Eight

95.5K 4.1K 438
                                    

Vote and komennya jangan lupa ❤️

Happy reading...

Malam ini Luna memutuskan untuk pulang, karena sudah tidak betah di rumah sakit plus tidak enak karena setiap waktu Rava harus menemaninya. Toni hanya membiarkan Luna pulang toh menurutnya anak itu juga sudah kelihatan sehat.

Deva? Cowok itu tak memperlihatkan batang hidungnya setelah adu jotos dengan Rava tempo hari. Entahlah Luna sudah biasa tanpa adanya Deva di sisinya, malah Luna lebih terbiasa dengan hadirnya Rava walaupun gadis itu tidak mempunyai perasaan apapun kepada Rava, percayalah cinta Luna hanya untuk Deva walaupun cowok itu tidak pernah menganggapnya ada, hanya ada status 'pacaran' yang mengikat mereka.

"Besok istirahat dulu aja Lun, lusa baru sekolah." Ucap Rava saat cowok itu sedang menaruh tas yang berisi perlengkapan Luna selama di rumah sakit.

Luna tersenyum, Rava selalu perhatian kepadanya. "Gapapa gue juga udah enakan ko, malam ini cukup buat gue istirahat."

"Ck, yaudah terserah lo. Kalau gitu gue balik ya, besok gue jemput kaya biasa." Pamit Rava sambil mengacak rambut Luna.

"Kebiasaan deh Rav! Yaudah makasih dan hati-hati di jalan."

Rava mengangguk lalu lelaki itu pergi meninggalkan Luna, saat sedang menuruni tangga Rava melihat Toni sedang duduk di ruang tamu sambil menatap kosong ke depan entah apa yang di pikirkan oleh lelaki itu.

"Om Rava pamit dulu ya, besok pagi Rava jemput Luna sekolah." Ucap Rava.

Toni tersadar dari lamunannya lalu menatap Rava sambil tersenyum singkat. "Iya, makasih ya kamu selalu jaga Luna. Hati-hati di jalan."

Rava mengangguk lalu menyalami tangan Toni, namun saat Rava hendak membuka pintu, Toni tiba-tiba memanggilnya lagi.

"Rava! Sebentar ada yang mau saya omongin." Ucap Toni lalu mengajak Rava untuk duduk di bangku teras.

"Soal apa om?"

"Luna masih berhubungan dengan Deva?" Tanyanya to the poin.

Rava bingung harus menjawab seperti apa, namun sebisa mungkin ia tidak mengucapkan yang sebenarnya.

"Kurang tau om, Rava udah jarang banget kontekan sama Deva terus Luna juga gak pernah cerita apa-apa soal Deva." Jawab Rava bohong.

Toni menatap Rava dalam, seolah mencari kebenaran. "Kamu lagi gak bohongin saya kan Rava?"

Rava deg-degan sendiri, tatapan mata Toni semakin tajam saja. Namun Rava terus meyakinkan Toni dari tatapan matanya seolah membuang semua kebohongan yang ada di dalam manik mata miliknya.

"Nggak om yakali aku bohong sama om." Ucap Rava cengengesan.

Toni mengangguk percaya, "Untuk saat ini saya percaya sama kamu. Tapi boleh saya minta tolong sama kamu?"

"Apa om?"

"Tolong selalu ada di sisi Luna, jagain dia. Saya akan selalu merestui jika Luna menjalin hubungan dengan siapapun terkecuali dengan Deva. Kalau bisa kamu saja yang menjadi pacarnya Luna, supaya ada yang jagain dia." Ucapan Toni barusan membuat Rava kaget.

"Rava akan berusaha untuk selalu ada di samping Luna dan jagain dia." Rava menjeda ucapannya. "Tapi kalau untuk mencintai dan menjadikan Luna pacar, kayanya Rava gak bisa om." Lanjutnya lirih.

Toni menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?"

Rava diam sesaat sambil mengatur detak jantungnya plus merangkai kata-kata yang cocok untuk menjawab pertanyaan Toni barusan. Setelah terangkai Rava menarik dalam-dalam nafasnya seolah ada hal serius yang ingin ia sampaikan.

HURT [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang