Twenty

87K 3.4K 78
                                        

Vote and komennya jangan lupa ❤️

Happy reading...

"Akhirnya kamu sadar juga sayang," ucap Dian saat melihat Deva sudah membuka matanya, Dian sangat bahagia karena dari semalam Deva baru membuka matanya siang ini. Mungkin efek obat biusnya.

"Sshh," ringis Deva.

"Kenapa Dev? Ada yang sakit?"

Deva hanya mengangguk lemas, "Sebentar mama panggil dokter dulu."

Dian berlari keruangan dokter, sedangkan Deva di dalam kamar hanya meringis kesakitan memegangi perutnya yang kemarin menjadi robekan operasi.

"Apa yang kamu rasain Dev?" Tanya sang dokter.

"Sa-sakit," ucap Deva sangat lirih.

"Sebentar biar saya periksa."

Dokter itu mulai memeriksa seluruh tubuh Deva. "Gimana dok?" Tanya Dian.

"Sakit di bagian jahitan, wajar kalau habis operasi, dan kondisi Deva juga sudah membaik. Ginjal baru di tubuhnya juga langsung berfungsi jadi setelah pulang dari rumah sakit Deva tidak perlu melakukan cuci darah lagi." Jelas sang dokter yang membuat senyum Dian terbit.

"Kira-kira berapa lama Deva harus di rawat dok?"

"Deva harus di rawat selama satu minggu, dan setelah pulang dari rumah sakit, paling sedikit Deva harus istirahat di rumah itu selama satu bulan. Walaupun ginjal barunya langsung berfungsi, tapi tubuh Deva masih harus istirahat."

Dian menatap Deva sebentar, lelaki itu hanya diam saja mendengar penjelasan dokter. "Tapi bagaimana dengan sekolah Deva dok? Dia kan sudah kelas 12."

"Ibu bisa memanggil guru di sekolah Deva untuk di jadikan guru privat Deva selama di rumah. Nanti setelah satu bulan baru Deva bisa kembali ke aktifitas nya. yasudah kalau gitu saya mau periksa pasien lain, kalau ada apa-apa langsung panggil ya bu. Saya permisi," setelah mengucapkan itu dokter langsung keluar dari kamar Deva.

"Kamu denger kan Dev? Jadi harus banyak istirahat biar cepat sembuh." Ucap Dian sambil mengecup kening Deva.

Deva mengeluarkan air mata di pipinya, air mata karena menahan sakit dan karena merasa bersalah sudah menyembunyikan penyakitnya dari sang mama.

"Kamu kenapa nangis sayang?"

"Ma-ma gak marah sama Deva?"

Dian yang langsung paham kemana arah pembicaraan Deva, langsung mengelus kening putranya, sayang. "Mama sebenarnya marah sama kamu, tapi sekarang bukan waktu yang tepat buat bicarain masalah ini. Sudah kamu istirahat aja,"

"Ma-maafin Deva ma,"

"Iya sayang," ucap Dian, sambil menghapus air mata yang terus keluar dari mata Deva.

∆∆∆

"Lun gimana kabar Deva?" Tanya Rava saat keduanya sedang duduk di bangku kantin.

"Setelah dia operasi si gue belum tau kabarnya lagi, nanti pulang sekolah baru mau gue jenguk." Jawab Luna sambil menyeruput minumannya.

HURT [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang