"Ahjussi berhenti di depan penjual odeng itu." Ujar anak perempuan pertama pada supirnya.
Mobil pun berhenti tepat di depan penjual odeng kaki lima di pinggir jalan.
Jinrie dan Jaina saling memandang dengan alis tertaut.
"Bukankah kau bilang kartumu bisa membeli apapun?" Jinrie mengangguk menanggapi pertanyaan dari anak perempuan pertama. "Aku mau odeng, tolong belikan untukku dan teman-temanku."
Jinrie menatap sinis anak perempuan pertama itu sebelum akhirnya turun dari mobil bersama Jaina untuk membeli beberapa tusuk odeng yang di inginkan ketiga kakak kelasnya itu.
"Ahjumma.. Tolong bungkuskan 10 tusuk odeng untuk Jinrie.." Kata Jinrie pada seorang wanita dewasa di depannya.
"Huh? Banyak sekali." Seru wanita itu seraya membungkuskan pesanan Jinrie lalu menyerahkannya. "Semuanya jadi ₩30,000." Jinrie menyerahkan credit card nya. "Ah maafkan aku anak manis, tapi di sini tidak melayani pembayaran kredit."
Jinrie menoleh pada Jaina. "Jaina punya uang tidak? Jinrie pinjam dulu, nanti Jinrie ganti."
"Mianhae Jinrie tapi aku tidak membawa uang hari ini."
"Hngg~ eottokhaeee?" Jinrie kebingungan, namun saat melihat arloji yang melingkar di lengan kirinya, Jinrie tahu apa yang harus di lakukannya. "Jaina tolong pegang dulu.." Kata Jinrie dengan menyerahkan bungkusan odeng nya. Jinrie lalu melepaskan jam tangannya dan mengulurkan benda itu pada si wanita penjual odeng. "Apa Jinrie bisa menyimpan jam Jinrie di sini sebagai jaminan? Nanti Jinrie akan kembali lagi bersama Mommy dan menebusnya. Boleh kan Ahjumma?"
"Aigooo.. Baiklah, boleh." Karena tak tega akhirnya wanita itu menerima jaminan yang Jinrie tawarkan.
Jinrie tersenyum lalu membungkuk untuk mengucapkan terima kasihnya dan dia segera kembali ke dalam mobil bersama Jaina tentunya.
Sedangkan di lain tempat, tepatnya di sekolahan Jinrie.
Jennie telah melebihi batas waktu janjinya pada Jinrie, dia menghabiskan waktu 20 menit untuk sampai ke sekolahan anaknya. Padahal waktu yang dia janjikan sebelumnya hanya 15 menit.
Jennie segera turun dari mobil dan mencari keberadaan sang anak namun sekolahan sudah nampak sepi.
Dia lalu berjalan menuju pos security dan menanyakan tentang anaknya namun security di sana tidak mengenal Jinrie dan security itu juga mengatakan jika beberapa saat yang lalu ada orang tua murid yang juga sama tengah mencari anaknya yang tidak ada.Jennie buru-buru menghubungi Jinrie namun panggilannya tak kunjung di jawab.
Dia mencoba lagi dan lagi namun hasilnya tetap sama.Jennie jadi khawatir, pikirannya sudah resah tak menentu.
Dia takut terjadi apa-apa pada Jinrie.Dengan gemetar dia menghubungi Jisoo.
"Yeobseo?" Seru Jisoo di sebrang sana begitu panggilan terhubung.
"Jiii~ Jinrie.. Jinrie tidak ada. Ji-jinrie hilangggg~"
"Mwo? Hilang.. Hilang bagaimana maksudmu? Bukankah Jinrie bersama David dan Rio?"
"Ani!! Jinrie hilang Ji! Jinrieee.. Jinrie tidak ada. Bongieee eottokhaeee~"
"Jennie-ah jangan panik! Jelaskan pelan-pelan, kenapa? Jinrie hilang bagaimana?"
Jennie mengambil napas panjang sebelum menghembuskannya secara perlahan. "A-aku telat menjemput Jinrie karena ban mobilku bocor. Dia meneleponku dan aku menyuruhnya untuk menunggu, tapi.. Tapi saat aku tiba, sekolahannya sudah sepi, Jinrie tidak ada. Jinrie hilangggg~"
KAMU SEDANG MEMBACA
S.O.S (Jensoo)
Random6 tahun bukan waktu yang singkat untuk membangun rumah tangga yang rukun dan harmonis, bersama mendidik buah hati kecil mereka dengan cinta dan kasih, seringkali perdebatan kecil dan ketidak selarasan muncul. Seperti itulah yang dialami keluarga kec...