Chapter 15

41 2 0
                                    

"Tumben kesini? Ada masalah?"

Suara bariton itu? Sudah lama Anna tidak mendengarnya. Sekitar kurang lebih satu tahun tidak mendengar suara itu. Dan sekarang Ia mendengar suara itu memenuhi gedung latihan ini.

Anna menengok kearah sumber suara.

'Deg'

..................

Anna melongo melihat sosok cowok bertubuh tegap yang saat ini sedang bersender ditiang dekat ring dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam saku.

Sudah satu tahun lebih Anna tidak melihatnya, sosok yang sudah Ia anggap seperti kakak sendiri. Dan sekarang berada di depan matanya setelah kejadian satu tahun Ia pergi dari Anna.

Anna begitu merindukannya, merindukan sosok penasehat, sosok yang slalu ada disaat Anna sulit untuk mengambil sebuah keputusan, sosok yang slalu ada kalau Anna lagi membutuhkan tempat bersandar.

"Kak Varo"

Panggil Anna dengan wajah yang masih terheran heran. Apakah Ia mimpi atau tidak.

Ia mengedip ngedipkan matanya beberapa kali. Namun sosok cowok yang bersender di tiang dekat ring itu masih tersenyum begitu manis hingga memperlihatkan lesung pipitnya yang berada disebelah kiri.
"Iya ini kakak" ujar sosok yang dipanggil kak varo oleh Anna

"Nggak pengen peluk atau gimana gitu hem? Mau berdiri disitu terus?"

Anna turun dari ring dan berlari kearah Varo, Ia langsung ambruk kepelukan Varo dengan mata yang berkaca kaca. Ia sungguh bahagia melihat cowok yang sudah Ia anggap kakak sendiri itu berada dipelukannya kembali.

Alvaro Siregar, cowok yang sudah menginjak bangku perkuliahan itu ialah kakak tingkat Anna di seni beladiri karate ini. Ia dulu kenal dengan Varo waktu masih sekolah menengah pertama, waktu itu ada sekelompok cowok  yang mangganggunya dijalan dan kebetulan saja ada Varo yang menolongnya. Disitulah Ia diajak Varo untuk mengenal dunia Beladiri Karate untuk berjaga jaga kalau sewaktu waktu Ia diganggu sejenis preman atau apalah itu.

Alvaro Siregar, cowok yang menginjak umur 20 tahun itu Ialah cowok yang sangat bijaksana, cowok yang slalu mengutamakan otak kalau mau bertindak sesuatu. Anna sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri, karna kedewasaanya menghadapi masalah membuat Anna nyaman berada didekat Varo, namun sbagai kakak tidak lebih dan tidak kurang.

"Heyyy kenapa menangis?" Varo melepaskan pelukannya seraya melihat kedua mata Anna yang sudah sembab akibat airmata

"Nggak, seneng aja kak varo kembali" ujar Anna sambil menggeleng pelan

"Kita duduk dulu yuk"

Varo menggiring Anna duduk ditempat peristirahatan Anak anak kalau lagi lelah latihan.

Mereka mengobrol tentang banyak hal dimulai dari alasan Varo memilih melanjutkan pendidikannya dibandung, dari dimana Anna yang berkali kali menghubungi nya namun ponselnya tidak aktif.

"Kamu belum jawab pertanyaan kakak?"

"Hah? Yang mana?" Tanya Anna balik

Tak!

Varo menjitak dahi Anna, Anna itu ngelupa atau emang pelupa.

"Ihh apaansi kak" ujar Anna sambil menggerucutkan bibirnya dengan tangan yang mengelus dahinya.

"Kenapa kamu kesini? Ada apa?"

"Lohh memang salah aku kesini? Kan emang ini tempatku latihan dari dulu"

"Bukankah kamu kesini hanya ngelampiasin amarah kamu Ann?" Tanya Varo sambil menatap Anna dengan serius

Anna langsung menunduk diam, Ia bingung harus menjawab apa? Namun perkataam Varo juga memang benar.

ARABICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang