#31 • Ava... Koma?

580 31 7
                                    

Alka berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar yang ditunjukan oleh seorang suster. Kamar di mana Ava berada. Dari belakang, Keluarga dan sahabat Ava mengikutinya dengan isakan tangis. Tangisan Vania semakin menjadi-jadi. Ia khawatir akan Aveega-nya.

"Mas, Mbak. Gimana keadaan saudara saya?" tanya Alka tergesa-gesa pada beberapa orang yang menolong Ava tadi.

Mereka menoleh, "Saudara Mas jatuh ke jurang tadi. Sampe sekarang kita juga belum tau kepastian mengenai keadaan nya." Lanjutnya yang membuat semua orang disana terkesiap.

"Anak saya? Jatuh ke jurang? Kenapa bisa?" Vania masih memburu pertanyaan. Dari samping, Alvian memeluk istrinya untuk tetap tenang.

"Kamu harus tenang, sayang... Cukup percaya sama Tuhan."

"Apa kamu bilang? Tenang? Anak kita kecelakaan, dan sekarang kamu minta aku untuk tenang? Mana bisa, Alvian!"

Keempat sahabat Avalanna hanya terdiam, menghela napas. Menatap Vania pilu. Sesekali mereka melirik ruangan sahabatnya karena sudah tak sabar mendengar pernyataan mengenai keadaan Avalanna.

Jordan dan Olive ikut merapalkan doa untuk keponakan mereka. Berdoa agar Ava diberi kekuatan. Olive memeluk Alka yang terduduk di kursi panjang dekatnya. Lelaki itu merutuki kebodohannya karena gagal melindungi Ava.

Alka melirik sekilas, tapi tak ia temukan keberadaan Elano disini? Dimana dia? 

Belum sempat Alka menelepon Elano, tiba-tiba saja seorang dokter menghampiri mereka. Mereka segera menghampiri sang dokter.

"Keluarga Avalanna Aveega Klaryce Prihambogo," panggil dokter.

"Saya Ayahnya, Dok," ujar Alvian. "Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" lanjutnya.

Sang Dokter menatapnya lekat, "Anak bapak kehilangan banyak darah yang menyebabkan kondisinya sangat lemah, serta benturan keras di kepalanya langsung memberi reaksi pembengkakan dan pendarahan hebat di pembuluh darahnya yang membuat sistem kerja sarafnya bekerja tidak beraturan."

"Pihak medis memutuskan untuk menggunakan alat bantu pernapasan. Karena saat ini, satu-satunya cara agar gadis itu tetap bertahan, hanya dengan menggunakan alat itu." Demikian ucap sang Dokter.

Alka merasa napasnya berhenti. Tangisnya pecah, ia ingin tak mempercayai kata-kata dokter itu, tapi apa boleh buat? Semua sudah terjadi. 

Kay menggegam jari jemari kekasihnya. "Al, kamu harus kuat, ya? Banyak berdoa buat kesembuhan Ava. Percaya sama Tuhan, kalo semuanya bakalan baik-baik aja."

Alka memeluk gadisnya. "Iya, Kay."

"Apa kami boleh melihat keadaan Aveega, Dok?" timpal Vania.

"Maaf, Bu. Saat ini Anak Ibu sedang koma. Maka kami harus segera memindahkannya ke ruang ICU agar mendapat perawatan yang lebih intensif."

"Ava... Koma?" cicit Dera pelan. Dhaira memeluk Dera erat. Memberi kekuatan satu sama lain.

Semua orang disana menangis, Gadis kesayangan mereka tengah menghadapi sakit yang luar biasa.
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya. Selamatkan Aveega, Dok. Saya mohon...," pinta Alvian pada sang Dokter.

"Pasti, Pak... Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk memaksimalkan keadaan Putri Bapak."

☘☘☘

Sebulan kemudian...

"Dok, bagaimana anak saya? Dia baik-baik saja kan?"

Tadi, ketika Alvian dan Vania tengah menengok keadaan anak mereka. Aveega yang awalnya tertidur pulas mendadak kejang-kejang dan nadinya melemah. Detik itu, Alvian berteriak kencang memanggil sang Dokter.

"Anak Bapak dan Ibu mengalami kontraksi berat. Tadi, kami sudah menyuntikkan obat kedalam infusnya."

"Apa ada perubahan dengan keadaan Ava, Dok?" potong Jordan, Pamannya.

Sang dokter menggelengkan kepalanya pelan. "Saya beserta pihak medis sudah angkat tangan soal kondisi pasien. Dari awal, kami belum bisa menemukan perubahan sepersen pun dalam tubuh Ava. Kami juga telah melakukan tindak operasi untuk memperkecil pendarahan yang terjadi di kepalanya. Tapi kondisinya semakin melemah, detakan jantungnya juga tidak normal." Lanjut Sang Dokter yang membuat semua orang yang mendengarnya menitikkan air mata.

"Saran saya, lebih baik kita mencabut alat bantu pernapasan dalam tubuh pasien. Karena sesungguhnya, alat itu akan sangat menyiksa bagi tubuhnya."

Emosi Alvian bergemuruh. "Kalo alat bantu pernapasan itu dicabut, itu artinya... Aveega?"

Sang Dokter memberinya anggukan. "Iya, Ava akan pergi meninggalkan kita semua."

"Maksud Dokter? Ava akan meninggal? Begitu?" tubuh Olive terasa lemah hingga ia harus bersandar pada Jordan, suaminya.

Vania menggelengkan kepalanya keras. Ia memberontak. "Enggak, Dok! Aveega harus tetap hidup! Dia gak boleh pergi kemana-mana."

Alka merosotkan badannya, terduduk pasrah di lantai. Ia memegang kepalanya frustasi. Dokter sudah angkat tangan atas kondisi sepupunya.

"Alka...," Kay menyamakan posisinya dengan berjongkok di hadapan kekasihnya.

"Kamu harus kuat, ya? Kita ga boleh nyerah dulu. Ava lagi berjuang lawan sakitnya di dalam sana." Sejurus kemudian, Alka langsung memeluk Kay lembut. Mereka menangis tersedu-sedu.

Azka dan Aldo menghampirinya. "Ava cewek yang kuat, bro. Gue yakin dia pasti bakalan bertahan."

"Sekarang yang hanya bisa kita lakukan adalah berdoa dan menunggu keajaiban. Dia butuh salah satu dari kalian yang bisa menjadi motivasi hidupnya agar bertahan. Kalau begitu saya permisi." Kata Dokter itu sebelum pergi meninggalkan mereka semua disana.

Dera mengelap jejak air matanya. "Gue tau siapa orang yang bisa buat Ava bertahan," tukasnya tegas.

Semua orang disana menatap gadis itu penuh tanya. Termasuk Alka. Lelaki itu sudah berdiri dari posisinya.

"Siapa?"

"Elano..."

"Tapi Elano gak pernah keliatan sebulan ini. Dia juga gak pernah masuk sekolah lagi, Der." Itu Dhaira yang menjawab.

"Kita semua udah berusaha hubungin Elano, tapi nomornya gak pernah aktif." Sahut Azka. Dia juga pusing mau mencari Elano kemana lagi. Lelaki itu benar-benar menghilang.

"Bahkan gue, Alka sama Azka udah pernah datengin rumahnya. Tapi hasilnya nihil, kita gak temuin jejak dia sedikitpun disana." Timpal Aldo.

"Satu-satunya orang yang bisa kita harapkan hanyalah Elano! Dia adalah orang yang sangat berharga dalam hidup Aveega. Elano pasti bisa membantu Ava di masa sulitnya." Tambah Alvino.

"Setelah ini, Aku sama yang lainnya bakalan coba cari Elano lagi, Uncle..."

Lo kemana, El? Ava butuh lo disini!

🍄🍄🍄

Actually, i'm crying when i write this. Idk why, but this part makes me sooooo sad:"

But, i like this. What about you?

So, di part ini aku sengaja percepat waktunya agar endingnya pun cepat terselesaikan.

And ya, who excited for the next chapter?

Jangan lupa doain Ava ya 😢🙏

ELANOAVA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang