Chapter 23

33 1 0
                                    

"Lo nggak ada niatan buat minta maaf gitu sama gua Za?"

Arap bertanya kepada sepupunya yang saat ini baru saja keluar dari kamar mandi yang berada dikamarnya. Arap akan bersiap untuk berangkat lari pagi, Karna kebetulan sekali hari ini Ialah hari sabtu dan udara pagi ini sangat cocok untuk lari ditaman yang dekat dengan perumahan yang Ia tinggali.

"Salah gua apa anjir?" Reza bertanya balik

"Bangsat! lo lupa atau ngelupa njing, lo nggak inget nonjok gua waktu itu heh?" Arap bertanya dengan mata memicing kearah Reza.

Yang ditanyai seperti itu hanya menyengir tak berdosa. Arap hanya menggeleng kan kepala nya mendengar tingkah Reza.

"Sialan lo bangsat" umpat Arap sambil melempar bantal kearah Reza.

Beberapa menit hening diantara mereka berdua, entah apa yang dipikirkan keduanya, Arap yang sibuk dengan tali sepatu dan Reza yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga suara Reza memecahkan keheningan di satu ruangan iti.

"Lo mau kemana, pagi pagi udah rapi kek perawan aja lu"

"Sialan lo! Gua mau lari biar ngga kek kebo macam lo" jawab Arap saat dirinya sudah berada dibalik pintu kamarmya.

Sejak tadi malam Ia sungguh kesal dengan sepupunya yang satu itu tidak busa diam satu detik saja. memikirkan soal tadi malam, Ia sedikit lega mendapat kesempatan dari Anna, bukan karna apa Ia hanya ingin menebus kesalahannya selama ini dan kali ini Ia akan mencoba untuk memperbaiki semuanya. Memperbaiki segala hal yang pernah Arap perbuat selama ini. Dan semoga saja rasa bosan itu tidak menghampirinya lagi.

Arap melakukan pemanasan di teras rumahnya, Ia melihat cuaca yang cerah seperti halnya dirinya saat ini. Ia memang suka menghabiskan waktu weekend nya untuk mengerjakan hal yang positif bukan hal yang membuatnya akan merasa merugi.

Kalau saja Ia tidak terlahir dari pembuahan bapak Adi Fernando Ia tidak akan bisa berpikir sejauh ini, Ia pasti akan seperti bantal dan guling yang tidak bisa lepas dari tempat tidur. Namun itu bukan dirinya, Ia akan terkena ceramah sampai duapuluh empat jam kalau saja di hari weekend Ia bermalas malasan. Karna, besar kemungkinan di hari sabtu dan minggu orang tuanya pulang kerumah. Ia hanya akan malas untuk bangun pagi dihari senin, entah ada apa di hari senin. Menurut Arap hari senin itu ialah hari keramat yang sangat Ia hindari. Dan yang paling membuatnya kesal dihari senin, Ia akan disibukkan dengan berbagai macam atribut sekolah yang entah hilang kemana. Dan itu akan membuatnya terlambat berujung berpanas panasan ditengah lapangan dibawah tiang bendera dan setelah itu akan diberi sarapan dengan angka angka yang terjejer rapi di papan tulis ketika Ia memasuki kelas. Itu sungguh membuatnya ingin segera cabut dan merebahkan dirinya ataupun menyegarkan tenggorokannya dengan es cendol milik Bi Sum.

Back to topic!

Reza sedang memandangi Arap dari arah balkon kamar Arap. Ditangannya terselip bahan nikotin yang menjadi pembuka dipagi hari nya dihari minggu kali ini. Ia memandang Arap dengan senyum miring, Ia tau semuanya, semua tentang Arap dan juga Anna. Ia tau segala hal tentang masalah mereka berdua. Tidak ada yang memberi tahunya namun Reza tahu dengan sendirinya. Ia hanya ingin tau sampai kapan sepupunya akan bermain main dengan perasaannya sendiri, sampai kapan sepupunya akan menutupi rasa kegengsian yang terdalam. Sebenarnya yang Reza tau selama ini mereka berdua itu memiliki cinta yang begitu besar namun kembali lagi cinta Anna dan Arap tertutupi dengan rasa keegoisan dan kegengsian yang sangat dalam.

Ia hanya bisa mensuport apapun yang dilakukan Anna. Kali ini Reza tidak berpihak dengan Arap. Ia sudah sangat muak dengan apa yang dilakukan sepupunya itu.

"WOY PULANG LARI BAWAIN GUA KETOPRAK DI PERTIGAAN" Reza berteriak kearah Arap yang masih melakukan pemanasan di halaman depan rumahnya.

Yang dikasih tau hanya mendongak dan memutar bola matanya malas. Reza tau Arap kelihatan tidak peduli namun lihat saja nanti juga dibawakan. Sudah sangat hafal Ia dengan tingkah sepupunya itu.

ARABICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang