14. Rapuh

40 16 0
                                    

Dea duduk di taman belakang pelatnas, pikirannya kacau apalagi saat mengingat nasihat yang diberikan oleh Soraya. Dalam hati dia sangat membenarkan semua yang dikatakan Soraya, tetapi hatinya juga menolak jika harus menjauhi Ginting.

"Heh, ngapain lu?" suara bariton itu membuat Dea mengalihkan pandangannya.

"Eh, gak ngapa-ngapain kok." jawab Dea lalu menatap langit yang semakin mendung.

Alam pun seakan tau bagaimana perasaannya sekarang, sedari tadi mentari tidak memunculkan teriknya. Awan ikut berkabung sesuai hati Dea yang terselimuti ragu.

"Tadi gak ngeliput?" tanya lelaki itu lagi.

Dea menggeleng, "Gue cuma ngedit hari ini." jawabnya.

Memang benar Ci Susy memberikan keringanan pada Dea, hanya saja Dea memanfaatkan hal itu untuk menjauh dari Ginting. Bukankah itu keinginannya? Walaupun berat Dea akan mencoba, meskipun itu sangat menyiksa batinnya.

"Jo, lu pernah ngerasa suka ke orang tapi orang itu udah taken?" tanya Dea tiba-tiba, yang ditanya sempat mengerutkan kening sebelum akhirnya menjawab.

"Sekarang gue lagi ngerasain itu." jawab Jonatan menatap lekat wanita yang ada dihadapannya ini.

Dea menghembuskan nafas, "Sakit ya Jo." kalimat pendek yang diucapkannya mampu mengoyak hatinya yang sudah terluka.

Jonatan tidak menjawab, alasan dia ke tamanpun untuk menetralkan hatinya yang kian memanas.

"Parahnya pacar dia sahabat gue sendiri." Dea tersenyum getir, miris sekali jika dia meratapi nasibnya saat ini.

"Sama." hanya itu balasan dari Jonatan.

Mereka kembali terdiam, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya diiringi dengan suara gesekan daun.

"Sejak kapan lu suka dia?" Deandra kembali mengajukan pertanyaan untuk membunuh rasa ngilu yang terus menyerang.

Jonatan terdiam sesaat, "Dari awal ketemu gue rasa dia beda, tapi perbedaan itu yang ngebuat gue yakin bahwa suatu saat nanti gue harus rela kehilangan dia. Dan ternyata suatu saat itu adalah hari ini, waktu yang begitu cepat tanpa gue sangka." paparnya. "Mereka belum taken, tapi coming soon." lanjutnya lagi.

Dea mengangguk, dia sangat mengetahui perbedaan apa yang dimaksud oleh Jonatan. Tidak ada yang bisa menghalangi perjuangan Jojo dalam menggapai cintanya kecuali Tuhan.

"Jo gue sangat percaya ke lu, jadi tolong jangan cerita kesiapapun tentang keadaa gue yang gini." kata Dea yang hanya dibalas dengan anggukan.

Tidak ada lagi percakapan yang tercipta, mereka terlarut dalam pemikirannya sendiri. Urusan cinta terkadang mengakibatkan dampak yang besar bagi sebagian orang.

Perlahan langit mulai menghitam, bulir-bulir air mulai turun. Namun Dea masih menetap, dia memejamkan mata dan menengadah, menikmati setiap tetesan yang mengenai wajahnya.

Jonatanpun melakulan hal yang sama, hanya saja dirinya segera beranjak saat tetesan itu kian deras. Dengan cekatan Jonatan menarik tangan Dea yang langsung ditepis begitu saja.

"Lu balik ke asrama, tinggalin gue disini." kata Dea masih pada posisinya.

"Gak bisa, lu baru sembuh De. Jangan keras kepala!" Jonatan meninggikan suaranya hingga membuat Dea terperanjat. Mata mereka saling bertemu, sebelum akhirnya Dea memutuskan kontak mata.

"Iya gue emang keras kepala! Gue emang egois! Terus apa masalah lu? Lu cuma orang asing yang hadir di hidup gue! Kenapa lu peduli sama gue? Kenapa hah?!" sentak Dea, matanya kini telah mengeluarkan buliran air yang tertutupi oleh hujan.

Last Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang