Vote and komennya jangan lupa ❤️
Happy reading...
Rava dan Tasya sedang duduk di bangku restoran, ya keduanya memang sudah dekat, tadinya Rava ingin mengajak Luna, tapi ia tahu gadis itu tidak akan mau karena masih marah dengannya.
"Rav?" Panggil Tasya.
"Apa?"
"Lo lagi ada masalah apa sih sama Luna, aneh banget dari kemarin."
Rava diam, bingung harus menjawab seperti apa. "Gue gak berhak cerita, nanti lo tanya Luna aja lebih detailnya."
"Yaudah deh, intinya aja lo ceritain,"
"Oke, jadi intinya Luna kecewa sama gue, karena gue nutupin hal yang sangat penting buat dia. Dan ada satu hal lagi yang belum terungkap, yang jelas saat ini Deva dan Luna saling salahpaham." Jelas Rava.
"Lo tahu apa kesalahpahaman itu?"
"Iya gue tahu."
"Kenapa lo gak coba untuk meluruskan nya?"
"Gua pernah ingin meluruskan semua ini, tapi, lo tahu kan gimana Deva? Semenjak gue dekat dengan Luna, Deva kayak benci sama gue, dia menjauh dari gue, padahal saat itu dia sendiri yang nyuruh gue untuk selalu ada buat Luna. Saat itu gue mau bilang semuanya sama Deva, tapi Deva gak mau sama sekali dengerin apapun dari gue."
"Tapi kenapa lo gak coba bilang aja sama Luna? Luna juga terkait kan dengan salahpaham ini?"
Rava menarik nafasnya dalam, "Iya Luna dan Deva adalah korban dari kesalahpahaman ini. Tapi gue belum bisa bilang ini sama Luna, gue lagi menunggu waktu yang tepat."
"Sampai kapan Rav? Semakin lama lo menyimpan ini, semakin merugikan juga untuk Deva dan Luna."
"Lo nggak ngerti gimana jadi gue, Sya, bohong atau jujur keduanya memiliki resiko tertentu."
Tasya bangkit dari bangkunya, lalu duduk di sebelah Rava, dan menampilkan senyum manis. "Iya gue emang gak ngerti gimana jadi lo, karena gue juga gak tahu kesalahpahaman apa yang lo maksud. Tapi Rav, saran gue, lebih baik lo bilang walaupun itu ada resikonya, karena akan lebih berisiko lagi kalau Luna tahu dari orang lain, Luna akan benci sama lo." Tasya menjeda ucapannya. "Siapa aja emang yang tahu tentang ini?"
"Hanya gue, tante Dian dan tante Nata." Itu salah satu alasan kenapa gue gak mau ngasih tahu Luna, Sya. Gue belum siap kalau harus melihat Luna menjauh dari gue, gue belum siap kehilangan. Lanjutnya dalam hati.
"Om Toni?"
Rava menggeleng. "Nggak, om Toni pun gak tahu yang sebenarnya. Karena gue belum siap, kalau mereka harus membenci gue."
"Kalau gitu lo egois dong? Nggak gini Rava caranya." Ucap Tasya lembut.
"Iya Sya gue emang egois, ini juga semua karena gue. Coba saat itu gue jelasin yang sebenarnya, mungkin gak akan jadi seperti ini, menyusahkan dan membingungkan gue."
Setelah berkata seperti itu Rava langsung menundukkan kepalanya, rasa bersalah itu kembali muncul, semua kejadian satu tahun lalu berputar lagi di otaknya. Ya, kejadian dimana semuanya berubah.

KAMU SEDANG MEMBACA
HURT [Sudah Terbit]
Roman pour Adolescents[Beberapa part udah di hapus secara random] Menyedihkan. Menyakitkan. Mengecewakan. Kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan yang aku alami. Kehidupan yang penuh dengan air mata, hanya karena satu kesalahpahaman. Copyright 2019 @caca Start : 2 Ok...