Dear suamiku,
Elano Aldebaria Abelard Stanley.Saat kamu sedang membaca surat ini, aku pasti sudah tidak ada lagi disampingmu. Tak ada lagi menemani mu seperti hari-hari sebelumnya. Jangan bersedih ketika membaca ini ya, sayang. Aku sudah tidak merasakan sakit lagi ketika kamu membaca tulisan ini, aku sudah benar-benar pergi dengan tenang. Aku minta maaf karena tidak mampu bertahan lebih lama untuk hidup bersamamu hingga rambut hitam mu itu berubah menjadi putih. Jalani hidupmu seperti biasa, hadapi saja apa yang kini tengah membuat hidupmu kalut. Aku tidak akan kemana-mana karena aku hidup di satu ruang rahasia di hatimu, Elano.
Oh iya, waktu itu kamu pernah bertanya sama aku.
"Ve? Kalo kamu pergi, judul cerita kisah kita akan tetap jadi ELANOAVA, kan?"
Waktu itu aku belum bisa jawab, El. Karena aku belum bisa memastikan nya. Aku sempat ragu, namun sekarang, aku sudah yakin dengan jawaban nya.
Elano, kisah kita akan selalu menjadi ELANOAVA. Selalu dan akan selamanya begitu. Hanya saja alur hidupmu akan berubah semenjak aku pergi. Karena menurutku, memintamu menikah dengan Dera bukanlah keputusan yang mudah kulakukan. Bagi semua orang, mungkin ini kedengaran konyol dan gila. Tapi bagiku, ini jalan terakhir yang terbaik untuk kita. Aku hanya memikirkan anak-anak. Usia mereka masih sangat kecil, El. Orangtua mana yang tega melihat anak kandungnya kehilangan kasih sayang seorang ibu. Dan aku yakin Dera bisa menggantikan posisiku. Dera punya sisi keibuan yang sangat lembut, El. Dia suka sama anak-anak. Trust me, aku sudah mengenalnya belasan tahun. Aku sudah membicarakan ini dengan Kay juga Dhaira. Dan mereka sepakat dengan keputusan kubuat meski aku tahu mereka agak sedikit berat menyetujuinya.
Aku mohon ya, El. Tolong terima permintaan ku ini. Aku yakin, Tuhan tengah mengatur waktu yang tepat untuk mempertemukan kamu dengan Dera.
Bahagiakan dia, sama seperti kamu membahagiakan aku.
Cintai dia, sama seperti kamu mencintai aku.Aku yakin lambat laun, kamu pasti bisa mencintainya. Dia perempuan yang baik dan hatinya sangat lembut, El. Meskipun agak tengil haha.
Oh iya. Kutitip anak-anak padamu, ya. Jaga Nathan, Joel dan Aurora. Jadikan mereka anak paling bahagia sejagatraya karena telah memiliki ayah yang tampan dan hebat sepertimu. Aku sayang mereka, El. Bahkan lebih daripada aku menyayangi diriku sendiri.
Sekali lagi, aku bahagia pernah berkencan lalu menikah denganmu. Berbahagialah terus, Elano. Terimakasih untuk kenangan dan segala jerih payahmu untuk membahagiakan ku. Jangan sedih lagi ya, belajar mengikhlaskan ku dan mulailah hari yang baru dengan seseorang yang baru. Kita akan bertemu lagi. Pasti.
Sudah kutitipkan pesan pada langit yang indah malam ini. Aku bilang pada mereka begini, "Semesta, jika aku tidak bisa engkau ijinkan untuk hidup di dunia ini lebih lama lagi. Setidaknya, biarkan semua kenangan dan cintaku untuk suamiku selalu tergambar di kalbu langitmu. Jangan biarkan kenangan itu menghilang begitu saja, lindungi dan berkati suamiku begitu aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku mencintainya, semesta. Sangat mencintainya."
Aku berharap di kehidupan kita yang selanjutnya, kita dapat bertemu dan diijinkan Tuhan untuk saling mencinta lagi dan lagi lalu hidup bersama selamanya. Tanpa ada kata perpisahan.
Percayalah, Elano. Ketika menulis ini. Aku sudah benar-benar mengikhlaskan mu. Berjuanglah dan teruslah bahagia.
Dari aku,
Cinta sejatimu.***
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANOAVA [COMPLETED]
Teen FictionLayaknya mimpi dalam cerita. Saat kau hadir mengubah segala rencana. Layaknya mimpi dalam kenyataan. Seolah menghentikan jalan alur dunia. Menenangkan segala gundah gulana. Layaknya mimpi dalam laksana takdir. Tetap merindu walau sempat tersakiti...