Vote and komennya jangan lupa ❤️
Happy reading...
"Non?" Panggil bi Surti---pembantu di rumah Luna.
"Iya bi, kenapa?" Luna mengalihkan pandangannya dari Tv.
"Bibi mau pamit pulang,"
"Makan malam udah ada bi?"
"Bibi nggak masak non, soalnya tadi tuan telpon. Katanya non Luna makan malam pesan online saja, kalau tuan dia makan malam di luar."
Luna kaget dengan ucapan bi Surti, namun dengan cepat ia merubah raut wajahnya. Sikap papanya sudah seperti dulu lagi, ya beginilah Toni dia selalu menghukum Luna tidak hanya satu atau dua hari tapi bisa sampai satu bulan bahkan lebih.
"Oh, iya, bi. Makasih ya," ucap Luna sambil tersenyum di paksakan.
Bi Surti tersenyum lalu pergi meninggalkan rumah, sedikit cerita bi Surti kerja di rumah Luna hanya sekedar memasak dan mencuci baju. Ini juga yang membuat bi Surti tidak tahu apa yang terjadi dengan Luna dan papa nya, karena bi Surti hanya sampai sore di sana sedangkan Toni jika menghukum Luna selalu malam ketika keadaan sepi. Kalau beres-beres rumah? Jelas Luna yang melakukan, karena Toni pernah bilang agar Luna bisa mandiri, dan jadi perempuan harus bisa beres-beres.
Luna tidak masalah dengan itu, karena yang di bilang papanya memang benar. Luna bangkit dari duduknya, untuk menyapu setiap rumah. Hari sudah menunjukan pukul 4 sore, artinya tiga jam lagi Toni akan pulang dari kantor, dan Luna harus segera membersihkan rumah jika tidak, ah mungkin kalian paham apa yang Luna maksud. Hukuman.
Luna mulai menyapu setiap ruangan, rumahnya lumayan besar, apalagi bertingkat, tapi tak apa, sudah biasa. Setelah tersapu semua, Luna diam sebentar, nafasnya mulai terasa sesak. Kenapa dengan dirinya? Biasanya tidak pernah seperti ini. Ah mungkin hanya kecapean saja. Luna mengambil minum, lalu duduk di bangku meja makan, untuk mengatur deru nafasnya agar kembali teratur.
"Gue kenapa sih? Aneh banget." Gumam Luna sambil terkekeh. Setelah nafasnya teratur ia kembali melanjutkan aktivitasnya. Luna mulai mengepel lantai setiap ruangan, menyapu halaman, dan menyiram tanaman.
Setelah semuanya selesai, Luna langsung membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Badannya serasa lemas, dan nafasnya mulai tak teratur lagi. Perlahan Luna memejamkan matanya, untuk istirahat sebentar.
\\\•••\\\
Toni berjalan santai melewati Luna yang tidur di sofa ruang tamu, dirinya tidak peduli pada Luna yang tidur disofa. Bayangan Luna yang berbuat salah membuat Toni semakin geram melihat Luna.
Toni melihat jam tangannya masih menunjukan pukul 8 malam, biar saja Luna tidur disofa. Biar dia kedinginan, batin Toni bersorak.
Luna mengerjapkan matanya, dia melihat jam dinding ternyata ia ketiduran sampai pukul 8 malam.
"Pa? Papa udah pulang?" Luna mengetuk pintu kamar Toni.Dapat didengar jika seseorang membuka pintu yang dikunci. "Mau ngapain kamu?" tanya Toni ketus.
"Maaf Pa, tadi Luna ketiduran. Papa mau dibuatkan kopi?"
"Gak perlu." Setelah itu Toni menutup pintu kamarnya.
Luna menghela napasnya kasar, papanya masih menghukumnya. Padahal Luna hanya bertemu dengan mamanya, apa salahnya jika hanya bertemu? Lagi pun itukan ibunya.
Luna membuka pintu kamarnya, dering ponsel membuatnya langsung berjalan kearah nakas. Panggilan dari Rava.
"Halo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[Beberapa part udah di hapus secara random] Menyedihkan. Menyakitkan. Mengecewakan. Kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan yang aku alami. Kehidupan yang penuh dengan air mata, hanya karena satu kesalahpahaman. Copyright 2019 @caca Start : 2 Ok...