vote + komen + follow = langsung up chapter selanjutnya
Sudah satu minggu semenjak Teddy mengumumkan bahwa anak bungsu nya ikut meninggal bersama istrinya dan semenjak itu pula Jennie jatuh sakit.Dalam satu minggu ini Jennie bisa dihitung sudah makan berapa kali. Jennie terus menangis ingin bertemu dengan adiknya bungsu nya itu tapi Teddy bersikeras tidak akan pernah mempertemukan Jennie dengan bayi itu.
"Tuan apa tidak sebaiknya kita pertemukan nona Jennie dengan bayi itu."
"Aku tidak akan mempertemukan anak ku dengan bayi pembunuh itu."
"Tapi tuan kondisi nona Jennie sekarang sangat mengkhawatirkan."
Teddy tidak menanggapi ucapan Min Ho dan lebih memilih mengerjakan beberapa tumpukan berkas yang ada dihadapan nya.
"Appa, Jennie pingsan." ucap Jisoo sambil mendekati Teddy.
Teddy pun langsung berlari menuju kamar Jennie dan benar saja Jennie pingsan dengan air mata nya yang tidak berhenti keluar.
Teddy pun langsung membawa Jennie ke rumah sakit diikuti oleh Min Ho dan setibanya di rumah sakit Jennie langsung ditangani oleh dokter.
Ceklekkk
Teddy pun langsung berdiri saat dokter yang menangani anak nya itu keluar.
"Bagaimana keadaan anak ku?"
"Maaf, sebelum nya saya ingin bertanya apakah Jennie memiliki seorang adik selain Rose? Jennie selalu menyebut pertemukan dia dengan adik nya. Jennie demam tinggi karena memikirkan hal itu dan asupan makanan yang masuk ke tubuh Jennie belakangan ini menurun."
"Lalu apa yang harus saya lakukan?"
"Saya sarankan agar tuan menuruti apa kemauan Jennie sebab beberapa suster sudah memberi obat pada Jennie tapi dia tidak ingin meminum nya dan dia hanya ingin bertemu dengan adik kecilnya."
Setelah menjelaskan, dokter itu pun pergi meninggalkan Teddy dan Min Ho yang diam mematung.
"Bagaimana tuan? apa tuan masih bersikeras tidak akan mempertemukan nona Jennie dengan bayi itu?"
"Keputusan ku masih sama Min Ho."
Teddy pun langsung masuk ke ruangan Jennie dan melihat anaknya meronta-ronta saat suster memberi nya obat.
"Lepas kan anak ku!" ucap Teddy lalu suster itu pun langsung melepaskan tangan nya dari tangan Jennie dan berjalan luar diri ruangan anaknya itu.
"Hiks... appa Jennie ingin beltemu hiks... dengan adik Jennie hiks... kenapa appa jahat sekalang hiks... Jennie sangat benci pada appa hiks..."
"Kau membenci appa mu hanya karena bayi pembunuh itu."
"Bayi itu bukan hiks... pembunuh dia adik Jennie hiks... appa jahat hiks..." tangis Jennie sambil memukul pelan tubuh Teddy.
Teddy pun keluar dari ruangan Jennie sedangkan Jennie menangis semakin kencang.
Cukup lama Teddy terdiam diluar ruangan Jennie dan Teddy hanya bisa menutup telinga nya karena tangisan Jennie yang sangat keras.
Min Ho pun keluar dari ruangan Jennie dan menghampiri Teddy.
"Tuan bagaiman ini kondisi nona Jennie semakin mengkhawatirkan."
"Ini semua karena bayi pembunuh itu." batin Teddy."
"Kau urus saja semua nya yang penting Jennie harus sembuh."
"Termasuk mempertemukan nona Jennie dengan bayi itu tuan?"
Teddy tidak menjawab dan langsung pergi dari rumah sakit itu meninggalkan Jennie dengan Min Ho.
Min Ho pun kembali masuk ke ruangan Jennie dan Jennie pun masih setia dengan tangisan nya.
"Hiks... paman Jennie ingin bertemu dengan adik Jennie hiks..."
"Nanti kita akan bertemu dengan adik nona tapi nona harus minum obat dulu."
"Hiks... paman tidak bohong kan hiks..."
Min Ho menggeleng lalu memberikan beberapa obat pada Jennie dan Jennie langsung meminum nya.
Sebelum menuju ke ruangan bayi, Min Ho sudah mencari tahu bagaimana kondisi bayi itu sekarang dan untungnya dokter yang disuruh Teddy untuk membawa bayi itu ke panti asuhan belum membawa nya.
Setibanya diruang itu Jennie bisa melihat ada salah satu bayi yang terdapat beberapa peralatan medis yang menempel ditubuh nya.
"Nona tunggu disini dulu."
Min Ho pun langsung mencari dokter yang menangani bayi mungil itu.
"Apa yang terjadi pada bayi nyonya Kim itu?" tanya Min Ho pada dokter itu.
"Bayi itu mengalami bocor jantung dan semenjak Jennie pergi kemaren kondisi nyari semakin memburuk. Dalam kebanyakan kasus bayi yang mengalami bocor jantung hanya bisa bertahan paling lama satu tahun."
"Tidak, adik Jennie pasti kuat!"
Min Ho pun langsung menghampiri Jennie dan langsung memeluknya.
"Hiks... paman Jennie tidak mau kehilangan lagi hiks... cukup eomma yang pelgi hiks... adik Jennie tidak boleh pelgi hiks..."
"Jangan menangis lagi nona."
"Paman hiks... Jennie ingin berltemu dengan adik Jennie hiks..."
Min Ho pun menoleh pada dokter dan dokter itu pun memperbolehkan Jennie untuk menemui adiknya itu.
Perlahan Jennie berjalan mendekati adiknya itu dan setelah tiba dihadapan sang adik senyum Jennie pun terukir di wajahnya.
"Hai adik kecil, ini eonnie." ucap Jennie pelan ditelinga adik nya itu.
Tangan Jennie pun menggenggam tangan mungil adiknya itu tapi tidak reaksi apa pun dari sang adik. Jennie pun menoleh pada sang dokter.
"Jangan khawatir, adik nona sekarang sedang istirahat dan jangan terlalu lama nona disini karena nona sedang sakit dan takut nya adik nona ikut tertular."
"Sebental lagi, Jennie ingin disini dulu dan paman dake doktel kelual saja Jennie ingin beldua dengan adik Jennie."
Min Ho dan dokter itu pun keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Jennie dengan bayi mungil itu.
"Kata doktel itu kamu hanya bisa beltahan satu tahun tapi eonnie yakin kamu bisa beltahan lebih dari itu."
"Lisa halus kuat, jangan tinggalkan eonnie." Jennie memberi nama adiknya itu dengan nama Lisa.
"Maafkan appa ya kalena tidak mau menemui Lisa lagi. Tapi eonnie yakin appa sebental nya sayang sama Lisa. Jisoo eonnie dan chaeng pasti juga sayang pada Lisa." ucap Lisa sambil membelai pelan pipi adiknya itu.
Min Ho pun kembali masuk ke ruangan itu dan menghampiri Jennie dan mengajaknya untuk kembali ke ruangan Jennie.
"Eonnie harus kembali ke luangan dan Lisa halus kuat ya jangan tinggalkan eonnie."
"Eonnie sangat menyayangi Lisa." ucap Jennie lalu kembali keluar ruangan nya.
Vote + komen + follow = langsung up chapter selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Happines [END]
Random[END] Sempat dipublis dengan judul "CHANGE" Alur masih sama dan ada beberapa part tambahan dari cerita sebelum nya. Hanya kebahagiaan Hanya itu yang aku inginkan dari dulu sampai sekarang dan kenapa begitu sulit bagiku untuk mendapatkan itu. Apa...