Thirty There

86.9K 3.2K 304
                                    

Vote and komennya jangan lupa ❤️

Happy reading...

Satu bulan berlalu, kini Deva sudah kembali menjalani aktivitas seperti biasanya, ya selama itu pula Deva menjalani homeschooling nya dengan baik. Saat ia kembali ke sekolah banyak yang mengucapkan get well soon atau semacam mendoakannya agar cepat sembuh seperti dulu, tentunya Deva balas dengan senyuman khas cowok itu.

Tak terasa minggu depan sekolah mereka akan menjalani Ujian Nasional, selama Deva menjalani homeschooling nya dia benar-benar belajar dengan giat. Keadaan sekolah tidak ada yang beda, suasana masih sama. Cowok itu langsung memasuki kelasnya, saat sampai kelas dia melihat Rava sedang berbincang dengan temannya yang lain, Deva langsung menghampiri keduanya.

"Woi, kemana aja lo? Selama gue di rumah kenapa gak main?" Tanyanya basa-basi kepada Rava.

Rava langsung menengok ke sumber suara, ia tersenyum sebentar karena melihat Deva sudah kembali ke sekolah lagi. Seperti yang kalian tahu Rava dengan Deva tidak seakrab dulu, keduanya jauh walaupun masih saling menganggap teman.

"Udah sembuh lo?" Bukannya menjawab Rava malah balik bertanya kepada Deva.

"Seperti yang lo lihat sekarang,"

Rava hanya menanggapi ucapan Deva dengan anggukan kepala, lalu cowok itu pergi keluar kelas, ingin menemui Luna. Deva menatap kepergian Rava sambil sesekali mengembuskan nafasnya berat, Deva bisa merasakan bahwa Rava semakin menjauhi nya. Namun saat Deva masih melamun tiba-tiba saja tubuhnya di tabrak oleh seseorang, ah, lebih tepatnya orang itu memeluk Deva.

"Akhirnya kamu kembali lagi sekolah Dev, jadi kita bisa lulus sama-sama." Ucap Melly.

Deva tak menjawab dia hanya mengelus lembut rambut Melly, wangi cewek itu selalu menjadi candu untuk Deva. Semua teman sekelas nya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Melly yang menurutnya berlebihan. "Temenin gue makan, mau?" Ajak Deva.

"Mau," jawab Melly sambil menganggukkan kepalanya di tengah-tengah pelukannya dengan Deva.

"Yaudah lepas dulu, gak enak dilihat sama orang." Ucap Deva, lalu melepas pelukan mereka.

Melly dan Deva jalan beriringan menuju kantin, dengan tangan mereka yang saling menggenggam, seperti memberi tahu kepada semua orang bahwa Deva adalah milik Melly, begitupun sebaliknya. Saat melewati kelas Luna, Deva menatap sinis kesana karena melihat Rava, Luna dan Tasya tengah tertawa bahagia, entah hal apa yang tengah mereka bahas. Melly yang sadar dengan perubahan raut wajah Deva, semakin mengeratkan genggaman nya.

"It's ok, they are happy without you, karena kamu juga bisa bahagia tanpa mereka, dengan aku contohnya." Ucap Melly meyakinkan.

Setelah mendengar ucapan Melly, Deva hanya tersenyum sekilas. Apa gue bahagia sama Melly? Iya si gue emang bahagia sama dia. Tapi kenapa hati gue masih sakit kalau lihat Luna bahagia dengan orang lain? Ucap Deva dalam hati.

∆∆∆

Seorang gadis sedang duduk di bangku taman sambil menutup matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajah pucatnya, gadis itu sebelum ke taman menyempatkan ke ruang musik untuk meminjam gitar. Bukannya gadis itu tidak ingin menikmati istirahat nya di kantin, tapi ia hanya ingin menghindari seseorang. Ya, seseorang yang selalu membuat luka di hidupnya, tidak hanya itu gadis itu juga sekalian mencari ketenangan.

HURT [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang