Part.12 - Kebohongan

616 103 16
                                    

Update

Wednesday, 16/10/2019

Kalian bisa menganggapku berbeda, karena kelebihan yang sangat aku benci ini, kumiliki semenjak kecil. Memasuki sekolah menengah pertama, kejadian rumah terbakar membuatku kehilangan kedua orang tuaku dan kakak laki-lakiku.

Entah kenapa hanya aku yang selamat? Seseorang menolongku dan membawaku pergi dari cercaan dan hinaan yang membuat gadis berumur sepuluh tahun terluka.

"Mulai sekarang namamu bukan lagi Yoo Yeonjoo, tapi Lee Yeonjoo." ucap dokter psikolog yang mengurusku semenjak kemampuan pyrokinesis-ku muncul.

Dia menemaniku dan selalu membuatku kuat, aku bersyukur akan hal itu. Sampai dia tak sengaja mengabaikan anak kandungnya.

Lee Taeyong, lelaki itu mulai tak menyukaiku dan mengancamku akan memberitahu seluruh dunia bahwa aku bisa mengendalikan api dengan pikiran. Aku melakukan sesuatu yang tak ingin ku lakukan karenanya. Menyakiti orang, dan membakar barang.

"Jangan coba-coba untuk memberitahu pada Ayah, kalau tidak aku akan menghajarmu!" ancam Taeyong.

Karena itu aku tidak berani mengatakan apa-apa pada ayah angkatku. Meski begitu dia tak pernah benar-benar menghajarku. Ketakutanku akan ancaman Taeyong lambat laun menghilang seiring kebersamaanku dengannya selama ini.

"Sudah sampai!" seru Taeyong menghentikan gerak kakinya didepan gedung Akademi Seni Youngwoon. "Semoga berhasil dengan evaluasimu," lanjutnya memberi samangat.

Berbeda. Dia berubah. Seperti seorang kakak yang selalu ada untuk adiknya, mengingatkanku dengan kakakku yang telah tiada.

"Terima kasih sudah mengantarku."

Dia tersenyum, senyum yang tak pernah kulihat sebelumnya.

"Masuklah," kata Taeyong lagi sambil melakukan isyarat tangan agar aku segera masuk.

Kulambaikan tanganku padanya dan dia menyemangatiku sekali lagi. "FIGHTING!" tukas Taeyong mengangkat kepalan tangannya.

Begitulah hubungan baik kita terjalin, dia adalah satu-satunya teman yang kumiliki. Mengetahui semua tentangku, terutama persahabatanku dengan Sejeong yang sengaja kuhancurkan. Hanya perasaanku pada Doyoung yang tak bisa kuberitahukan. Aku tak cukup berani tentang itu. Taeyong juga selalu mendukungku, walau dia tahu perbuatanku itu salah.

Terpikir untuk menghentikannya...Tapi aku tidak bisa berhenti sekarang. Terlambat, aku sudah berubah menjadi wanita jahat.

Lembar notasi balok yang sedang Sejeong mainkan terbakar, namun dia tak sedikit pun bergerak dari duduknya. Aku melakukannya lagi, gumamku. Sungguh ini diluar kendaliku, membuat masalah secara tak sengaja juga sering kulakukan. Kemampuanku terkadang tak terkendali, dan kali ini membuat evaluasi gagal dilakukan. Membuat keributan seperti sekarang adalah hal yang sering terjadi, hidupku benar-benar tak terduga.

"Padahal aku berlatih keras untuk evaluasi ini." rengek Eunseo, disusul suara dering ponselnya, "Eomma (ibu) evaluasinya diundur." tambahnya berbicara melalui panggilantelepon.

Ingatanku kembali ke masa lalu, dimana hari itu aku kehilangan semua anggota keluargaku. Tanpa sadar aku mengetik pesan pada Taeyong agar dia menjemputku. Dalam senyum miris kulihat Eunseo memasuki sebuah mobil, lalu melambaikan tangan kearahku.

"Yeonjoo-ya, aku duluan ya!"

Aku hanya menganggu sambil tersenyum balas melambaikan tangan.

~ŴĩńďŷĎàŷ~

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang