Malam ini adalah malam pertama Jeno dan Sejin menempati rumah barunya, hanya bertiga dengan rumah yang sederhana menurut mereka. Tidak ada papa, mama, Jaehyun, Jaemin atau pun Jisung.
Mereka harus belajar mandiri.
Karena kelelahan setelah acara, Sejin sering kali merintih dalam tidurnya karena rasa sakit yang ia rasakan di tulang belakang dan perutnya.
Jeno tidak bisa tidur, jujur saja ia tak sanggup melihat Sejin yang sering merintih tiap menit atau pun jamnya, Jeno ingin menangis saja rasanya melihat istrinya begini. Jeno trauma, dia tidak ingin kehilangan Sejin.
Dengan telaten Jeno mengusap-usap perut Sejin dan mengompresnya, juga sesekali mencium kening sang istri.
"Sshhh... Sakit— ughh mamaaaa..." rintih Sejin.
"Ssttt... Iya sayang, tahan ya ini aku kompres perut kamu biar gak sakit lagi" ucap Jeno meskipun Sejin tidak mendengar karena dalam keadaan tidur.
"Jeno... Sakit..." Sejin membuka matanya, melihat sang suami dengan wajah lelah dan khawatirnya sedang memeras kain kompresan.
"Tidur lagi ya sayang, kamu harus istirahat"
"Jino dimana? Kasihan dia belum minum susu"
"Kamu jangan khawatir ya, Jino masih bobo kok, besok pagi baru deh minum susu"
"Uhmm..."
"Masih sakit?"
"Eng...enggak" bohong Sejin.
Jeno tau Sejin tidak ingin membuatnya khawatir, namun raut wajah istrinya tidak bisa menipu, dia masih sangat kesakitan.
Sekarang Sejin sudah tidur dengan nyaman kembali, barulah Jeno bisa ikut tidur.
Tetapi tiba-tiba terdengar suara baby Jino menangis, dengan terpaksa Jeno membuka lagi matanya, ia harus mengerti keadaan Sejin.
Jeno memilih untuk mengecek Jino, mengganti popoknya yang sudah sangat penuh dan bahkan bayi yang masih beberapa hari lahir tersebut BAB.
"Aduh anak papa eek yaaa, sini papa ganti cup cup jangan nangis ya nanti mama bangun..." ucap Jeno.
Baby Jino menangis makin keras membuat Jeno sedikit frustasi, namun ia paham ini adalah konsekuensinya, dia sama sekali tidak terpaksa, hanya saja Jeno lelah butuh istirahat.
Selesai mengganti popok Jino, Jeno menggendong bayi laki-lakinya agar diam dan kembali tidur, sesekali matanya melihat ke istrinya yang bergerak gelisah sambil mengusap perut.
"Ughhh sakittt... Jenooo..." rintih Sejin lagi, padahal Jeno masih berusaha menidurkan baby Jino.
"I—iya Sejin sayang, sebentar ya nanti aku kompres lagi" ucap Jeno mencoba menenangkan Sejin.
Sejin sebenarnya tau Jeno sedang mengurus baby Jino, dia juga tidak nyaman karena tangisan sang anak, tetapi Sejin tidak bisa menahan rasa sakitnya, dia juga butuh Jeno untuk menolongnya.
Padahal Sejin sudah rutin minum obat dari dokter Doyoung dan dokter Maria, namun masih saja terasa nyeri di malam hari.
'Tuhan, tolong bantu saya untuk mengurus 2 bayi ini sendirian' batin Jeno yang tersiksa.
***
Pagi harinya Jeno bangun agak siang, tak apa karena kuliahnya di mulai pukul 13.00 nanti.
Ia mulai mengrejapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya pagi ini. Rumahnya adalah rumah kaca, jadi wajar saja jika pagi hari sinar matahari masuk membuat silau.
Dilihatnya Sejin sudah tidak ada di sebelahnya, ia sangat khawatir, bukankah Sejin sedang kesakitan? Begitu pikirnya.
"Sejin?!" tidak ada jawaban.
Jeno turun dari kasur nya, berjalan ke box bayi, melihat sang anak apakah ada disana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada ternyata, sepertinya sudah mandi karena sudah terlihat rapi dari pada semalam. Lalu siapa yang memandikan Jino?
"Sejin sayang?!" Jeno melangkah menuju ruang tengah, tidak ada istrinya.
Lalu dia ke ruang tamu, juga tidak menemukan istrinya.
Lalu ia melangkah ke dapur saat mendengar suara-suara gorengan disana.
"Sej—"
Benar saja, ada istrinya disana yang sedang sibuk memotong-motong sayuran dengan posisi memunggunginya.
Jeno tersenyum, "disini ternyata kamu sayang..." gumamnya.
Grepp.
Jeno memeluk pinggang istrinya dari belakang.
"J—jeno? Kamu udah bangun? tunggu sebentar ya aku belum seles—"
Cup.
Jeno mencium bibir Sejin, melumatnya perlahan membuat Sejin juga membalas lumatan lembut tersebut.
"Selamat pagi, mama Sejin"
"Pagi papa Jeno, hehehe" geli Sejin.
"Kamu buat aku khawatir sayang, aku kira kamu pergi kemana"
"Aku cuma mau bikinin kamu sarapan, y—ya walaupun aku gak bisa masak, t—tapi ini spesial buat suami aku yang semalem kelelahan" Sejin sedikit gugup saat Jeno menatapnya tajam sedikit tersenyum.
"So sweet nya istri aku"
"Ihh apa sih Jeno! Awas aku mau lanjut masak lagi nih" Sejin mendorong badan Jeno pelan.
Namun Jeno malah menarik lengannya, lalu kembali mencium bibir Sejin dan melumatnya lagi.
Tangan satunya ia gunakan untuk mematikan kompor, lalu ia bawa tubuh Sejin duduk di meja, mengusap pinggul istrinya tanpa melepas tautan.
Sejin mengalungkan kedua tangannya ke leher Jeno juga kedua kakinya ke pinggang Jeno, membalas lumatan sang suami, memejamkan matanya erat dan menikmati ciuman penuh sayang dan cinta mereka.
"Oeeeeeekkkkkkkk...!!!"
To be continued...
Tolong untuk menghargai karya yang tak seberapa ini:)
Lanjut?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.