Awan diatas sudah mulai menggelap pertanda sang mentari akan digantikan dengan bulan dan bintang. Matahari pun sudah berpamitan untuk istirahat. Dua ingsan berbeda jenis kelamin itu saat ini masih berada dijalan yang cewek membawa motor metic didepan dan yang cowok berada dibelakang dengan motor sport nya. Arap masih setia menggiring anna sampai rumah, meskipun dalam hatinya ia sudah pengen ngebut tapi ia cukup menghargai seorang cewek didepannya.
Sampai dikomplek rumah anna, arap beralih pindah posisi menjadi disebelah anna bukan lagi dibelakang.
"Rumah lu masih sama an?" Tanya arap sambil membuka kaca helm nya
"Yaiyalah. Lu pikir gua burung sukanya pindah rumah" jawab anna
Arap hanya mengedikkan bahunya dan segera menyusul anna yang sudah melaju hingga sampai didepan rumah anna.
Rumah sederhana dengan cat warna hijau itu masih sama seperti dulu seperti satu tahun lalu. Ini kedua kalinya arap menginjakkan kakinya kerumah anna. Bukannya ia tak mau berkunjung kerumah anna hanya saja respon ibu anna yang sedikit menyentil hatinya. Bukannya dulu mereka tidak direstui hanya saja ibu anna itu tidak suka kalau anak gadisnya diumur yang masih sangat muda dan masih duduk dibangku sekolah itu sudah berpacaran. Berpacaran hanya akan mengganggu konsentrasi belajar anna itulah alasan kenapa anna tidak boleh pacaran dulu.
Anna turun dari motor memarkirkan motornya didepan rumah, rumah sederhana tanpa ada garasi mobil seperti rumah arap. Kalau dibandingkan soal materi keluarga anna jauh dibawah keluarga arap semisal diibaratkan naik tangga keluarga anna masih singgah di tangga pertama sedangkan keluarga arap sudah mencapai yang teratas, tapi itu bukan masalah buat mereka tidak berteman ataupun menjalin kasih seperti dulu. Keluarga fernando tak pernah memandang rendah golongan yang berada dibawahnya bahkan kalau saja teman sekelasnya arap yang tidak mampu, dan meminta bantuan buat bayar spp sekolah dengan senang hati arap akan membantunya tapi lewat sang ayah, arap tidak akan memiliki itu semua tanpa ayahnya.
"Mau mampir dulu rap?" Tawar anna
"Ngga deh langsung pulang aja takut emak lu gua" jawab arap sambil terkekeh geli
"Sialan lu, emak gua baik ya sekarang" balas anna sambil menggeplak kepala arap yang masih tertutup helm
"Iyaiya, yaudah balik dulu gua"
"Kalo kangen tinggal bilang ya" sambung arap sambil mengerlingkan sebelah matanya
"Anjirrr najis" jawab anna malumalu
"Buahahahaha" tawa arap pecah
Arap segera melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah anna. Ia harus cepat cepat sampai dirumah kalau tidak pastilahh kamarnya akan seperti kapal pecah akibat ulah simanusia minim kewarasan itu.
Dalam 15 menit arap sudah sampai dirumah nya. Benar saja sudah ada dua motor sport terpakir digarasi nya, pastilah itu motor si para titisan dedemit yang saat ini dipastikan sudah mengobrak abrik kamarnya. Dengan santai ia melangkah masuk kedalam rumahnya, di ruang keluarga terdapat bundanya beserta adik perempuan semata wayangnya yang lagi nonton tv dengan adiknya yang tidur rebahan dengan paha bundanya yang menjadi bantal
"Assalamu'alaikum bun"
"Eh kakak wa'alaikum salam" jawab bunda nita
"Didalem ada anak anak ya bun?" Tanya arap sambil mengambil duduk disebelah bundanya tak lupa ia mengusili adiknya dengan menggelitik telapak kaki yang ada disebelahnya
"Ihh gelii kak lepasin ngga?" Gerutu adiknya yang bernama wulandari yang saat ini tengah duduk di bangku SD itu.
"Iya ada arka sama adam, ada reza juga" ujar bundanya
KAMU SEDANG MEMBACA
ARABIC
Teen FictionSaat ini kita seperti air dan minyak dituang didalam satu gelas yang sama. Siasia tidak akan bisa menyatu. Aku hidup dengan perasaan yang masih sama seperti dulu. Sedangkan kamu hidup dengan rasa benci yang baru -Adrianna Arah kita sudah berbeda an...