Eomma, Appa dimana?

2.5K 302 17
                                    


"Eomma...."

"Eomma... Appa dimana?"

"Eomma..."

Suara Jae sedari tadi memenuhi kamar hotel. Bocah lelaki itu terus saja berbicara, memanggil Eommanya dan bertanya dimana Appa-nya itu. Sudah 5 hari ia tidak bertemu Park Jimin, membuat bocah laki-laki itu uring-uringan.

Terakhir kali betemu, saat pulang dari Bandara. Mereka sempat bermain sebentar, kemudian Jaehwa jatuh tertidur. Ketika bangun, ia tak mendapati sosok Park Jimin. Dan bertambah membingungkan karena kamar ini tak seperti kamar miliknya atau yang ia ingat. Tentu saja, ini adalah kamar hotel yang berada di pinggir Seoul, Seulgi menyewanya untuk sementara waku sebelum ia mendapatkan apartment untuk ia tinggali.

Setiap kali Jaehwa bertanya dimana Park Jimin, membuat hatinya terasa susah dan sesak. Jaehwa tidak mengerti, hingga ia benar-benar bingung harus menjelaskan apa.

"Dengarkan ya, Jae sayang."
"Saat ini, Jae ada bersama Eomma."
"Jadi, cukup sama Eomma saja ya?"

"Eomma..." Suaranya merendah dan bergetar.
"Tapi Eomma... aku kangen."
"Aku mau sekolah, aku mau ketemu Appa, Aku mau bertemu Halmeoni."
"Aku mau mainanku."

Kang Seulgi menggendong Jaehwa, lalu membenamkan wajah menggemaskan itu ke dadanya, "Mainan nanti kita beli ya? Eomma nanti akan bekerja."
"Maaf ya sayang."

Kang Seulgi mengucapkan sembari menahan isak tangisnya. Bibirnya gemetar dan tiba-tiba satu tetes air mata jatuh.

"Sekarang Jae mau apa? Mau main?"
"Atau mau nonton kartun?"

"Mau nonton kartun!"

"Ayo... Eomma putar ya di Youtube?"

Lalu Kang Seulgi membawa Jae ke atas tempat tidur yang lebih tinggi. Ia mendekap tubuh kecil itu, lantas Jae meringkuk. Anak lelaki yang mengenakan piyama bergambar karakter olaf itu memperhatikan tangan Kang Seulgi yang tengah menekan ponsel merasa tidak sabar menonton serial kartun favoritenya di youtube.

Beberapa lama Jaehwa menonton hingga ia terlelap dalam tidurnya. Dengan gerak perlahan, Kang Seulgi pelan-pelan menggeser tubuh kecil itu lalu turun dari ranjang.

Wanita berusia 27 tahun itu duduk dengan wajah yang agak frustasi. Ia melihat koper miliknya, pakaian bersihnya sudah habis dan ia perlu melaundry. Kemudian pikirannya kembali memikirkan kemana ia akan pergi. Bagaimana kelanjutan kehidupannya bersama dengan putra semata wayangnya yang begitu ia cintai. Jujur, ia tak mempunya ide. Kehidupannya 180 derajat akan berubah, dimana sudah tidak ada lagi Park Jimin disisinya.

Kang Seulgi melirik jarim jam di dinding, Sudah pukul 10 malam. Helaan nafasnya terasa berat. Lalu dengan gerak malas ia mengambil ponsel yang berada di tepi ranjang.

Di lihatnya terdapat ratusan panggilan telefon dari Park Jimin. Panggilan yang tidak pernah ia jawab sejak malam itu. Guratan senyum kesal itu kemudian muncul di bibirnya. Kemudian merutuk.

"Apaan-apaan ini? Kenapa ia terus saja menelfon?"

Kontak dalam ponsel itu ia lihat satu persatu. Tidak banyak nomor yang ia save.

Hyera.

Salah satu nama yang ada dalam kontak itu. Tidak sering mereka bertemu, terakhir 6 bulan lalu dan berkomunikasipun jarang.

Kang Seulgi sempat ragu pada awalnya, namun  karena ia tidak tahu lagi harus kemana pada akhirnya nama itu ia tekan dan saat ini sudah tersambung menjadi sebuah panggilan telefon.

"Hai. Kang Seulgi!"

"Halo... Hyera."

"Aku baru saja memikirkan Jae, dan tak lama kau menelfon."

Kang Seulgi tersenyum kecil, lalu diam sejenak. Membiarkan Hyera berkata lebih panjang lagi.

Percakapan itu kemudian mengalir dengan saling bertukar kabar. Lalu pada saat itu, Kang Seulgi bertanya. Mungkin Hyera bisa menyarankan tempat tinggal sementara. Atau alternatif lain adalah, mungkin ia bisa menunpang di rumah temannya itu.

"Kang Seulgi. Aku minta maaf."
"Saat ini aku tidak di Seoul. Aku berada di Busan. Ditempat orang tuaku."

Kang Seulgi memejamkan mata, menerima jawaban Hyera dengan hati meringis.

"Tidak apa-apa."
"Terimakasih Hyera, salam untuk orang tuamu."

Panggilan telefon itu berakhir, dan Kang Seulgi kembali bingung memikirkan bagaimana nasibnya kedepan. Tidak mungkin ia hidup dengan kartu kredit milik Park Jimin. Lucu sekali.

Lalu, tatapannya beralih pada nama laki-laki yang tanpa sengaja pernah bertemu dengannya di sebuah cafe. Lelaki yang memberikan nomor telefonnya dan memintanya untuk menghubunginya. Namun, selang kejadian itu ditambah larangan Park Jimin untuk bertemu dengan Yoongi, membuat Kang Seulgi lupa hingga tak pernah membuat kontak sama sekali.

Nomor itu ia tekan lalu ia memilih chat untuk bertanya kabar.

Setelah pesan itu terkirim, dalam hati ia meringis. Menyesal dan hendak menghapus pesan itu, namun apa daya, Min Yoongi malah sudah membacanya dan sedang mengetik pesan.

Jantungnya seketika was-was.

"Hey! Ku kira kau melupakanku! :)"
"Jadi, ada apa?"

Mendapat respon yang positif membuatnya semakin percaya diri untuk bercerita dan meminta saran. Tanpa pikir panjang, ia lantas menelfon Min Yoongi.

"Min Yoongi."

"Halo.. kang Seulgi."

Pembicaraan itu mengalir begitu saja, tak terasa hingga satu jam lamanya. Sengaja Kang Seulgi tak langsung ke inti masalah karena ia pikir itu terlalu tidak tahu malu. Tidak semua ia ceritakan. Hanya garis besar dan lelaki itu terdengar begitu terkejut.

"Besok aku jemput kau di hotel dimana kau menginap."

"Kau ada saran aku tinggal dimana?"

"Untuk sementara, kau dapat menginap di Apartmentku."

***
Tbc

LOVER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang