16. Taken?

45 16 0
                                    

Malam minggu adalah malam yang sangat dinantikan oleh para kaum muda yang telah berpasangan, sedangkan  kata yang tepat untuk para jomblo adalah mohon bersabar ini ujian.

Sama seperti Ginting yang sudah berada di depan pintu apartemen kekasihnya sambil membawa se-bucket bunga mawar putih, dengan mantap dia memencet bel itu.

"Hai be, happy~"

Ucapan Ginting terhenti karena seseorang yang tengah berdiri dihadapannya, pandangan mereka bertemu tapi si wanita memutus kontak mata.

"Dea gue mau minta~"

"MITZI ADA SINTING!" teriak Dea memotong omongan Ginting, tanpa basa-basi dia segera masuk ke kamarnya kembali.

Keputusan yang sangat Dea sesali karena harus membuka pintu dan bertemu dengan tamu yang sangat ingin dihindari, sejak kemarin hati Dea tidak baik-baik saja. Apalagi sekarang denyutan aneh itu kembali terasa.

Samar-samar Dea mendengar suara tawa dari dua sejoli yang sedang menikmati malam minggunya, tak dapat dipungkiri Dea merasa iri dengan sahabatnya karena bisa menggenggam erat cintanya.

"De lu mau ikut jalan gak?" tanya Mitzi yang sudah ada di depan pintu.

Dea melirik Mitzi sinis lalu hanya menjawab dengan gelengan, dia tidak mau jika harus menyakiti hatinya kembali kalau melihat mereka bermesraan.

"Ayolah, gue traktir." ajak Mitzi yang mulai mendekat, namun jawaban Dea tetap sama.

"Please De, ini hari bahagia gue. Jarang-jarang dia nemuin gue cuma buat ngerayain anniv." paksa Mitzi menggunakan puppy eyes andalannya.

Ingin sekali Dea berteriak, "EMANG LU PIKIR GUE BAKAL BAHAGIA KALO NGELIAT LU BAHAGIA? KAGAK COK! GUE SAKIT!"

Tapi yang Dea lakukan hanya diam, kepalanya tetap tertunduk tanpa menjawab apa pun. Dia lelah untuk terus membuat fake smile, pertahanan hatinya sudah runtuh sejak dulu, dan kini semuanya telah hancur lebur.

"Gue tau lu punya masalah, jadi sekarang have fun sama gue kuy." ajak Mitzi yang belum juga menyerah.

Kalau sudah begini Dea bisa apa? Pada akhirnya Dea hanya mengangguk pasrah. Ini untuk terakhir kalinya, selanjutnya Dea akan pergi dari kehidupan mereka.

"Thanks De, gue tunggu di mobil ya." Mitzi langsung memeluk roommate-nya lalu pergi dengan wajah berseri.

"Thanks udah buat gue tersiksa." lirih Dea lalu bersiap.

Sweater navy dan jeans hitam menjadi pilihan Dea, tak lupa sneakers hitamnya semakin menambah kesan casual. Rambut yang biasa terikat dia biarkan tergerai begitu saja, dan untuk make up kali ini dia hanya menggunakan bedak tipis dan juga lip gloss. Tidak ada yang spesial memang, karena ini justru hari yang buruk baginya.

"Set dah, lu kenapa pake baju ginian? Makin gelap aja aura lu." celetuk Mitzi saat melihat sahabatnya memasuki mobil.

"Biarin, gak mood gue." jawab Dea singkat.

Sepanjang perjalanan Dea hanya mendengar ocehan para bucin dihadapannya, suara lagu pun seakan jadi backsound yang cocok untuk mereka.

Dea menghela nafas pelan, dirinya kembali terjebak pada suasana seperti ini.

"Sushi, mama here." teriak Mitzi saat Ginting telah memarkirkan mobilnya di depan restoran Jepang.

Tanpa banyak bicara Dea langsung turun dan meninggalkan mereka, saat memasuki restoran pun Dea memilih tempat dekat jendela yang hanya untuk tiga orang. Kali ini Dea memilih untuk duduk pada kursi yang hanya satu.

Last Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang