Part.19 - Pengawal

584 107 24
                                    

Update
Thuesday, 14/11/2019

Koridor di lantai empat memang sepi, kebanyakan ruangannnya digunakan untuk klub sekolah dan gudang penyimpanan. Jarang sekali ada murid yang ke sana kecuali saat jam istirahat atau sepulang sekolah, itu pun kalau mereka mengadakan pertemuan anggota club yang memang sudah kurang aktif. Disinilah Sejeong dan Yeonjoo berdiri, tepat di depan pintu gudang.

“Ada apa? Kenapa kau menyuruhku ke sini saat jam pelajaran terakhir akan segera dimulai,” sedikit ada nada kesal yang mencoba acuh saat Yeonjoo bertanya.

Mata Sejeong menatap gelang di pergelangan tangan Yeonjoo, ia kenal betul bahwa benda itu adalah miliknya. “Darimana kau mendapatkan gelang itu?”

“Ini,” Yeonjoo menunjukan gelang kayu koka. “Aku menemukannya di toilet, ketika itu kau basah kuyup!” lanjutnya dengan sengaja mengangkat tangan agar Sejeong dapat melihat lebih jelas.

“Kembalikan!”  pekik Sejeong mencoba mengambil gelang tersebut, tentu saja hal itu membuat Yeonjoo terkekeh mempermainkannya. “Kembalikan padaku!” tambahnya tak digubris sama sekali, yang ada Yeonjoo makin menjauhkan gelang dari jangkauannya.

“Bagaimana rasanya ketika ksatriamu tidak mengenalimu, aku penasaran apa bisa kau mengatakan bahwa pemilik gelang sebenarnya adalah kau, atau bagaimana jika aku merusaknya saja?” ancam Yeonjoo sembari menyentuh gelang seakan hendak menariknya hingga putus.

“Berhenti bermain-main denganku, dan kembalikan saja gelangnya, aku mohon.” pinta Sejeong tak juga didengar.

“Tidak mau! Jika aku tidak bisa memilikinya maka kau juga tidak bisa,” Yeonjoo melepas gelangnya.

Tak mau gelang pemberian ibunya dirusak begitu saja, Sejeong melangkah maju untuk mengambilnya. Sebaliknya Yeonjoo yang membelakangi pintu sebuah ruangan penuh barang bekas tak terpakai, terus mundur, punggungnya membentur pintu hingga terbuka.

“Kau ingin mengurungku disini, sama halnya seperti yang aku lakukan dulu padamu. Ternyata kau pendendam juga ya,” kata Yeonjoo berdecak, dan gelang pun dilemparnya ke dalam gudang. “Ambil, aku sudah tidak membutuhkannya lagi,” tambahnya sembari mengedikan kepala ke dalam gudang.

Untuk beberapa detik Sejeong dan Yeonjoo saling tatap. Bahu Sejeong naik turun, untunglah kesabarannya masih ada, dia menghela keras.

“Kau tidak akan mengambilnya?” ulang Yeonjoo berjalan satu langkah ke samping, bermaksud memberi jalan agar pemilik gelang dapat masuk.

Tanpa menaruh rasa curiga, Sejeong memasuki gudang. Gelapnya gudang tak mengurungkan niatnya untuk mencari gelang. Wajah licik Yeonjoo terlihat ketika pandangannya mendapati balok kayu yang tergeletak di dekat pot bunga. Pintu ditutup, Sejeong mendengus mengetahui apa yang Yeonjoo lakukan.

“YA! LEE YEONJOO!” teriak Sejeong menghentakan kaki, merasa bodoh telah tertipu lagi oleh orang licik seperti Yeonjoo.

Yeonjoo melangkah menjauh dari gudang. “Bukankah kau dan aku berbeda?”

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang