London, Inggris
14.20pm
Delapan tahun sudah berlalu. Musim silih berganti. Tidak terhitung lagi berapa cangkir teh yang ia minum untuk menemani harinya. Namun terkadang, waktu tak bisa menjamin apa-apa. Orang bilang, waktu adalah penenang, waktu adalah candu. Ia bilang, waktu adalah pembangkit kisah dan masa lalu.
Avalanna baik-baik saja. Ava resmi lulus dengan predikat summa cumlaude di jenjang pendidikan S1 maupun S2 nya. Kemudian ia membangun sebuah perusahaan besar bernama Avalanna Corporation yang bergerak di bidang kreatif, pemasaran, dan industri. Dia mendapat banyak sekali pencapaian selama menjadi Direktur ternama, proyeknya bertebaran dimana-mana dan berkembang pesat. Ya, mimpinya menjadi kenyataan.
Suara pintu terketuk. Sontak membuyarkan fokusnya dari layar laptop di hadapannya. Ia mengucek matanya pelan, mata yang menyimpan banyak kesedihan.
Ia menjawab suara ketukan itu singkat. "Come in!" ujarnya tanpa nada jahil seperti delapan tahun silam.
Iya. Semuanya sudah berubah.
She changes a lot.
Avalanna Aveega Prihambogo. Yang dulu dikenal sebagai gadis urakan, sosok yang menyebalkan dan tak pernah disiplin kini menjelma menjadi wanita sukses di umurnya yang ke-26 tahun.
"Excuse me, Miss. There is a meeting schedule this afternoon. Our partners from Europe. And it'll be held at our VIP room." Kata Sekretaris-nya pelan.
Avalanna mengangguk. "Okay. Thankyou so much for your information."
"Of course, Miss."
"So, don't forget to prepare our data and the presentation." Pesan gadis itu lembut.
"Alright. I'll prepare it soon. Excuse Me, Miss!" lalu gadis itu melangkahkan kaki dari ruangan pribadi milik Avalanna.
Avalanna berdiri dari bangkunya untuk mencari beberapa dokumen penting. Sekarang kesibukannya adalah mendatangi event penting di berbagai negara. Ditambah lagi, ia harus mengadakan meeting setiap harinya untuk rekan kerja dari penjuru dunia. Melelahkan memang, tapi gadis itu menikmatinya. Karena dengan menyibukkan diri, ia dapat melupakan sedikit kenangan menyakitkan tentang dia.
"Hello, honey..." Tersentak sedikit ketika mendengar panggilan seseorang dari arah luar.
Ava menengok kearah depan. "Mami...," Sang Ibunda memeluknya erat.
"Kamu sudah makan, Ve?" tanya Vania usai berpelukan.
"Belum, Mi. Nanti saja setelah semua pekerjaanku selesai." Jawabnya datar. Tanpa nada.
Alvian mengelus puncak kepala putrinya. "Jangan terlalu lelah, Aveega. Just take a rest!"
"Iya, Pi. Aku akan istirahat nanti. Don't worry about it!"
"Aveega, tonight we'll have a dinner with our family. Grandpa wants you to come there!" sambung Vania tersenyum manis.
Ava menggeleng tegas. "I can't, Mom. Aku akan lembur hari ini."
"Ve, mau sampai kapan kamu seperti ini?"
Ava heran. "Seperti ini bagaimana maksud Papi?"
"Mau sampai kapan kamu menyembunyikan dirimu dari orang-orang banyak, Nak? Kamu selalu menghabiskan waktumu untuk bekerja tanpa peduli apa yang terjadi di luar sana." Sahut Alvian sendu, ia tak tahu apa yang membuat putrinya berubah menjadi pribadi yang dingin seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANOAVA [COMPLETED]
Teen FictionLayaknya mimpi dalam cerita. Saat kau hadir mengubah segala rencana. Layaknya mimpi dalam kenyataan. Seolah menghentikan jalan alur dunia. Menenangkan segala gundah gulana. Layaknya mimpi dalam laksana takdir. Tetap merindu walau sempat tersakiti...