"Emang dasar si goblok."
Jaemin sama Lucas misuh-misuh. Masalahnya, ini rombongan mereka udah 5 jam muter-muter di area komplek yang sama, nyari rumahnya Yuta tapi gak ketemu-ketemu. Sementara Haechan yang seharusnya jadi penunjuk cuma bengong doang.
"Gak bisa baca gue cuk, dimana sih ini?" kata Haechan sambil tengok kanan kiri. Ya gimana biasanya dia ngebaca abjad tapi di sini tulisannya kanji semua.
"Oke google, oke google," kata Lucas sambil ngerebut hape yang dipegang Jisung.
"Ya mana ada 'oke google dimana rumah Yuta'??" Jisung ngerebut balik hapenya. Lucas nyengir oh iya ya.
"Map, map," kata Lucas.
"Ck, balik ke wakanda aja sana lu, bacot banget dah," sahut Jaemin. Lucas nyebik.
"Gimana sih Chan?" omel Chenle. Tuan muda mulai kehabisan kesabaran karena ini total 5 otak gak berguna semua.
"Gue lupa tepatnya, Den," kata Haechan. "Ingetnya cuma Osaka gitu. Terakhir kesini pas gue masih SMP."
"Bodoh," celetuk Jaemin. Gak sadar diri padahal dia sama bodohnya.
"Line kek, telepon orangnya.""Ya kalo dia ngerespon dari tadi sih gak gini jadinya," dengus Haechan.
"Ck, lu gak inget sama sekali sih masa?" tanya Jisung.
Haechan garuk kepala. "Ya.. sekitar sini seharusnya, tapi gak tau deh —lagian pangling juga gue buset, udah beda jauh dari apa yang gue inget."
Hah... ya sudah. Buntu. Terus mau ngapain? Ini mereka berhenti di depan rumah orang sambil celingak-celinguk, gak dikira maling, kan?
"INI NIH ANJAY, LU KOK GOBLOK SIH CHAN??" pekik Jaemin sambil nunjuk papan yang tertempel di salah satu pagar.
"Abang lu namanya siapa dah? Naka siapa?"
"Nakamoto Yuta," kata Haechan sambil ikutan ngebaca tulisan di papan itu. Jadi di papannya ada tulisan kanji, di bawahnya ada tulisan pake abjad, sayangnya gak lengkap.
"'Nakam' doang njir, 'oto' nya gak ada," kata Jisung. "Jangan dah, tar daripada salah masuk rumah orang."
"Ya gak papa, tanya dulu. Daripada kek gini kita, udah keburu malem ini udah jam 9," kata Jaemin.
Haechan sama Chenle berpandangan. Apa gitu aja, ya? Tapi tar kalo salah rumah gimana?
"Ya udah deh, coba. Ada interkomnya kan tuh? Coba pencet," kata Chenle sambil ngulurin tangan mau mencet interkom, tapi dicegah sama Jisung.
"Yakin lu?" tanya Jisung. "Lu liat deh rumahnya, Le."
Chenle mandang ke arah mana jari Jisung nunjuk. Ya itu rumah sih, normal. Tapi gak tau deh, auranya suram. Chenle jadi mikir dua kali mau jadi mencet interkom nya apa enggak. Tar kalo dipencet tapi yang muncul sadako gimana? Atau hamura?
KAMU SEDANG MEMBACA
Abdi 1.0 ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] bahasa jawa: (n) pelayan "Kok bego kenapa sih, Den?" Warning! ✔non baku ✔harsh words ✔swearing anywhere, anytime ✔crackship ✔✔✔ just enjoy ©haeroinee 2018