Part.14 - Pilihan

564 99 12
                                    


Update
Tuesday, 29/10/2019

Saat itu lorong kelas sepi, tak banyak murid melewatinya karena jam istirahat mengalihkan semua perhatian murid yang enggan berada di dalam kelas terlalu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat itu lorong kelas sepi, tak banyak murid melewatinya karena jam istirahat mengalihkan semua perhatian murid yang enggan berada di dalam kelas terlalu lama. Mereka lebih ingin berada di luar kelas ketika jam bebas belajar. Tapi di kelas 3-2 masih ada satu murid yang duduk di bangkunya, tak ada gairah dalam dirinya. Semua terasa amat membosankan, dikeluarkannya kotak bekal dalam tas dan mulai memakannya.

Baek Yebin memasuki kelas sambil bersenandung, dia tidak mengira akan ada orang di dalam kelas. Nyanyianya pun terhenti, dan berjalan menuju bangkunya. Dia melihat Sejeong menghentikan aktivitas makannya.

"Aku meninggalkan dompetku, jadi aku ke sini untuk mengambilnya. Lanjutkan saja makanmu," ucap Yebin menutup kembali restleting tas selempangnya.

Sejeong mengambil bokkumbap (nasi goreng khas korea) dengan sendoknya, hendak menyuapkannya ke mulut. Tiba-tiba langkah kaki Yebin terhenti dan kembali berbalik.

"Apa kau ingin aku beritahu tempat yang baik untuk menyendiri," tawar Yebin.

Sesekali mereka pergi ke halaman belakang sekolah bersama. Berbicara tentang musik yang mereka sukai, dan bahkan mendengarkan lagu bersama menggunakan earphone. Senyum keduanya semakin lebar saat tak sengaja menyanyikan lirik lagu secara bersamaan. Kemudian Sejeong dan Yebin saling melempar senyuman, mereka tertawa ketika menyadarinya.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

"Bagaimana kau mulai memusuhinya?" kata Doyoung membuyarkan lamunan Yebin.

"Barang-barangku selalu terbakar, dan saat itu aku berpikir bahwa Sejeong yang mempunyai kemampuan pyrokinesis-lah yang melakukannya," jelas Yebin berdesis. "Apa menurutmu bukan dia yang melakukannya?"

Doyoung menoleh sejenak pada Yebin. "Jika aku bicara bukan dia tapi orang lain, apa kau akan percaya?"

Lagi-lagi Yebin berdesis tapi kali ini ada senyum miris yang diperlihatkannya. "Dia mempermainkanku, dan aku mengikutinya. Aku mulai mempercayainya dan begitu setia, tapi dia berbohong padaku. Apa yang akan kau lakukan, jika kau adalah aku?"

Sekarang ini Yebin tengah dilema, dia bimbang dengan pilihannya. Seperti seorang teman yang sudah kenal lama, Doyoung mendengarkan seksama ucapan Yebin.

"Entahlah… mungkin aku akan terus berada di sisinya. Bisa saja dia semakin hilang kendali jika aku berbalik arah melawannya, itu sesuatu yang harus kau pilih." ucap Doyoung memberi semangat dengan menepuk pundak Yebin.

"Kau bisa melakukannya, terima kasih karena sudah bercerita padaku.” lanjut Doyoung ramah, ia merasa lega setelah bertemu dengan Yebin, setidaknya akan ada perubahan yang terjadi nanti.

Mereka sama-sama tahu yang sebenarnya hanya mencoba saling menutupi. Berharap akan ada titik terang untuk menyelesaikan kesalahpahaman berskala besar ini.

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang