika tak mendapat jawaban apapun dari putri kecilnya yang masih mempoutkan bibir.

Jennie tahu kini Jinrie berusaha bertahan di kubu Daddy nya walaupun kenyataannya Jinrie juga kesal karena kartu kreditnya ikut-ikutan di blokir.

S.O.S (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang