Six

104K 4.5K 93
                                    

Vote and komennya jangan lupa ❤️

Happy reading...

"Sarapannya di makan Lun, gue mau sekolah dulu nanti balik gue usahain ke sini." Ucap Rava sambil memakai jaket kulitnya.

Luna tersenyum hangat, "Gak usah Rav, makasih ya udah mau nemenin gue dari kemarin. Nanti lo balik sekolah langsung balik aja gue gapapa sendiri." Ucap Luna tak enak.

"Gue usahain Deva yang ke sini." Ucap Rava.

Luna diam harusnya ia senang Deva yang akan kembali menemuinya tapi satu sisi masih ada perasaan takut akan cowok itu, Deva tak pernah memandang Luna entah sedang sakit atau tidak tapi cowok itu tetap saja berprilaku kasar.

"Udah gak usah di pikirin belum tentu si Deva mau kan. Yaudah gue berangkat." Ujar Rava seperti tau apa yang sedang di pikirkan Luna.

"Eh iya Rav, hati-hati." Ucap Luna lalu hanya di balas anggukan kepala oleh Rava.

Sekolah,

Rava berjalan dengan santai kearah kelasnya, saat sedang asik bersenandung kecil dia melihat Deva yang sedang merangkul Melly mesra. Ada perasaan marah kenapa Deva masih tak berpikir.

"Woi! Pagi-pagi udah pacaran aja!" Kata Rava sambil menerobos di tengah-tengah antara Deva dan Melly.

"Iri aja lo!" Balas Deva sewot.

"Oh iya Rav gimana keadaan Luna? Gue denger dari Deva katanya dia sakit." Tanya Melly.

Rava menatap Deva dan Melly bergantian. "Peduli apa lo sama Luna?"

"Yaelah Rav gak usah sewot, tinggal jawab aja apa susahnya!" Ucapan Deva barusan seolah tak terima jika Melly dia judesin.

"Kenapa lo gak nanya langsung sama Deva aja?"

"Udah ayo ah Mel, susah ngomong sama Rava mah bikin naik darah mulu!" Kata Deva lalu cowok itu kembali merangkul Melly dan mereka pergi meninggalkan Rava.

Rava hanya geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya itu, lalu dia kembali berjalan menuju kelasnya.

∆∆∆

Toni berjalan penuh wibawa memasuki rumah sakit,

"Permisi, dimana letak kamar atas nama pasien Nata?" Tanyanya pada suster yang sedang berjaga.

Ya Toni memang pergi ke rumah sakit jiwa dimana mantan istrinya itu di rawat, tentang tujuan ke sini bukan untuk menjenguk apalagi memberikan dana.

"Maaf bapa siapanya pasien?"

"Saya mantan suaminya."

"Maaf pa, sekarang belum saatnya untuk menjenguk." Jawab suster itu sopan.

Toni mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan lalu di taruh nya di meja suster tersebut.

"Beri saya masuk. Tidak lama."

Suster itu tampak berpikir, lalu tak lama dia mengangguk dan mengantarkan Toni ke ruangan Nata.

HURT [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang