Part.32 - Kacau

650 86 15
                                    

WINDY DAY
Thursday, 26/12/2019


Pagi hari yang diawali keributan tepat ketika Sehun dan Sejeong memasuki gerbang sekolah. Dimana dengan wajah sangarnya, Taeyong berlari kencang mengejar satu siswa yang tergopoh-gopoh menghindari amukannya.

“Bukankah dia Lee Taeyong?!” ujar Sehun.

Seluruh murid yang baru datang segera berbondong-bondong mendekati Taeyong, yang berhasil menarik tas ransel lelaki bernama Jaehyun, meski begitu mereka tidak cukup berani untuk ikut campur dalam pertengkaran.

“Lakukan sesuatu…” kata Sejeong mendorong Sehun, “Kau harus merelai mereka!” tambahnya mulai khawatir karena adu jontos berlangsung sengit.

“Tidak mau, dia memang pantas mendapatkannya.” balas Sehun hendak melengos, mengacuhkan permintaan Sejeong, rupanya masih kesal perihal ledekan Taeyong sewaktu kelas gabungan.

“Besok dan seterusnya kau jangan menjemputku lagi, kita berangkat ke sekolah secara terpisah saja, lagi pula tidak ada hubungan apa pun di antara kita.”

Sialnya Sejeong selalu bertingkah semuanya, ia menjadi lebih berani untuk masuk dalam pertengkaran antar lelaki. Terpaksa Sehun menerobos kumpulan murid lain, mendorong Jaehyun hingga lepas dari cengkraman Taeyong dan segera memegangi Taeyong agar tidak menyerang Jaehyun lagi.

Suara pekikan dan bisik-bisik murid bersatu menghasilkan riuh rendah. Tak jauh dua sampai tiga guru berlari tergesa-gesa menghampiri.

“LEPASKAN AKU!” elak Taeyong memberontak, “Dia telah menyakiti Yeonjoo, biarkan aku menghabisinya!” lanjutnya dengan suara bergetar, kesedihan terpancar dari raut wajah tegasnya, ia menitikan air mata.

Tubuh Taeyong melemah, tidak mencoba lepas dari pegangan Sehun yang perlahan melonggar.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Ribut-ribut tidak hanya terjadi di gerbang sekolah. Koridor sekolah pun dipenuhi para murid yang sibuk bergunjing. Yebin dan Doyoung berlarian dari satu kelas ke kelas lain, siapa tahu bisa menemukan sosok Yeonjoo yang tadi pergi dengan membawa kemarahannya sekaligus air muka mengeras, tampak pucat pasi.

Pihak sekolah memanggilnya untuk menghadap komite perihal pengeluarannya dari sekolah. Rumor mengenai pemilik pyrokinesis asli mencuat semenjak pagi tadi. Terpasang secarik kertas berisi pemberitahuan di mading yang tersebar di tiap sudut sekolah, bahwa Lee Yeonjoo selama ini melimpahkan kesalahannya pada Kim Sejeong, penindasan di sekolah juga dimulai oleh Yeonjoo.

Sekolah dibuat gempar akan kebenaran yang terkuak. Taeyong mengamuk sana-sini menanyakan siapa pelaku yang telah menempelkan selembaran poster mengenai adiknya. Bergegas menemui Jaehyun, terduga penempel poster yang terlihat datang lebih awal, dengan membawa sebuah perekat yang nyaris habis.

Bola mata Sejeong bergulir, ia mendapati Doyoung dan Yebin, langkah cerobohnya menjadi perhatian Sehun yang takut bila wanita itu terjatuh.

“Dimana Yeonjoo?” tanya Sejeong masih dengan napas memburu, ia melihat Yebin dan Doyoung secara bergantian.

“Tidak tahu,” geleng Yebin hampir menangis ketika menambahkan dengan cemas, “Bagaimana kalau dia melakukan sesuatu yang berbahaya, aku dengar pyrokinetic (Orang yang dapat menggunakan pyrokinesis) dapat melakukan penghangusan tubuh secara spontan!”

SHC (Spontaneous Human Combustion) sering berakibat fatal karena panas yang terjadi mampu mengubah tubuh menjadi setumpuk abu. Kecemasan itu menjalar, berubah menjadi ketakutan akan sebuah kemungkinan terburuk.

Sehun mengerti, dia tahu betul betapa sulitnya mengendalikan kemampuan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan tubuh si pemiliknya. Salah satu alasan ia tinggal kelas, karena baginya mempelajari pengetahuan kekuatan pikiran adalah tujuannya agar hidup lebih baik berdampingan dengan kemampuan aerokinesisnya. Mungkin begitu pula Yeonjoo yang berusaha menyesuaikan diri dengan pyrokinesis.

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang