Keluarga Park

4.5K 446 17
                                    

Kang Seulgi menatap uang 10 juta won yang ada di atas tempat tidurnya. 10 juta won yang ia dapatkan setelah kejadian malam itu. Kang Seulgi berdecak, "Yaa, dasar orang kaya sombong dan brengsek." Ucap gadis itu dengan  kekesalan yang menyeruak dalam hatinya.

Sialnya, sungguh ia tak tahu siapa lelaki itu. Dan juga namanya.

Gadis itu kemudian frustasi. Sungguh disisi lain ia butuh uang namun ia juga tak membenarkan caranya. Bahkan kalau bisa dibilang ia sudah menerima pelecehan seksual. Bukankah ia diperkosa karena ia tak sadar saat itu?!

Kang Seulgi tidak masuk kerja selama tiga hari. Ia marah pada dirinya sendiri dan hanya mengurung kamar sejak ia menukar cek itu, ia belum bertemu Sooyoung kawannya itu yang sudah mengajaknya ke club malam. Rasa amarah itu masih ada di dadanya, kenapa saat malam itu Sooyoung tak mencegah lelaki asing yang membawanya keluar dari club?

Kang Seulgi menutup kepalanya dengan bantal karena ia terus mengingat kejadian itu. Wajah lelaki yang mungkin ia bisa ingat.

Kilatan potongan kejadian malam itu berputar dikepalanya. Wajah lelaki asing yang memberinya minuman keras. Namun wajah lelaki itu tidak begitu jelas, dan Kang Seulgi jadi kesal sendiri.

"Aisssh. Bodoh. Kang Seulgi kau bodoh sekali."

Kang Seulgi kembali menatap uang itu. Ia butuh namun rasanya apa benar ia mendapat uang dengan cara yang tak lazim? Apalagi untuk membayar tagihan rumah sakit neneknya di kampung halamannya.

"Halmeoni, mianhae."

Gadis itu memutuskan untuk membayar uang tagihan rumah sakit dan hutang-hutang yang melilit keluarganya itu. Esok, ia akan ke bank dan mentransfernya.

Mungkin ini adalah keputusan terkonyol yang pernah Kang Seulgi buat. Tidur dengan lelaki asing dan esok paginya mendapat cek tunai. Tapi, semakin memikirkan hal itu malah membuatnya pusing dan tak mendapat jalan keluar. Hanya memandang uang yang bertumpuk itupun tak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik.

"Maafkan aku Eomma dan Appa. Aku sudah kotor. Putrimu ini sudah kotor hingga dapat melakukan hal ini."

Gadis itu menangis.

Menangis karena nyatanya keperawanannya diambil oleh lelaki brengsek yang tak ia tahu. Yang tak ia kenal. Dan bahkan namanya saja Kang Seulgi tak tahu. Bagaimana bisa ia melapor polisi dengan hal semacam ini?

"Kenapa hidup begitu berat? Apa aku mati saja setelah menyelesaikan tanggungan-tanggungan uang itu?"

***
Park Jimin menatap wajahnya di cermin sambil membenarkan dasinya yang sedikit miring. Park Jimin menyeringai dan menatap wajah tampannya itu, ia adalah salah satu pria di dunia ini yang termasuk golongan mengakui bahwa dirinya tampan. Pesona tampan yang dapat meluluhkan hati setiap wanita. Jangan tanya sudah berapa banyak wanita yang ia kencani, bahkan ia sendiri lupa karena sudah saking banyaknya.

Ketuk pintu itu terdengar. Suara pelayan yang memastikan bahwa Park Jimin sudah berpakaian rapih. Park Jimin tak menjawab, melainkan ia mengambil jas berwarna hitam itu lalu segera berjalan menuju pintu kamarnya.

"Tuan muda sudah ditunggu nyonya." Ucap pelayan wanita tua yang sudah belasan tahun mengabdi di keluarga Park. Si tuan muda itu hanya mengangguk sambil membenarkan cangkolan jas di bahunya dan segera keluar dari pintu lalu turun ke bawah.

Sebagaimana cerita klise anak kaya raya. Park Jimin mesti menuruti permintaan kedua orang tuanya itu yang berniat mempertemukannya juga dengan gadis kaya raya.

Bagi Jimin ini bukan sebuah hal yang harus ia tangisi lalu kemudian memperjuangkan gadis yang ia cintai yang sudah di pacarinya bertahun-tahun itu. Justru, Park Jimin mengikut saja. Toh, tak ada salahnya juga berkencan dengan gadis kaya. Ia tak memiliki gadis yang ia kencani atau pula ia cintai. Tapi yang ia tiduri? banyak.

"Hey, sayang." Ucap Nyonya Park sambil memeluk Jimin singkat. Park Jimin hanya tersenyum, Eommanya tentu tak pusing memiliki anak sepertinya yang menurut acara perjodohan itu. Tanpa perlu drama tangis menangis.

"Keluarga Kim akan segera datang." Ujar Nyonya Park. Hanya anggukan yang Park Jimin lakukan lalu si lelaki itu hanya duduk di sofa sambil sibuk mengecek ponselnya.

Setengah jam kemudian, pertemuan keluarga itu segera dimulai. 6 orang dewasa sedang makan malam dengan syahdunya. Kedua orang tua itu antara keluarga Park dan Kim saling bicara mengenai bisnis, lalu Kim Joo Won mulai bertanya tentang aktivitas yang Jimin lakukan.

"Jadi, ku dengar kau lulus dengan nilai cumlaude?" Tanya Kim Joo Won pada Park Jimin. Lengkungan kebanggaan itu tercipta di bibir lelaki itu. Ia lalu mengangguk dan sedikit bercerita mengenai dirinya lulusan Amerika yang mendapat nilai cumlaude dan saat ini ia mulai membantu salah satu bisnis Ayahnya.

"Kim Yeri, kau dengar. Bukankah itu hebat?"
"Tadinya ia ingin kuliah di luar negri Park Jimin. Namun, eommanya menahannya karena tak rela jauh dari anak semata wayangnya ini." Lelaki yang memiliki kumis tipis dan berbadan gemuk itu terkekeh.

"Ah begitu. Jadi kau ambil jurusan apa Kim Yeri-shi?"

"Jurusan Design Interior."

"Terdengar keren. Jadi kau anak seni?"

"Itu benar." Jawab Yeri sambil tersenyum senang.

Pertemuan keluarga itu berjalan lancar. Tanpa ada drama yang membebani seolah itu adalah perjodohan yang kejam. Park Jimin terlihat enjoy dan Kim Yeri terlihat ceria.

Bagi Jimin, tak perlu membahas perihal cinta di hadapannya. Cinta baginya hanyalah sebuah omong kosong. Toh sebuah hubungan hanya berakhir di tempat tidur saja. Melakukan seks dengan gairah yang menggebu. Bahkan tanpa cintapun, sentuhan yang mendebarkan dapat terjadi. Ciuman memabukkan atau pelukan menggairahkan semua itu dapat terjadi. Jadi buat apa cinta? Cinta hanyalah sebuah omong kosong bagi dua insan manusia yang lemah, bagi manusia yang saling berbagi masalahnya bersama, bagi manusia yang kesepian. Cinta adalah sebuah ilusi yang hanya sebuah kedok dari semua perasaan-perasaan manusia.

Dan bagi Park Jimin, untuk apa bertahan pada satu wanita jika setiap minggu ia bisa berganti siapa yang akan ia ajak berciuman?
Untuk apa bertahan setia pada satu wanita dengan ketololan merayakan anniversary bak di bodohi berbagai perusahaan coklat atau perusahaan perhiasan alih-alih simbolisasi cinta dengan berbagai macam barang-barang mereka itu?

Itu hanya triknya saja. Menciptakan tahayul tentang harusnya memberikan cincin berlian pada wanita pujaannya dengan dengkul berlutut? Bukankah itu hanya omong kosong marketing agar adanya lonjakan permintaan cincin berlian dari pria-pria tolol yang mabuk cinta?

Park Jimin terkadang hanya tertawa saja. Menertawai pria-pria bodoh diluar sana. Apalagi laki-laki yang mengejar cintanya seolah itu hanya satu-satunya pusat dunia.

Park Jimin hanya menyeringai, memegang champagne nya. Setelah tadi, di dekat jendela terbuka ini. Ia mencium bibir gadis itu, gadis yang sudah pulang kerumahnya, gadis cantik yang tadi membalas ciumannya dengan malu-malu.

***
Tbc

(Update tiap Rabu & Jumat)

LOVER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang