"Al, Elano mana sih? Niat tanding gak sih tuh bocah?" tanya Azka sembari menyengol lengan Alka yang sibuk memainkan ponselnya.
Alka mendongakkan kepala nya dan kemudian menghela nafas. "Mojok palingan sama Ava, lo kayak gak tau Elano aja dah." Sahut nya yang diberi anggukan setuju dari Azka dan juga Aldo.
Pagi ini tepat dihari kamis, Elano dan Alka akan segera melangsungkan pertandingan basket dan berhadapan dengan anak kelas dua belas. Lebih tepatnya, senior mereka.
Sebenarnya mereka ditantang oleh kedua anak basket yang hobinya mencari rusuh club basket lainnya. Tak rela sebenarnya mengikuti pertandingan semacam ini tapi mau tak mau mereka harus menerima tantangan dari anak kelas dua belas itu, semata-mata demi menjaga nama baik club basket mereka yang sempat bermasalah dengan pihak sekolah.
Lima menit kemudian ada langkah seseorang dari belakang Alka dan menepuk bahu lelaki itu pelan.
"Aish, dari mana aja lo?" tanya Alka setelah Elano menjatuhkan bokongnya disamping lelaki itu.
"Biasa, cari angin bentar." Ungkapnya jelas berbohong.
"Cari angin bentar terus ketemu doi di kantin abis itu jalan sama-sama deh." Sindir Aldo yang dibalas senyuman kecil dari Elano.
"Tumben cerdas, Do." Balas Elano.
"Lo puji gue atau ngejek, nih?"
"Dua-duanya," jawab nya tak berdosa.
"Eh, Al, btw gimana soal rencana lo yang kemarin itu?" tanya Azka pada Alka.
"Ck, makanya kalian doain gue sama Elano menang lah nanti. supaya rencana gue kemarin berjalan sesuai harapan." Ujar lelaki itu yang diangguki ketiga sahabatnya.
"Kantin lah yok, laper gue." Saran Elano, kemudian ketiga sahabat nya saling menatap satu sama lain.
"Tapi lo yang traktir yak!" ucap ketiganya kompak.
"Lo semua pada ngerti definisi tai gak?" balasnya sebal.
💭💭💭
"Eh, berhenti bentar!" kata Kay sambil menghentikan langkah ketiga sahabatnya yang cantik itu.
"Paan sih lo?" tanya Ava binggung.
"Powerbank gue ketinggalan di kelas," sahutnya pelan.
"Udah entaran aja diambil." Balas Dera bersungut-sungut.
"Baterai gue lemah nih, udah ya gue ke kelas bentar," belum lagi ketiga sahabatnya itu membantah Kay. Gadis itu langsung saja berlalu meninggalkan mereka. Mereka bertiga hanya menggelengkan kepala sebal.
"Yaudah sini aja dulu kita nunggu." Saran Dhaira.
"TAUUU DHAIRA!" ucap Ava dan Dera bersamaan. Dhaira penasaran apakah kedua sahabatnya ini sedang mengalami fase kedatangan bulan, pasalnya hari ini ketika berbicara dengannya, kedua gadis itu selalu meninggikan volume suara mereka.
Ava yang tadinya bersungut-sungut seperti terlihat memikirkan sesuatu. Seketika raut wajahnya berubah karena ia ingat akan sesuatu yang wajib ia beritahu pada kedua sahabatnya. Mumpung Kay sedang tidak ada disana.
"Girls, gue punya berita penting." Sentak Ava yang membuat Dera dan jua Dhaira terkejut.
"Apaan sih, Va?"
Ava langsung tersenyum tipis sembari memerintah kedua sahabatnya itu untuk duduk di kursi panjang sekolah yang jaraknya sangat dekat dengan posisi mereka saat ini. Setelah mereka bertiga duduk di kursi panjang itu, Ava mulai membisikan sesuatu yang penting itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANOAVA [COMPLETED]
Teen FictionLayaknya mimpi dalam cerita. Saat kau hadir mengubah segala rencana. Layaknya mimpi dalam kenyataan. Seolah menghentikan jalan alur dunia. Menenangkan segala gundah gulana. Layaknya mimpi dalam laksana takdir. Tetap merindu walau sempat tersakiti...