#33 • She's back?

573 36 6
                                    

Lima belas menit kemudian...

"Kay, gue minta lo buat temuin gue sama Ava. Kenapa malah ke rumah sakit, sih?" rutuk Elano. Kini, ia dan Kay tengah berjalan menyusuri sudut ruangan rumah sakit ini.

"Kay..." Suara Elano membuyarkan lamunan gadis itu sesaat.

"Lo kenapa nangis?" Lelaki itu mengerutkan dahi ketika melihat jejak air mata di sudut mata Kay.

Kay menatap Elano sekilas, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Lo mau ketemu sama Ava kan?" Dengan cepat, Elano mengangguk. Itulah hal yang sedari tadi ia tunggu. Mengetahui dimana keberadaan Ava-nya. Nama itu akan selalu jadi prioritas nya. Selamanya.

"Dia disini."

"Hah? Maksud lo?"

"Ava disini, El. Di rumah sakit ini." Lanjutnya.

Elano masih tidak mengerti. Ada apa dengan Ava-nya? Hingga gadis itu bisa ada disini? Raut ketakutan dan kecemasan begitu terlihat di wajahnya. Perasaan nya makin campur aduk.

"Ava--- koma."

Hanya dua kalimat. Tapi sudah cukup menghancurkan dunia Elano detik itu juga. Ia mengutuk dirinya lagi dan lagi. Hatinya terbelah berkeping-keping.

Tangannya terkepal kuat. Wajahnya pias dan pucat. Sampai akhirnya Elano mengacak rambutnya frustasi.

"Ko... Koma?" ulangnya pelan berharap Kay hanya membohonginya. Sayangnya, Kay mengangguk diiringi isakan tangisnya.

"Lebih baik lo temuin dia sekarang. Sebelum semuanya terlambat."

"Dimana ruangan nya?" Elano langsung menoleh ke arah Kay.

"Lantai tujuh. VVIP LH-2." Sejurus kemudian, Elano berlari kencang meninggalkan Kay disana.

Ia berjalan tergesa-gesa menuju ruangan gadis itu. Hatinya tiba-tiba mencair, lumer, berserakan, tak sekuat biasanya. Padahal otaknya memerintahkan untuk tenang, namun hati tak bisa berbohong bahwa saat ini ia sedang kalut. Air matanya merebak memenuhi kelopak matanya, mengaburkan pandangannya.

Langkah Elano memelan saat kakinya berjalan menuju ruangan pertama yang ada di lantai tujuh. Ruangan yang terletak paling ujung di dekat jendela kaca besar rumah sakit itu.

"Elano?" cicit Alka dengan nada yang tajam dan sangat tegas. Semuanya tergelak kaget.

Tatapan mata penuh harapan mereka berikan pada Elano. Alka takkan bertanya kemana laki-laki itu menghilang sebulan ini. Bukan waktu yang tepat.

Vania yang matanya sudah sembab berkata, "Elano. Akhirnya kamu datang, Nak."

Elano memandang Vania lekat. "Ava kenapa, Aunty?"

Vania menghela napas panjang. "Aveega kecelakaan sebulan yang lalu, El. Dia jatuh ke jurang sehingga membuat pembengkakan dan pendarahan hebat di otaknya. Waktu itu Aveega sudah di operasi tapi dia langsung mengalami kontraksi berat dan berakhir koma sampai detik ini."

"Keadaanya semakin melemah, Nak, jantungnya tidak berdetak normal. Aveega bisa bertahan sampai hari ini hanya karena alat bantu pernapasan di tubuhnya." Sambung Alvian, Papinya Aveega.

"Lo tau? Dokter sama tim medis udah nyerah sama kondisi Ava. Separah dan seburuk itu keadaan dia, El." Alka masih berusaha menahan emosinya.
"Dia di dalam." Alka memberi kode dengan memberi menggerakan kepalanya. Menandakan bahwa orang yang Elano cari sedang terbaring di dalam sana.

Mata Alka menerawang saat Elano menatapnya. "We lost her for one months, El. Please bring her back. Lo satu-satunya harapan kita!" Ujarnya.

ELANOAVA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang