Part.24 - Kincir

531 103 27
                                    

WINDY DAY
Wednesday, 04/12/2019

"Ada apa? Hari ini kau terlihat tak bersemangat, makan siang juga tersisa banyak!" Doyoung mencoba menerawang, dilihatnya Sejeong sedang bermain dengan kelinci putih bernama Ken itu.

"Apa karena Sehun dan Yeonjoo?"

Siapa yang menyangka akan seperti ini, lagi-lagi Yeonjoo mendekati temannya. "Hmm aku hanya memikirkan ini dan itu, mereka juga masuk dalam pikiranku. Kau tahukan dulu aku berteman dekat dengan Yeonjoo,"

"Aku tahu, sekarang dia sedang mencoba menjauhkanmu dari Sehun. Aku juga tahu kau tidak memiliki kemampuan apa pun, jadi jangan memikirkan kemungkinan yang belum pasti terjadi," begitu Doyoung selesai bicara, Sejeong menghembuskan napas berat.

"Hanya kau yang percaya bahwa aku bukanlah si pyrokinesis, aku ingin membuktikan bahwa aku tidak bisa mengendalikan api, tapi di sisi lain aku tidak ingin menyakiti siapa pun." sesal Sejeong sembari mengelus bulu halus Ken.

"Kau memang gadis yang baik, tak salah jika aku menyukaimu." pengakuan secara tiba-tiba itu cukup membuat Sejeong terkejut.

Ini kali pertama ia mendengar seseorang mengatakan suka padanya. "Kau bilang apa?"

Mempersiapkan diri dengan menghela napas dalam-dalam, Doyoung kembali memperjelas ucapannya. "Aku menyukaimu Kim Sejeong."

Pengakuan cinta. Seharusnya ia merasakan sesuatu pada hatinya, atau detak jantung yang tak biasa. Tapi apa ini? Tidak ada yang terjadi...

"Aku juga menyukaimu, kau teman terbaikku! Lain kali ayo kita pergi melihat kunang-kunang!"

Teman. Iya mereka hanya sekedar teman. Namun rasa suka Doyoung lebih dari kata teman, meski tahu akan ditolak, ia tetap mengungkapkannya.

"Baiklah, ketika temanmu ini mengajak untuk pergi melihat kunang-kunang. Maka kau harus segera keluar! Ok!" pinta Doyoung terkesan memerintah.

"OK!" seru Sejeong penuh semangat.

Baguslah asalkan Sejeong tersenyum, Doyoung sudah merasa bahagia. Di dalam hatinya Doyoung bersyukur karena ia bisa mengungkapkan perasaannya pada gadis yang selama ini menguasai pikirannya, meski harus menerima penolakan, bertekad akan berusaha mendekati Sejeong lagi dan mengatakan bahwa ia menyukai Sejeong lebih dari sekedar teman.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


"Jadi ini tempat dimana kau selalu bermeditasi, indah sekali." takjub Sejeong mengedarkan pandangannya, ia dapat melihat berbagai jenis bunga.

Kini dia berada di taman rumah kaca milik Sehun. Laki-laki itu sudah memulai meditasinya, ia duduk sila di antara bunga lavender. Matanya terpejam, dan tangannya diletakan sejajar dengan lutut.

"Wah wah wah ada bunga tulip!"

Alis mata Sehun terangkat, bola matanya bergerak ke kanan namun ia masih terpejam. Dia harus konsentrasi, dan melakukan meditasi dengan benar agar taman kesukaan kakak sepupunya tak berantakan lagi.

Sedang Sejeong tak tahu menahu, ia memandang bunga tulip berwarna kuning dengan mata berbinar.

"Waaaah kau benar-benar cantik," puji Sejeong sambil memegang kelopak bunga, "Sehun-ah boleh ya aku sering-sering datang ke sini!" lanjutnya tanpa mengalihkan pandangan dari bunga tulip yang sedang ia amati.

Kali ini Sehun mengerutkan dahi, ketika ia merasa akan menyerah sesuatu menyentuh dahinya. Perasaan menyerah hilang begitu saja tatkala dahinya kembali rileks. Namun ia memilih untuk membuka mata, tepat saat itu Sejeong tengah tersenyum, jari telunjuknya masih tertempel di dahi Sehun.

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang