"Woi bocah alay! Aturan disekolah ini tuh gak boleh pake bedak sama lipstik gitu, mau ngapain lo? Mau coba jadi cabe?"
"Iya nih." Nana menyetujui perkataan Cintya. Kemudian berjalan mengitari gadis culun di depannya, "Lo pikir pergi ke sekolah sama kayak pergi ke mall? Bisa sesuka lo bergaya?!"
"M-maaf, Kak. Tapi saya baru pemula pakai makeup. Jadinya belum terlalu paham."
Cintya menjambak rambut gadis itu. "Makanya, jadi orang gak usah sok cantik!"
"L-lepasin, Kak. Sakit sekali." Bukannya kasihan, Cintya semakin menjambak rambutnya dengan kasar lalu memberinya berbagai macam umpatan. Cintya meraih kacamata bulat yang dikenakan gadis culun itu kemudian dijatuhkan ke lantai, sejurus kemudian ia memijaknya sampai benda berharga bagi gadis itu hancur tak berbentuk.
"Wow... Kayaknya ada pertunjukan drama seru nih!" seru seorang gadis dari arah samping kanan. Suasana kantin semakin ramai, para murid tak sabar melihat aksi selanjutnya.
"Bakalan jadi trending topic lagi ini mah!" timpal beberapa murid disana.
"Lo siapa? Gak usah ikut campur kalo lo gak mau kena imbasnya." Cintya melepas jambakan gadis culun itu. Cintya adalah murid baru pindahan dari luar kota. Dia bergabung di GGHS sejak seminggu yang lalu, pantas saja ia tak mengenali siapa Avalanna sebenarnya.
Ava berdeham dengan wajah datar. "Gue Avalanna Aveega." Ava mengulurkan tangan, mengajak bersalaman dengan senyum licik di bibirnya.
"Gue gak butuh kenalan sama lo! Gak penting." Dengan mantap Cintya menolaknya. Ava mengendikkan bahunya lalu menarik tangannya kembali.
"Wadooohhh, sok banget itu cewek. Dia gak tau apa ya lagi berhadapan sama siapa?!" salah seorang murid disana mengoceh sebal.
"Bentar lagi pasti mati itu si Cintya. Percaya deh," sambung lainnya.
Ava mendengus kasar. "Lo itu anak baru. Jadi, lo gak perlu lah caper sama siapapun yang ada disini. Dengan cara lo nge-bully orang gak bikin lo dipandang hebat sama siapapun."
Wajah Cintya jelas kelihatan merah padam menahan amarah. Dia mencebik kesal. "Denger ya, gue itu keponakan kepala sekolah disini! Terserah gue mau ngapain."
"Seharusnya lo bisa nasehatin dia baik-baik kalo salah, gak perlu pake kekerasan. Lo gak punya hati nurani?" jeda sejenak lalu menatap gadis itu marah. "Dan satu hal lagi, gue ga takut sama lo. Mau lo keponakan kepala sekolah kek, keponakan menteri kek, keponakan Presiden sekalipun kalo emang hobinya nindas orang itu gak ada guna!"
Ava mengibaskan kedua tangannya pelan. Dengan cepat, ia menjambak rambut gadis itu kuat hingga kepalanya mendongak keatas, memberinya umpatan yang tak wajar. "Lo harus ngerasain apa yang dia rasain tadi. Orang kayak lo, sesekali dikasih pelajaran biar tau rasa!"
"Kay, Der, Dhai. Bawa anak ini pergi dari sini sekarang. Soal kacamata lo gak perlu khawatir, gue yang tanggung jawab soal itu." Ujar Ava yang dibalas dengan anggukan oleh Wiyah. Semua orang, termasuk Ava, juga tahu Wiyah bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan.
"WOY! APAAN SIH LO? LEPASIN CINTYA!" teriak Nana dengan suara cempreng nya. Ava langsung meraba lalu meraih ponsel Cintya yang berada di saku jaket yang dikenakannya kemudian membantingnya ke lantai dengan keras.
"HAPE CINTYA ITU WOY, MAHAL TAU GAK!" pekik Nana tak terima. Cintya mencoba memberontak, namun tak bisa. Semakin ia melawan, semakin kasar perilaku Ava padanya.
Ava beralih memandangnya penuh kebencian. "Gue rasa lo udah kenal gue siapa. Jadi, kalo gak mau mati mending diem!" Nana langsung terpaku ditempatnya, ia tahu sifat Ava bagaimana. Jika ia nekat maka akan terjadi sesuatu yang buruk padanya.
"AVA, STOP!" pekikan seseorang membuatnya tergelak.
"Udah, lepasin!" Ava mematung lalu melepas jambakan nya. Ganta menggelengkan kepalanya pasrah. Gadis itu memang sulit sekali mengendalikan emosinya.
Wajahnya langsung cemberut. "Lo ngapain sih, Gan?"
Arganta mengehela napas kesal. "Ikut gue sekarang!" Lalu lelaki itu menariknya pelan untuk segera menjauh dari sana.
Sesampainya di taman sekolah. Ava tetap menghiraukan Arganta dan lebih memilih memalingkan wajahnya kesembarang tempat.
"Va...,"
"Apa lagi, Gan?" delik Ava sebal.
Barulah saat Ava menoleh kearah Arganta, gadis itu menangkap sesuatu yang tak pernah ditemukan nya selama ini.
Sorot mata Arganta. Ganta yang dikenalnya tak pernah menatapnya sedalam ini. Ganta terlihat begitu berbeda dari biasanya. Seperti ada sesuatu yang ditahan dari diri sahabatnya, tapi ia tak tahu itu apa.
Ganta yang ia kenal adalah Ganta yang jahil, keras kepala, banyak mau, dan selalu membuatnya naik pitam.
But now, he's so--- different.
"Lo kenapa, sih? Gila ya?" tanya Ava yang heran ditatap selembut itu oleh Ganta.
"Gue mau ngajak lo makan pulang sekolah nanti, gue tunggu di parkiran. Ada yang mau gue omongin!" Ganta berujar lalu melengos pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.
Ava hanya mengkerutkan dahinya dan menatap punggung sahabatnya yang kian menjauh.
Ganta, is that something wrong?
🌙🌙🌙
Masih mau lanjut baca kan?
So, don't forget to votes and comments sayang-sayangku 😍❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANOAVA [COMPLETED]
Fiksi RemajaLayaknya mimpi dalam cerita. Saat kau hadir mengubah segala rencana. Layaknya mimpi dalam kenyataan. Seolah menghentikan jalan alur dunia. Menenangkan segala gundah gulana. Layaknya mimpi dalam laksana takdir. Tetap merindu walau sempat tersakiti...