Part.28 - Lebih Baik?

584 106 37
                                    

WINDY DAY
Wednesday, 12/12/2019

Sekarang bagaimana mengetahui keberadaan Sejeong, jika benar ini adalah penculikan berencana maka tidak akan mungkin Seola membawanya ke taman bermain seperti yang sudah dijanjikan. Chanyeol teringat saat mantan kekasihnya itu bercerita tentang kebakaran yang menewaskan ayahnya, dia pernah mendengar alamat tempat tinggal Seola sebelumnya.

“Maaf aku benar-benar melupakannya,” sesal Chanyeol menghilangkan harapan dua orang yang menunggu perkataan selanjutnya.

“Tunggu, jika kebakaran itu terjadi oleh Yeonjoo, maka mereka pernah tinggal di gedung apartemen yang sama,” ujar Sehun menyelidik.

Doyoung menambahkan, “Kenapa juga Seola Noona bisa salah mengenali orang,” pikir Doyoung menerka, mungkin karena seluruh murid di sekolah juga beranggapan begitu, maka dia juga menyangka seperti itu.

“Yeonjoo pasti tahu alamatnya,” imbuh Sehun melihat bergantian kedua laki-laki di depannya.

Mereka segera meninggalkan rumah Seola. Karena berpikir harus bergerak cepat Sehun meminta bantuan pada Yebin agar menemui Yeonjoo untuk menanyakan alamat rumahnya yang dulu.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Semuanya terungkap, sudah berakhir. Yeonjoo jatuh terduduk. Taeyong mendengar semuanya, butuh waktu lama untuk Yeonjoo menenangkan diri sebelum akhirnya ia memilih untuk ikut pergi mencari Sejeong. Matanya terlihat sembab karena menangis setelah mengetahui Sehun memutuskannya, namun yang paling membuatnya sedih adalah kebohongannya terbongkar bahkan sahabatnya, Yebin, juga sudah tahu.

Dan satu yang paling disesalinya adalah merusak persahabatnya dengan Sejeong, sekarang ia tahu temannya itu sangat peduli padanya. Dia tetap baik seperti dulu, meski telah diperlakukan buruk.

Penyesalan itu semakin menyesakan hatinya, Yeonjoo tak bisa berhenti menangis, ia terus memukul-mukul dadanya. Sakit sekali mengakui kesalahannya, dia menggigiti kuku demi menahan rasa cemas. Memberanikan diri untuk bertanya pada Yebin dengan suara bergetar,

“Sejak kapan kau mengetahuinya?”

Yebin terdiam. Mereka berada disituasi yang canggung di dalam mobil yang dikendarai Taeyong.

“Aku lebih baik melihatmu marah padaku dibanding kau harus diam dan menjauhiku, aku sudah merasa sangat kesulitan menangani sikapku yang semakin hari semakin tak bisa kukendalikan,” imbuhnya sesekali menoleh ke jok belakang mobil, tempat dimana Yebin duduk.

Meminjam mobil ayahnya tanpa izin sedikit membuat Taeyong takut, tapi tidak ada cara lain untuk menuju tempat yang mereka tuju dengan cepat selain membawa kendaraan sendiri. Dia juga ikut mendengarkan curahan hati Yeonjoo, ternyata gadis itu sangat ketakutan, suaranya hampir menghilang disela-sela tangis.

“Aku melihat pertengkaranmu dengan Doyoung, karena sangat marah aku tak jadi menepati janji untuk menjemputmu waktu itu.” jawab Yebin menjeda ucapannya, “Biar bagaimana pun kau adalah temanku, aku tidak mungkin meninggalkanmu meski tahu kau sudah memanfaatkanku dan berbuat jahat kepada Sejeong. Aku ingin merubah pemikiranmu, tetapi aku tak bisa,” perkataannya terhenti karena air mata mulai menggenangi matanya, lalu mengalir begitu saja di pipi.

“Jika aku marah padamu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.” Yebin menutupi mulutnya, mencoba meredam suara tangisnya.

Tangis Yeonjoo kembali pecah, ia menyesalkan keegoisannya dan kenapa Yebin mencoba menghindarinya. Dalam hati kecilnya ia mengakui kejahatan yang telah dilakukannya.

“Maaf, maafkan aku, jeongmal mianhae (aku sangat menyesal),

Ingatannya berkelebat pada semua yang telah ia lakukan, membuat tangan Sejeong melepuh karena apinya, melempar keras bola padanya, membuatnya basah kuyup lalu mengambil gelang miliknya yang ia tahu benda itu sangat berharga bagi Sejeong, hingga mengurungnya di gudang. Yeonjoo tak sanggup lagi, mengingatnya membuat dirinya semakin yakin bahwa ia sangat jahat.

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang