Part.30 - Pesuruh

647 112 20
                                    

WINDY DAY
Thursday, 19/12/2019


“Maaf karena aku tidak mengenalimu,” kata Sehun mendekap erat Sejeong yang hanya mengangguk kecil.

Ruangan sudah tidak berangin lagi, meski begitu pasien lain tetap menarik selimut sebatas dagu. Menganggap aneh kedatangan angin yang entah dari mana, mengingat kamar rawat mereka hanya dilengkapi oleh AC bukannya kipas angin.

“Kenapa tidak bilang kalau kau orang yang aku temui di gedung tua itu?” tanya Sehun tangannya beralih menyentuh plester yang tertempel di bawah mata Sejeong.

Sejeong berpikir sejenak, “Saat kau menjadi superhero-ku ya…waktu itu aku tidak sempat melihat wajahmu dan sepertinya kau juga begitu hingga salah mengira aku sebagai Yeonjoo.” Terang Sejeong ketika jari telunjuk Sehun mengusap pelan luka di balik plesternya.

“Aku hanya melihat gelang yang kau pakai, jadi aku salah paham saat melihat gelang itu dipakai Yeonjoo…” ujar Sehun menangkupkan tangan di wajah Sejeong, “Jawab aku, kenapa tidak memberitahuku kalau kau obat penenangku?!”

Sebenarnya Sejeong tidak terlalu yakin akan alasannya, tetapi ia tahu sebagian dari dirinya ingin melindungi Yeonjoo dan sebagian laginya dipenuhi rasa benci.

“Hanya ingin Yeonjoo melihat ketulusanku.” kata Sejeong sambil mendenguskan tawanya.

“Baik sekali kau!” sebal Sehun mengingat apa saja yang telah dilakukan Yeonjoo sangat keterlaluan.

Menuduh Sejeong-lah yang memiliki kemampuannya, merisak dan menyebabkan kesalahpahaman yang nyaris berakibat fatal dengan kebakaran yang membahayakan nyawa Sejeong.

Sehun menekan gemas tangkupan tangannya sampai bibir Sejeong mengerucut, “Terbuat dari apa hatimu, kalau aku jadi kamu maka mereka sudah habis tertiup angin.” tukas Sehun mendadak debaran yang kerap kali dirasakannya saat bersama Sejeong muncul lebih kuat, mendorongnya untuk mengatakan sesuatu.

“Lepas, kau menyakiti pipiku.” seru Sejeong menurunkan tangan Sehun dari menangkup wajahnya.

“Kau tahu, aku lebih dulu menyukaimu, ternyata itu rasa suka bukan karena marah.” Sehun sumringah menyimpulkan pertemuannya dengan Sejeong yang diyakininya bahwa gadis yang ditolongnya itu adalah obat penenang.

Jelas sekali ia merasa detak jantung tak wajar dan memilih bergegas meninggalkan gedung tanpa melihat siapa yang telah memeluknya demi menghentikan kemarahannya.

Mungkin waktu itu dia sudah jatuh cinta pada Sejeong, bahkan sebelum pandang pertama mereka bertemu. Hanya perasaan nyaman yang menjalar, menghangat sampai membuat jantungnya berdebar.

“Oh ya…”

Sehun manggut-manggut, “Aku juga suka kamu, Kim Sejeong.”

Debaran menyenangkan itu berubah menjadi sebuah desiran hebat, mendorong Sehun untuk berbuat sesuatu. Dilihatnya Sejeong menyunggingkan senyum manis, menyita seluruh perhatian Sehun terhadap gadis di depannya yang lebih dulu menyatakan perasaan.

Sehun sedikit mengangkat tubuh terduduknya dengan kepala menengadah. Memberi kecupan singkat di bibir Sejeong, sontak membuat gadis itu mengerjapkan mata. Sehun tak tahan untuk tidak terkekeh, melihat ekspresi menggemaskan Sejeong semakin ia ingin melakukan lebih.

“Kau menyukainya?”

Sejeong memukul Sehun pelan dengan kepalan tangannya saat sebuah kecupan kembali mendarat di bibirnya. Mereka sudah siap menyatukan seluruh perasaan yang membuncah, menyalurkannya dalam sentuhan lembut yang menghangat.

Jika saja Yebin tidak berseru memberitahu kedatangannya bersama Doyoung, mungkin mereka telah merasakan kehangatan tersebut.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang