Part 1

3.6K 68 2
                                    

Hari ini adalah hari sibuk untukku, aku harus mengurus semua pekerjaan yang lumayan menyita waktu ini, padahal hari ini adalah hari dimana aku harus bersiap, bersiap untuk kedatangan tamu spesialku.

Sebut saja aku ini adalah sosok yang gila kerja atau apa, aku tak peduli, bagiku semua harus berjalan sesuai yang aku mau,sesuai rencana, pokoknya semuanya harus sempurna, sesempurna mungkin.

2 tahun terakhir aku terlalu sibuk bekerja, ya.. walaupun hanya didalam ruangan. Aku mengelola sebuah online shop, sebuah toko yang khusus menyediakan baju-baju dengan ukuran tak biasa. Pelanggankupun sudah lumayan banyak, dan semuanya adalah pelanggan setia, aku punya konveksi sendiri di Bandung sana, aku mendesain baju-baju itu sendiri dan membuat orang-orang dengan tubuh besar sepertiku bisa bebas berpenampilan trendi, tak kalah dengan wanita-wanita langsing diluaran sana.

Aku melihat jam ditanganku, jam sudah menunjukkan angka 11 disana, sebentar lagi tamu spesialku akan datangm dan aku harus menjemputnya dibandara.

"Olla! Cepetan turun." Teriak suara mamaku dibawah, aku hanya meliriknya pintu saja, selama mama belum merangsek masuk kekamar, aku anggap kondisi masih aman.

"La, udah jam 11, bentar lagi Rizki sama keluarganya nyampe"

"Bentar Ya, masih nanggung nih" jawabku singkat, sambil masih sibuk mengetik angka-angka dilaptopku.

Untuk beberapa saat suasana kembali sepi, Laudya dan mama nggak terdengar lagi suaranya, berarti mungkin aku memang harus segera turun, maka kuputuskan untuk melanjutkan pekerjaanku dimobil, berharap semua akan beres sebelum sampai bandara.

"Emang nggak bisa ya kamu kerjakan semua nanti" Omel mamaku, aku hanya meliriknya sebentar, ternyata mama ngomel sambil nyetir sedang aku duduk dibelakang, sambil masih sibuk dengan rutinitas bulananku.

"Mama nih, anaknya kerja diomelin, anaknya nganggur apalagi" Balasku dengan nada datar, kudengar mamaku membalas perkataanku dengan deheman kerasnya.

"La, hari ini kan tunangan kamu datang, apa nggak sebaiknya kamu sambut dia dengan baik"

Hatiku bergetar mendengar kata-kata Laudya, mendengar kata tunangan langsung membuat tubuhku panas dingin. Aku memang sudah ditunangkan dengan dia sejak usia kami masih 10 tahun, dan itu semua bukan karena paksaan melainkan murni dari keinginan kami sendiri.

Kalian boleh sebut anak seumuran kami naïf kala itu, karena memang benar begitu adanya. Percaya atau tidak bahkan hari pernikahan kami juga sudah ditentukan, yaitu 100 hari dari hari ini, kenapa 100 hari dari sekarang ? ya.. ini Cuma murni ketidak sengajaan saja sih, nggak ada hubungannya dengan hal apapun.

Sampai dibandara, dan sialnya pekerjaanku masih belum selesai, pembukuan yang biasanya bisa kukerjakan dalam waktu 1-2 jam saja entah kenapa hari ini serasa seperti ujian akhir, mungkin karena aku sedang nggak fokus, atau aku terlalu antusias karena sebentar lagi akan bertemu dia?

"La, turun yuk?" Ajak mama.

Aku menggeleng pelan, "Mama sama Dya aja deh, nanti aku nyusul"

Mamaku nggak lagi bisa berkata apapun, karena beliau tahu sengotot apapun kalau aku bilang nggak berarti nggak, dan nggak mungkin juga mama menyeretku keluar karena pastinya beliau nggak akan kuat melakukannya.

1 jam aku sibuk dengan laptopku, dan laporanku sudah siap, aku menutup laptopku dan berniat keluar mobil,.

Aku merasakan ada yang menepuk bahuku dari belakang, spontan aku menoleh dan mendapati seorang laki-laki memandangku dengan tatapan bingungnya.

"Olla?"

Aku mengangguk pelan, mencermati laki-laki tampan yang sedang berdiri didepanku dengan angkuhnya. Aku memperhatikan penampilannya, dari atas sampai bawah, jelas dia bukan orang yang kubayangkan selama ini diotakku, lalu dia ini siapa, kenapa dia tahu namaku?

Perfection of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang