Vote and komennya jangan lupa ❤️
Happy reading...
Luna berjalan sendirian di koridor sekolah, setelah bel berbunyi dia lebih memilih untuk ke kantin dari pada harus di kelas, karena apa? Karena teman-temannya di kelas sedang menghujat, memaki dengan terang-terangan kalau mereka sangat membenci Luna, eh tunggu mungkin yang hanya menganggap teman hanya Luna, sedangkan mereka? Mereka, hanya menganggap Luna sebagai orang asing yang sedang menghuni di kelas XII IPA 2.
Saat sedang asik berjalan, tiba-tiba dari depan ada yang sengaja membuka masker Luna, ya Luna memang menggunakan masker karena lebam di sudut bibirnya belum juga memudar. Reflek Luna memundurkan langkahnya lantaran takut dengan tatapan orang di depannya.
"Oh ini alesan dia pake masker, karena lebam? Yaelah lebam segini doang segala di tutupin, alay tau gak!" Orang itu menjeda ucapannya. "Lagian biar apa sih? Biar di liatin seantero sekolah? Najis caper banget! Kalau mau cari sensasi jangan gini juga kali, norak tau gak caranya!" Luna masih diam karena omongan orang didepannya, lagian sudah biasa.
"Lo baru tau Ca kalo dia norak? Dari pertama masuk SMA juga norak! Udah norak, jauh dari kata sempurna! nyari pacar yang kaya modelan Deva? Gak sadar sama keadaan dia banget kan! Deva sempurna, sedangkan dia? Ah gak usah gue sebut yang jelas dia sama Deva derajatnya beda banget!" Sambung teman yang di sebelah Caca, ya memang yang menghampiri Luna adalah Caca dan Siska.
Bisa di bilang Caca ini naksir dengan Deva tapi dari dulu Deva tidak pernah melihat kearah Caca, dulu Deva sangat fokus kepada Luna bahkan sampai jadian. Dari situ hampir semua cewek di sekolah membenci Luna.
"Maaf kalian ngalangin jalan gue," ucap Luna pelan.
Caca menarik dagu Luna kasar. "Lo ngusir kita? Gila, udah berani juga ya lo! Gue ngomong kaya tadi hanya ngebantu buat lo sadar, kalau lo itu gak pantes jadi pacarnya Deva!"
Luna mengumpulkan segala keberaniannya untuk menatap Caca.
"Gue gak pernah minta Deva untuk deketin gue apalagi untuk mencintai gue, tapi Deva sendiri yang mulai semuanya. Gue hanya bersikap seperti biasa, tapi seiring berjalannya waktu perasaan gue juga berubah sama Deva dan dari situ gue nerima Deva buat jadi pacar gue. Apa itu masih salah gue?" Semua yang menyaksikan itu kaget dengan jawaban Luna.Caca sepertinya sangat marah dengan ucapan Luna terbukti kini muka gadis itu sangat merah padam.
"Alah so cantik banget lo! Pake jampi-jampi apa sampe Deva bisa nembak lo?!" Tanya Caca.
"Gue rasa sih jampi-jampi doang gak cukup ca, paling dia udah datengin beberapa dukun buat minta pelet. Secara kan Deva cakep banget, hampir sempurna malah. Kan gak mungkin kalo seleranya modelan Luna." Sambung Siska sinis.
Cukup! Luna sudah muak dengan omongan dua orang di depannya ini. Jangankan pelet, jampi-jampi saja Luna tidak pernah menggunakan. Apa salah jika Deva mencintainya? Bukannya semua orang berhak untuk mencintai siapapun? Tapi kenapa jika Deva mencintai Luna, mereka semua malah membenci Luna, bukan Deva? Padahal yang memulai semuanya Deva.
Banyak yang menyaksikan kejadian itu, tapi satupun dari mereka hanya menatap Luna kasihan tanpa ada niatan ingin membantu sama sekali.
"Tanya sama Deva apa alasan dia mencintai gue. Permisi." Luna berjalan meninggalkan Caca dan Siska.
Belum sempat melangkah tiba-tiba Caca menariknya kencang, sehingga membuat Luna jatuh dan punggungnya membentur tong sampah, sampah yang ada di dalamnya di keluarkan oleh Caca lalu di lemparkan kearah Luna. Baru kemarin keadaan Luna membaik, tapi sekarang? Dia sudah mendapatkan luka itu lagi. Kenapa semua orang senang sekali menggoreskan luka padanya? Sebenci itu mereka terhadap Luna? Memang jika Luna boleh tahu, salah apa yang pernah Luna perbuat kepada mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT [Sudah Terbit]
Teen Fiction[Beberapa part udah di hapus secara random] Menyedihkan. Menyakitkan. Mengecewakan. Kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan yang aku alami. Kehidupan yang penuh dengan air mata, hanya karena satu kesalahpahaman. Copyright 2019 @caca Start : 2 Ok...