Vote and komennya jangan lupa ❤️
Happy reading...
"Lo kenapa tiba-tiba pergi? Jangan salah paham Dev, gue sama Luna gak ada hubungan apapun. Gue cuma nenangin dia doang, karena dia pikir lo gak bakal ke sini." Jelas Rava saat berhasil mengejar Deva yang ingin menaiki motornya.
Deva menaruh kembali helm nya lalu menatap Rava sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Terus hubungannya sama gue apa? Mau lo peluk, mau lo cium atau kalau lo mau setubuhi dia juga gue mah bodo amat, gak ngurus! Yang penting gue bisa bales dendam, udah itu aja niat gue mah." Jawab Deva sambil tersenyum meremehkan.
Bugh. Rava reflek langsung menghantam wajah Deva sampai mengeluarkan darah segar di sudut bibirnya.
Rava tidak percaya dengan ucapan Deva barusan, bisa-bisa nya lelaki itu mengatakan hal yang tak pantas. Yang bikin Rava tak habis pikir Deva bilang seperti itu dengan sangat mudah seperti tak akan menyakiti perasaan siapapun. Rava yakin jika Luna mendengar, hatinya akan kembali hancur dengan perkataan Deva.
Rava mengatur nafasnya, "Deva sadar! Luna itu pacar lo gak mungkin gue lakuin itu sama pacar sahabat gue sendiri, kalo gue lakuin itu artinya gue mengkhianati lo!"
"Kalau lo cemburu bilang Dev jangan gini! Jangan kaya orang tolol bilang gak cemburu tapi hatinya panas, kaya bocah tau gak lo! Kalaupun Luna bukan pacar lo gak mungkin gue lakuin itu sebelum sah secara agama, kalau gue lakuin, itu artinya secara gak langsung gue udah ngerendahin martabat Luna sebagai seorang perempuan!" Rava sudah kepalang emosi dengan tingkah Deva, mungkin jika di depannya ini bukan Deva sudah di jamin akan ia habisi karena mulut kotornya itu.
Deva bangkit lalu menyeka darahnya dengan kasar, lalu mendekati Rava dan menarik kerah baju cowok itu.
"Lo bilang apa? Gue cemburu lo pelukan sama Luna? Mustahil itu terjadi sama gue! Jangan so suci deh lo Rav. Kalo Luna pacar gue kenapa? Gue gak pernah larang lo buat sentuh dia, malah gue seneng kalau dia rusak karena lo, secara gak langsung lo udah bantuin gue buat bikin hidup dia ancur!"
Sebrengsek itu kah Deva sekarang? Rava benar-benar tak habis pikir. Terus maksud Deva selama ini apa, menyuruh Rava untuk selalu antar jemput Luna. Munafik sekali sahabatnya ini.
Rava tersenyum sinis, "Gak cemburu Dev? Terus lo kenapa tiba-tiba pergi gitu aja pas liat gue sama Luna pelukan?. Dan maksud lo selama satu tahun ini apa? Lo yang selalu nyuru gue untuk anter jemput Luna sekolah, lo yang selalu nyuru gue buat ada di samping Luna? Lupa lo? Jangan munafik jadi manusia!"
Bugh. Kini giliran Deva yang menghantam pipi Rava tidak sampai berdarah hanya ada lebam.
"Gue lakuin itu selama setahun, cuma mau ngasih Luna waktu untuk menikmati kenyamanan dari Lo, setelah ini gue gak akan nyuru lo untuk anter jemput Luna atau nemenin dia lagi! Gue akan memulai semuanya, menghancurkan hidup Luna lebih jauh. Karena menurut gue selama setahun ini gue hanya bersikap kasar dan itu aja belum cukup!"
"Tanpa lo suru gue akan selalu ada di samping Luna! Sedendam itu lo sama dia Dev? Sadar Dev! Inget gimana dulu lo deketin dia, kasih perhatian, sampai kalian pacaran. Dan cuma karena kejadian itu lo jadi se-brengsek ini?! Gila sih, Deva yang dulu gue kenal bertolak belakang dengan Deva yang sekarang."
Rava mendekati Deva lalu dia mulai meredakan emosinya untuk bicara baik-baik dengan Deva.
"Deva yang dulu gue kenal selalu sayang sama Luna. Gue tau ini bukan sifat asli lo, lo bilang kaya tadi karena lagi emosi aja. Lo sahabat kecil gue dan Luna juga sahabat SMA gue, tapi gua gak akan ngebiarin salah satu dari kalian saling menyakiti." Lanjut Rava pelan agar Deva bisa mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[Beberapa part udah di hapus secara random] Menyedihkan. Menyakitkan. Mengecewakan. Kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan yang aku alami. Kehidupan yang penuh dengan air mata, hanya karena satu kesalahpahaman. Copyright 2019 @caca Start : 2 Ok...