WINDY DAY
Sunday, 26/01/2020
Sehun setengah berlari, berusaha menyamakan langkahnya dengan wanita yang telah mendahuluinya beberapa langkah di depan. Menarik perhatian tiap pasang mata ke arah kedatangan mereka, terlebih fakta mengenai hubungan mereka yang diduga telah berpacaran masih marak dibicarakan, oleh hampir seluruh murid di sekolah.Betapa inginnya Sehun berteriak memarahi si wanita yang tampak enggan menghentikan langkahnya. “SEJEONG! KIM SEJEONG!” panggil Sehun, berlarian sepanjang koridor kelas.
Sejeong yang seketika itu juga menghentikan gerak kakinya, dengan cepat berbalik, ia merasakan terpaan angin kencang dan mendapati Sehun telah berdiri di hadapannya. Tidak hanya Sejeong, tetapi semua orang yang berada di sekitar mampu bergidik kedinginan, mulai bertanya-tanya dari mana asalnya angin tersebut saat jendela tertutup rapat.
“Ini yang aku takutkan, angin ribut akan datang setiap kita bersama.” keluh Sejeong selagi di depannya Sehun mencoba mengatur napas tersengal, “Karena ada aku, maka kau terus mengandalkanku tanpa belajar mengontrol emosimu itu!” ia meneruskan dengan agak kesal mengingat apa yang terjadi di perpustakaan.
“Aaah, itu… itu… salahmu mengataiku bodoh!” bela Sehun, jelas tidak mau disalahkan atas kekacauan akibat angin berhembus, membuat letak buku di meja-meja bergeser dan bahkan ada yang terjatuh ke lantai.
Lebih lama lagi saja, angin bisa memporak-porandakan buku yang tertata rapih di rak perpustakaan sekolah.
“Benar aku salah karena telah mengataimu, kau pythagoras saja tidak tahu, limit dan…”
“Aku yang salah, tolong maafkan aku,” potong Sehun menangkupkan kedua telapak tangan, “Jadi bantu orang bodoh ini untuk memahami pelajaran matematika, aku janji akan belajar lebih keras asal kau mau mengajariku lagi…” bujuknya seraya meraih lengan Sejeong, menggoyang-goyangkannya sembari merajuk.
Tanpa mereka sadari angin berangsur menghilang, dibarengi seruan murid-murid yang melihat tingkah manja Sehun. Siapa yang menyangka lelaki yang kerap kali terlibat perkelahian sebelum pindah ke sekolah mereka, kini terlihat menggemaskan. Sehingga Sejeong tak tahan untuk mengusak rambut Sehun.
“Baiklah, kali ini aku maafkan.” ujar Sejeong, sontak tubuhnya terhenyak saat dengan senangnya Sehun memberi pelukan terima kasih yang kembali mendapat sorak sorai dari para murid yang menduga kalau pasangan tersebut baru saja berbaikan.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Sudah beberapa hari ini Sehun terus datang ke rumah Sejeong untuk belajar bersama sepulang sekolah hingga jam 8 malam, tentunya ditemani Doyoung sebagai pengajar bahasa korea. Pernah suatu malam ia menggedor pintu rumah, membangunkan Sejeong yang telah terlelap untuk sekedar menanyakan soal yang tidak dimengerti olehnya.
Saat itu juga, ingin rasanya Sejeong mengumpat. Sementara Sehun dengan tidak tahu malunya berdalih bahwa ia tidak ingin menghancurkan kamar dan segera berlari menemui obat penenangnya. Laki-laki itu mengaku kesal pada deretan kata berjejer dalam sebuah kalimat, seolah mengejek ketidaktahuannya akan jawaban dari soal pengetahuan alam.
Pagi ini, Sehun kembali menjemput Sejeong. “Ayo kita ke sekolah!” ia berkata dengan nada penuh gairah.
“Ini hari minggu, lagi pula aku ada janji makan siang.”
“Dengan siapa?” tanya Sehun otomatis memicingkan matanya.
“Doyoung…” balas Sejeong, berlalu memasuki rumah dengan Sehun yang mengekor di belakangnya.
“Kenapa makan siang dengannya?! Kau bisa pergi denganku!” sungut Sehun selagi Sejeong membuka kulkas, melihat jejeran makanan yang ditempeli post it memberitahu lauk apa saja yang berada di dalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Windy Day
Fantasy[END] Oh Sehun memiliki kelebihan yang disebut Aerokinesis, merupakan kemampuan pikiran manusia untuk mempengaruhi pergerakan udara. Seorang pelajar SMA ditingkat akhir yang dua kali tinggal kelas, selalu membuat onar, hobi berkelahi dan jarang masu...