Sixteen

81.2K 3.6K 38
                                    

Vote and komennya jangan lupa ❤️

Happy reading...

Luna merebahkan tubuhnya, hari ini dia begitu lelah sehabis ke mall. Membantu Melly membawa belanjaan, dan di jadikan babu di sana. Luna juga masih mengingat bagaimana perlakuan Deva terhadap Melly, cowok itu sangat manis dan perhatian berbanding jauh dengan nya. Tak terasa matanya terlelap mungkin efek kecapean, Namun dalam tidurnya Luna mendengar suara mobil masuk ke pekarangan rumah bisa di tebak pasti itu sang papa pulang.

Dengan keadaan masih mengantuk Luna beranjak dari tidurnya, lalu turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu.

"Tasya..." Kaget Luna saat melihat bukan sang papa yang pulang melainkan Tasya.

"Tasya lo kenapa nangis?" Khawatir Luna saat melihat Tasya datang dengan berderaian air mata.

Tasya tak menjawab dia hanya menundukkan kepalanya, "Ayo masuk cerita sama gue di dalam."

Keduanya masuk lalu duduk di sofa ruang tamu. "Sebentar gue buatin minum dulu."

Luna berjalan sambil membawa satu gelas air putih agar sedikit memberi ketenangan untuk Tasya. "Ini minum dulu,"

"Ada apa? Lo kenapa nangis?"

"Itu...anu....gue abis nabrak orang." Ujar Tasya terpatah patah.

Luna kaget dengan ucapan Tasya, "Siapa yang lo tabrak? Kenapa bisa?"

"Gue gak tau orangnya, tapi tadi gue mau belok dan dia tiba-tiba lewat saat itu posisi mobil gue juga lagi ngebut. Jadi dia terpental jauh, dan gue takut Lun."

"Dimana lo nabrak dia?"

"Pertigaan jalan,"

"Dan lo langsung tinggal gitu aja?"

"Gue takut makanya gue langsung ke sini, please temani gue ke sana Lun." Mohon Tasya dengan mata sembab.

Luna melihat jam di dinding ruang tamunya, saat ini sudah menunjukkan pukul 11.40 malam artinya 20 menit lagi akan ganti hari.

"Tapi Sya ini udah mau jam 12 malam. Gue takut kalau nanti papa pulang gue gak ada di rumah."

"Nanti gue yang bantu ngomong sama papa lo, please bantu gue ya Lun. Gue gak tau harus minta tolong sama siapa lagi, gue udah coba hubungi Rava dan nomor dia gak aktif." Masih bisa Luna dengar Tasya berbicara dengan terisak.

Luna diam, memikirkan apa yang harus dia lakukan. Jika dia ikut dengan Tasya, nanti Toni pulang kalau dia tidak ada di rumah bisa habis di marahi bahkan di sakiti lagi fisiknya. Kalau tidak ikut dengan Tasya, Luna kasihan melihat temannya yang sedang kesusahan.

Luna menghembuskan nafasnya, "Oke gue ikut lo, tapi please jangan lama ya Sya. Gue takut,"

"Iya janji gak lama, sampai sana kita langsung bawa korbannya ke rumah sakit habis itu kita pulang."

"Yaudah ayo."

Keduanya langsung keluar dari rumah Luna, dan masuk ke dalam mobil Tasya. Tasya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan standar, saat sudah sampai di pertigaan jalan Tasya tak bicara apapun lagi. Sontak itu membuat Luna bingung sekaligus aneh.

HURT [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang