Part.37 - Bertiga

584 83 16
                                        

WINDY DAY
Rabu, 05/02/2020

“Kim Sejeong, saranghae (Aku mencintaimu)... Jadilah kekasihku dan terus berada di sisiku sampai lulus nanti, tidak, tidak, selamanya.”

Pengakuan kali ini membuat Sejeong tak bisa lagi menahan senyum bahagianya, seakan getaran di dalam hati mampu menggerakan langkah kakinya untuk berlari dan memeluk laki-laki di hadapannya. Pohon bergoyang-goyang seakan ikut merasa senang menyaksikan dua insan yang saling mencintai.

Terserahlah, mereka masih bisa belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian meski memutuskan berpacaran.

“Ini adalah tanda terima kasihku karena kau telah memintaku menjadi kekasihmu,” ucap malu Sejeong melepas pelukannya.

“Lalu apa jawabanmu?” tanya Sehun yakin kalau ia akan diterima.

“Bodoh, tentu saja, nado… saranghae (aku juga… mencintaimu).” balas Sejeong membuat tanda cinta dengan jari telunjuk dan ibu jari yang menyilang.

Sehun ikut melakukannya, bahkan dengan dua tanda cinta. Mereka terlihat sangat bahagia, mengulum senyum dan bahkan tertawa lebar saat dengan beraninya Sejeong mencium pipi laki-laki yang telah menjadi kekasihnya.

“Kau mulai nakal ya?!”

Sejeong berlari menghindari Sehun yang mencoba mendekatinya. Mengelilingi sekumpulan bunga tulip, berkelit ketika tangan Sehun menyambar lengannya yang lalu berhasil menarik Sejeong ke hadapannya.

Rasanya baru kemarin mereka bertengkar dan berdebat saling menunjukan wajah tak suka. Bersiteru mengenai kemampuan yang sama sekali tidak dimiliki Sejeong, sampai-sampai diteriaki karena telah membakar tas ransel Sehun.

“Seperti janjimu waktu itu yang bilang akan memanggilku Oppa setelah jadian… jadi cepat, katakan sekarang.” tuntut Sehun.

"Kapan aku bilang begitu," Sejeong mengeryit, "Itu berlaku saat kau masuk sepuluh lulusan terbaik!" Sanggahnya yang memang tidak pernah menjanjikan hal tersebut.

"Aku ingin mendengarnya sekarang!" Sehun bersikukuh.

“Tidak mau,” tolak Sejeong menggeleng, berniat mempermainkan Sehun.

Benar saja laki-laki itu mendesaknya sambil terus maju mendekat, “Masa bilang begitu saja tidak mau, cepat panggil aku Oppa, bukankah itu tidak sulit.”

Otomatis Sejeong mundur selangkah demi selangkah hingga kakinya terantuk undakan, terjatuh di selembar tikar yang sering dijadikan alas duduk Sehun untuk melakukan meditasi. Untunglah, berkat gerak sigap Sehun, tubuhnya tidak harus terbentur keras mengenai lantai.

Namun kini yang terjadi adalah Sehun dan Sejeong tengah saling menatap lekat, dalam jarak dekat. Hembusan napas tersengal mereka sama-sama menerpa wajah, selanjutnya dengan mudah Sehun merendahkan tubuh, memiringkan kepala selagi di bawah kukungannya Sejeong memejamkan mata.

Tak lama bibir mereka bertemu bersamaan dengan bunga lavender yang bergerak seirama oleh terpaan angin kencang namun tak sampai membuat tumbuhan rusak.

Aku menyukai angin ini. Batin Sejeong ketika bibir bawahnya dikulum lembut.

Selama ini Sehun sudah menahan hasratnya agar tidak jatuh dalam pesona Sejeong terlalu dalam. Namun dalam sekejap saja ia telah terperangkap dan tanpa niat untuk menahannya lagi, ia menyesap sayang meluapkan segala kasihnya.

Usia dua puluh tahunnya dimulai dengan mengecap rasa manis, menjadikan seorang Oh Sehun yang pemarah berubah penurut, hanya pada wanita yang mampu meluluhkan hatinya.

Windy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang